Seputar Tulungagung™  ~   Berita Tulungagung Hari Ini 

Widya Aulia Rahmawati, Satu dari 15 Peraih NUN Tertinggi Se-Tulungagung

Rabu, 22 Juni 2011 | 00.21.00 | 0 komentar

Menangis saat Diberi Ucapan Selamat oleh Kasek

Tulungagung - SDN Kampungdalem 1 patut berbangga diri. Pasalnya, dari 15 siswa peraih nilai ujian nasional (NUN) tertinggi se-Kabupaten Tulungagung, 5 diantaranya diraih SDN Kampungdalem I. Yakni, Widiani Rukma Kalista, Tita Istanti, Zulvi Amrulloh, dan Widya Aulia Rahmawati. Mereka memperoleh nilai sebesar 29.75.

SEPTINDA AYU PRAMITASARI – Tulungagung

Memasuki kawasan Perumahan Bumi Mas, suasana tidak terlalu ramai. Hanya ada beberapa warga disekitar perumahan yang sedang melakukan aktifitas disekitar rumahnya. Cuaca sangat terik, Radar Tulungagung (RaTu) berhenti di salah satu rumah di Blok J No 2.

Rumah tersebut tampak sepi, halaman yang tidak begitu luas dipenuhi dengan beberapa tanaman rindang di depannya. Seorang gadis belia keluar dengan polos ke depan pintu. Dia mempersilahkan RaTu untuk masuk ke dalam rumah.

Ya, dia adalah Widya Aulia Rahmawati salah satu siswa peraih NUN tertinggi se-Kabupaten Tulungagung. Yakni, sebesar 29,75 dengan rincian nilai Matematika sebesar 10, Bahasa Indonesia sebesar 10, dan nilai IPA sebesar 9.75.

Gadis hitam manis dengan potongan rambut sebahu, saat itu dia mengenakan baju berwarna putih dan celana jin hitam. Dia duduk di kursi sofa bercorak merah dengan didampingi ibunya. Gadis itu tampak sedikit malu. Terlihat dari wajah yang sering menunduk. Di dalam rumah tersebut tampak sepi, maklum rumah itu hanya dihuni oleh 3 orang. Sedangkan ayah­nya kebetulan sedang bertugas di Jambi untuk menyelesaikan proyek.

Gadis kelahiran 1998 ini mengaku sangat senang mendengar langsung dari Kepala SDN Kampungdalem I, Wasito bahwa diri­nya mendapat nilai tertinggi se-Kabupaten. Bahkan setelah mendengar dari kepsek, Widya mengaku sempat menangis karena bingung tiba-tiba Kepsek datang mengucapkan selamat atas nilai yang ujian nasional yang diperolehnya. “Pak kepsek telepon katanya mau datang kerumah, langsung ibu saya mendesak ada apa? Akhirnya beliau bilang selamat kalau saya dapat NUN tertinggi,” ujarnya.

Widya merasa kemampuannya dalam mengerjakan soal-soal ujian tidak sehebat teman-temannya. Karena, di sekolahnya banyak sekali yang lebih pintar. Sebelumnya, dia saat mengikuti tryout yang diadakan oleh kabupaten. Dia juga mendapat nilai tertinggi di sekolahnya, dan dia pikir juga untuk ujian nasional kalaupun mendapat nilai NUN tertinggi, paling mentok se-sekolahnya saja.

“Saya pikir tertinggi di sekolah sama kayak di tryout, lho ternyata malah se-Kabupaten,” ungkapnya sambil tersenyum malu.
Anak ke dua dari dua bersaudara tersebut mengatakan persiapannya dalam menghadapi unas kemarin hanya mengikuti les tambahan yang diadakan sekolahan dan guru sekolah. Bahkan, hampir sehari jadawalnya full, mulai dari jam ke nol sekitar pukul 06.00 hingga pukul 03.00 dia mengikuti pelajaran-pelajaran tambahan. Dia juga ikut les tambahan yang di rumah kepala sekolahnya 3 kali seminggu.

Sedangkan di rumah, Widya memang lebih sering belajar di akhir-akhir saat menjelang unas. “Sebenarnya biasa saja sih belajarnya, cuman pas mendekati lebih rajin dan terus berdoa saja kuncinya,” katanya.

Anak dari pasangan Handoko Wiyono dan Sri Widoti ini merasa soal ujian nasional yang diker­jakan lebih mudah diban­ding dengan soal tryout. Ini membuat dia yakin mendapat nilai baik, meskipun sempat kesulitan mengerjakan soal bahasa Indonesia. Widya juga me­ngatakan setelah ini ingin melanjutkan sekolahnya ke sekolah idamannya. Yakni SMPN 1 Tulungagung, karena sudah dari keluarganya mengenyam pendidikan menengah pertama di sekolah tersebut. “Sudah daftar, sekarang tinggal nunggu pengumuman lulus tidaknya dari sekolah itu,” ujarnya.

Masalah pendidikan adalah nomor satu di hidupnya. Itulah yang membuat gadis 13 tahun ini sudah mempunyai keinginan menjadi dokter sejak kecil. Begitu juga yang disampaikan ibunya, Sri Widoti saat mendampingi­nya di rumah. Widya termasuk orang yang aktif dan bukan pemalu. Bahkan dengan guru-guru sampai kepala sekolahnya sangat akrab, hingga terlihat se­perti teman.
“Nggak tau kenapa ya? Dia itu kalau sama teman-temannya sama guru-gurunya itu sudah akrab kaya teman,” terangnya.

Sri Widoti mengaku selalu memberikan pendidikan yang terbaik buat anaknya. Bahkan untuk sekolah, dia rela mengeluarkan biaya mahal agar pendidikan anaknya tetap terjamin. “Pokoknya mereka masuk sekolah yang terbaik, kalau orangtua hanya menyiapkan biaya entah bagaimana usahanya. Pokoknya demi anak,” ujarnya sambil tersenyum. (*/her)

Sumber: radartulungagung.co.id

Posting Komentar