Seputar Tulungagung™  ~   Berita Tulungagung Hari Ini 

Duit Cuti PSK Disunat

Rabu, 11 Agustus 2010 | 00.48.00 | 0 komentar

Pelaku Diduga Pengurus Lokalisasi

TULUNGAGUNG - Uang cuti untuk 378 pekerja seks komersial (PSK) di Tulungagung yang libur "kerja" selama Ramadan, diduga sunat oleh oknum pengurus lokalisasi. Dari seharusnya Rp 50 ribu per PSK, rata-rata dipotong Rp 10 ribu hingga Rp 15 ribu. Sehingga, para penjaja cinta sesaat itu hanya mendapat antara Rp 40 ribu hingga Rp 35 ribu. Banyak juga yang ndak menerima karena terlanjur pulang kampung sebelum duit itu diberikan.

Kondisi tersebut meresahkan PSK. Karena uang cuti kucuran Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Kabupaten Tulungagung itu untuk biaya transportasi mudik selama tutup Ramadan.

Di Tulungagung terdapat dua lokalisasi. Di lokalisasi Ngujang, Kedungwaru; sebanyak 198 dan Kaliwungu, Ngunut; sebanyak 180 PSK.

Seperti pengakuan salah satu PSK Lokalisasi Ngujang bernama Tuminah. Perempuan asal Batu, Malang, ini mengatakan dirinya mendapat uang cuti Rp 35 ribu. "Katanya setiap PSK mendapat Rp 50 ribu. Tapi kenyataannya, saya hanya menerima Rp 35 ribu. Rekan sebelah kamar saya juga hanya Rp 35 ribu," keluhnya kepada RaTu.

Menurut perempuan berusia 45 tahun itu, yang memotong adalah oknum pengurus lokalisasi. Alasan potongan untuk membayar denda dan biaya pajak. "Katanya Rp 5.000 untuk pajak dan Rp 10.000 untuk denda. Yakni, untuk ganti rugi biaya absen senam dan pendidikan rutin," terangnya.

Tuminah melanjutkan, beberapa PSK juga mengeluhkan potongan yang disangkutpautkan dengan iuran pembiayaan rutin lokalisasi. Seperti biaya cek kesehatan, keperawatan maupun keamanan. "Alasan pengurus, banyaknya potongan itu disebabkan PSK masih memiliki tanggungan," ucapnya sambil berkemas untuk mudik.

Salah satu warga lokalisasi bernama Sigit menambahkan, pemberiaan uang cuti Ramadan kepada para PSK di lokalisasi Ngujang ditengarai tidak merata. Banyak PSK yang ditengarai belum menerima uang pemberian dari dinsosnakertrans itu. "Mungkin akibat minimnya sosialisasi. Banyak PSK yang sudah terlanjur pulang sehingga tidak kebagihan uang cuti," terangnya.

Pria yang tubuhnya ditato ini menjelaskan, sosialiasi yang dilakukan pengurus ditengarai terlalu mepet.

"Baru kemarin uang cuti diberikan. Padahal sudah banyak PSK yang pulang. Selain itu, prosesnya tidak seperti dulu. Jika dulu, pengurus mendatangi masing-masing wisma untuk menyerahkan uang cuti. Namun, saat ini tidak. PSK diminta ke kantor lokalisasi," jelasnya.

Pengurus lokalisasi Ngujang bernama Erwandi alias Bolo ketika dikonfirmasi mengakui sengaja memotong uang cuti

secara variatif. Menurut dia, potongan digunakan biaya pajak serta ganti rugi senam dan perawatan. Selain itu, potong juga berlaku bagi PSK yang belum terdaftar alias masih baru.

"Yang pasti uang itu sudah kami berikan semua. Kami tidak ingin seperti tahun lalu. Yakni, pengurus harus nomboki (rugi) Rp 375 ribu, karena banyak PSK yang pulang namun kembali minta uang saku lagi," terangnya. (tri/her)

Toleransi Bagi Penghuni Baru

Kepala Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Kabupaten Tulungagung Sudigdo terkejut dikonfirmasi pemotongan uang cuti PSK. Menurut dia, pihaknya segera terjun lapangan untuk mengecek keberadaan hal itu.

"Jelas tidak dibenarkan segala bentuk pemotongan. Jikapun ada potongan, hanya 6 persen untuk pajak. Yakni, sekitar Rp 4.000 dari Rp 50.000," ucapnya.

Dugaan pungutan yang bervariasi, lanjut Sudigdo, diduga ada kesepakatan setiap penghuni lokalisasi. Mereka iuran seikhlasnya untuk diberikan kepada para PSK yang diduga belum terdaftar sebagai penghuni salah satu wisma. "Mungkin karena rasa toleransi, agar para PSK yang belum terdaftar alias baru juga mendapat uang cuti, meskipun nominalnya tidak sebanyak yang lain," duganya.

Sudigdo melanjutkan, beberapa PSK yang mendapat uang cuti adalah 198 PSK yang menghuni di lokalisasi Ngunjang yang ditampung 55 induk semang atau mucikari. Sementara, untuk lokalisasi Kaliwungu, Ngunut sebanyak 180 PSK yang ditampung 62 Mucikari. "Kita tidak memaksa, namun untuk menghormati bulan suci, mereka sendiri yang menyatakan berhenti sementara dari aktivitas tersebut," imbuhnya. (tri/her)

Sumber : Jawa Pos

Posting Komentar