Seputar Tulungagung™  ~   Berita Tulungagung Hari Ini 

Di Blitar, Ibu Ajak Balitanya Bunuh Diri | Suami Terjun ke Laut di Depan Istri & Anaknya

Sabtu, 19 Maret 2011 | 12.57.00 | 0 komentar

SUMENEP - Jawa Timur seperti tiada hari tanpa aksi bunuh diri. Hanya sehari terjadi dua peristiwa bunuh diri menelan tiga korban jiwa. Di Sumenep, seorang lelaki menerjunkan diri ke laut. Tragisnya, aksi itu dilakukan di depan istri dan anak-anaknya. Sedangkan di Blitar, seorang ibu mengajak balitanya bunuh diri terjun ke Kali Brantas.

Peristiwa di Sumenep dilakukan oleh Saing (51), warga Desa Sakala, Kecamatan Sapeken. Diduga frustrasi akibat penyakitnya tak kunjung sembuh, Saing nekat mengakhiri hidup dengan terjun ke laut sewaktu dalam pelayaran, Kamis (17/3). Tubuh Saing pun hilang ditelan ombak, dan hingga Jumat (18/3) malam belum ditemukan.

Tragisnya, korban terjun ke laut melalui jendela kapal yang ditumpanginya, disaksikan istrinya, Sumiati (45) dan ketiga anaknya.

Berdasarkan informasi dari nakhoda kapal, Mulyadi (40), Kamis (17/3) sekitar pukul 14.00 WIB korban bersama istri dan tiga anaknya menumpang Kapal Motor (KM) Monika Indah dari Pelabuhan Kalianget Sumenep tujuan Kecamatan Sapeken, Sumenep. Korban yang sedang sakit menyewa kamar kapal dengan didampingi istrinya. Sedangkan anaknya di dek kapal.

Pukul 16.00 WIB KM Monika Indah lepas jangkar menuju Sapeken. Saing hanya berbaring di kamar didampingi istrinya, Sumiati. Setelah menempuh perjalanan sekitar 8 jam, kapal telah melintasi Pulau Raas, Kecamatan Raas, Sumenep. Dinginnya malam membuat para penumpang rebahan di tempatnya, termasuk istri dan anak-anak Saing. Posisi beberapa anak buah kapal (ABK) menyebar di dek dan buritan kapal.

Rupanya saat keluarganya dan para penumpang sudah cukup penat menempuh perjalanan, Saing merencanakan aksi nekatnya. “Pada saat istri dan anak-anaknya sedang rebahan itulah, korban melompat ke laut melalui jendela kapal,” kata Mulyadi.

Sumiati pun terkaget-kaget. Ia menjerit sekencang-kencangnya, sontak membuat tiga anaknya segera masuk kamar. Namun, mereka tak mampu berbuat apa-apa. Sumiati dan anak-anaknya hanya sempat melihat kaki Saing menapak di jendela sebelum terjun dan lenyap ditelan ombak.

Mengetahui itu, jeritan Sumiati makin keras, sehingga membuat beberapa ABK mendekat. Kapal sempat berhenti, beberapa ABK kemudian mencari tubuh korban di lautan, namun nihil. “Sepertinya tubuh korban digulung ombak. Apalagi saat kejadian, ombak mencapai 2 hingga 3 meter,” kata Mulyadi.

Mulyadi lalu menghubungi Polsek Raas sebagai polsek terdekat. Namun, karena cuaca laut membahayakan, bantuan dari daratan terdekat tak kunjung datang. Sejumlah perahu nelayan yang ikut membantu mencari korban juga tidak berhasil.

Jumat (18/3) pagi, beberapa petugas Polsek Raas bersama beberapa kapal nelayan melakukan pencarian. Namun hingga Jumat malam, tubuh korban tak ditemukan. ”Kemungkinan korban sudah terseret ombak,” ujar Kapolsek Raas, Iptu Sudjito.

Begitu juga Kapolsek Sapeken AKP Turmudzi yang datang ke lokasi kejadian mengatakan belum ada tanda-tanda tubuh korban bisa ditemukan. “Apalagi proses pencarian sering terhalang ombak tinggi,” ujar Turmudzi.

Pihaknya akan terus mencari bersama petugas Polsek Raas. Ia berharap masyarakat dan nelayan yang menemukan korban, segera lapor ke polsek terdekat.

Keponakan korban, Mohammad Ali, mengungkapkan pamannya itu lama mengidap penyakit tak kunjung sembuh. Kendati telah beberapa kali diobati melalui medis, tabib hingga paranormal, penyakitnya tak kunjung sembuh. “Kata dokter ia mengidap penyakit empedu yang memerlukan pengobatan agak lama,” kata Ali yang juga anggota DPRD Sumenep, Jumat (18/3).

Dikatakan, sejak satu bulan lalu pamannya berobat ke RSU Dr Soetomo Surabaya. Namun karena tidak ada perkembangan berarti, korban memutuskan pulang dan pindah berobat ke tabib di Kecamatan Seronggi. Karena tak sembuh juga, ia memutuskan pulang ke Sapeken. “Mungkin juga karena sudah banyak biaya dikeluarkan, hingga kondisi rumah tangganya kini sangat memprihatinkan,” pungkasnya.

Karena Stres dan Diusir

Sementara itu, gara-gara diusir suami dan stres kambuh, Rinawati (27), warga Cabean, Kelurahan Plosokerep, Kecamatan Sanan Wetan, Kota Blitar, nekat mengajak anak balitanya, Abidin Kusen (4) bunuh diri terjun ke Kali Brantas yang arusnya cukup deras, Kamis (17/3).

Akibatnya, tubuh ibu dan anak langsung lenyap terbawa arus. Baru Jumat (18/3), jenazah Abidin Kusen ditemukan di Kali Brantas, Desa Bloro Kecamatan Kedungwaru, Tulungagung. Sedangkan tubuh ibunya belum ditemukan.

Menurut bibi korban, Karyati, kejadian itu dikarenakan penyakit gangguan jiwa Rinawati yang diderita lima bulan terakhir kambuh. Meski penyakitnya kambuh, Rina tak pernah meninggalkan anak semata wayangnya itu. Kemana pun Rinawati pergi, anaknya selalu dibawa.

“Mungkin karena terlalu cinta pada anaknya itulah hingga dia ajak anaknya bunuh diri terjun ke Kali Brantas,” kata Karyati di rumah duka, Jumat (18/3).

Karyati mengaku tak tahu pemicu awal peristiwa itu. Namun dari anggota keluarga menyebutkan kalau Kamis (17/3) malam Rinawati mengajak anaknya keluar jalan kaki. Ketika sampai di tepi jalan raya, Rina memanggil ojek minta diantar ke rumah saudaranya di Dusun Cangkring, Desa Plosoarang, Kecamatan Sanan Kulon. Dalam perjalanan tiba-tiba Rina minta diturunkan di jembatan Trisula, Kecamatan Kademangan. Tanpa banyak bicara. Rina menuntun anaknya ke bibir jembatan. Tak lama kemudian, dengan menggendong Abidin Kusen, Rina terjun ke Kali Brantas. Arus deras pun menelan tubuh keduanya.

Sejumlah warga yang sedang memancing ikan di sekitar jembatan tak sempat mencegah perbuatan Rina. Mereka langsung memberi tahu pihak keluarga Rina. Sejumlah anggota keluarga, termasuk Kardi (32), suami Rina, mencari tubuh korban dengan menyusuri Kali Brantas.

“Baru Jumat dini hari ada informasi ditemukan jasad anak kecil hanyut di Kali Brantas di Desa Bloro, Tulungagung. Suami dan anggota keluarga langsung ke RSUD dr Iskak Tulungagung untuk memastikan jasad itu Abidin Kusen. Ternyata benar, dan langsung dibawa pulang untuk dimakamkan,” ucap Karyati. Sedangkan tubuh Rina belum ditemukan.

Suami Rinawati, Kardi (32) menyesali perbuatan Rina bersama anak semata wayangnya. Ia tak menyangka istrinya nekat berbuat seperti itu. “Doakan saja istri dan anak saya diterima di sisi Allah dan diampuni segala dosanya,” tutur Kardi.

Dari Kardi diperoleh keterangan, sebelum peristiwa itu terjadi pertengkaran antara dirinya dengan Rinawati. Saat itu keceplosan Kardi mengusir istrinya. Kamis (17/3) pagi, Rinawati pergi keluar dari rumah mengajak Abidin Kusen. Diakui, saat pergi dari rumah, penyakit kejiwaan istrinya juga sedang kambuh.

Pihak Polsek Kedungwaru telah melimpahkan kasus ini ke Polres Blitar. Namun, Kabag Humas Polres Blitar AKP Wisnu Wardhana mengatakan belum ada laporan tentang aksi bunuh diri ibu dan anak di jembatan Trisula, Kecamatan Kademangan, Blitar tersebut.
Sumber: Surya

Posting Komentar