Seputar Tulungagung™  ~   Berita Tulungagung Hari Ini 

Binatang Mirip Ular Tapi Berkaki Empat Ditemukan di Tulungagung

Selasa, 30 Agustus 2011 | 19.34.00 | 0 komentar

Tulungagung - Seekor binatang yang dianggap aneh ditemukan warga Tulungagung, Jawa Timur. Bentuknya menyerupai ular tapi berkaki empat. Diduga binatang kecil ini jenis kadal ular atau Lygosoma quadrupes.

Binatang yang berwarna hitam gelap dengan terkesan bersisik itu memiliki panjang sekitar 20 cm. Warga pun menjulukinya sebagai ular berkaki empat. Binatang ini ditemukan Anis Tustiyani (31), Senin (29/8/2011) sore.

Saat itu istri Yoni Wahyuono (33) yang kebetulan mudik lebaran sedang berada di teras rumahnya di Dusun Bantengan, Desa Mulyasari, Kecamatan Pagerwojo, Tulungagung, Jawa Timur.

"Binatang itu masuk ke dalam rumah. Istri saya sempat takut dan teriak," kata Yoni kepada detiksurabaya.com melalui sambungan telepon, Selasa (30/8/2011).

Setelah diamati, akhirnya Yoni memberanikan diri menangkap ular aneh itu dengan bantuan sapu. "Saya melihat ada empat kaki di binatang itu. Sekarang saya masukkan di dalam aquarium," kata Yoni yang berasal dari Widang, Tuban, ini.

Ayah dua anak itu tidak mengetahui jenis binatang yang ditemukannya. "Baru pertama kali ini binatang itu masuk ke rumah mertua saya. Saya tidak tahu jenis dan dari mana asalnya," katanya.

Dari pengamatan pria yang kini menetap di Buduran, Sidoarjo, binatang itu memiliki semacam gigi atau taring.

Penemuan binatang menyerupai ular namun berkaki empat itu sebelumnya juga pernah terjadi di Dusun Tritih Rejo Desa Tumpang Talun Blitar, Kampung Beton Jebres Surakarta, Bogor, Sukabumi, Riau serta Sungguminasa Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan.

Seperti dilansir wikipedia, binatang itu tergolong jenis lygosoma quadrupes atau kadal ular. Sejenis kadal kecil bertubuh mirip ular yang menyebar di Asia Tenggara. Kadal ini juga sering disebut secara tidak tepat sebagai ular berkaki atau ular berkaki empat.

Reptil ini bertubuh kecil panjang, hampir silindris, panjang keseluruhan hingga sekitar 192 mm dengan ekor kira-kira setengahnya atau kurang sedikit.

Punggung berwarna cokelat terang, keabu-abuan, kemerahan atau agak keunguan dengan garis-garis memanjang berwarna gelap hingga ke ekor. Sisi atas kepala berwarna lebih gelap, dengan pelupuk mata bagian bawah putih kekuningan dan bibir atas yang berwarna gelap.

Sisi bawah tubuh keputihan atau cokelat terang keputihan bergaris-garis. Kaki amat kecil dan pendek.Di tengah badan melintang deret sisik halus dan membujur sisik di atas tulang punggung.

Binatang bisa keluar di waktu remang-remang, di siang hari kadal ini bersembunyi di bawah bebatuan, kayu rebah, atau menelusup di pasir atau sela-sela tanah yang rapuh.

Kadal ular itu bisa ditemukan baik di hutan maupun di lahan pertanian. Hewan ini memburu mangsanya di kala senja, yang berupa aneka artropoda kecil terutama rayap dan tempayaknya.

Seperti namanya, kadal ini berjalan dengan meliuk-liukkan tubuhnya seperti ular, terutama ketika bergerak cepat menyusup di antara serasah, rerumputan, atau tumpukan tanah berpasir. Kakinya yang pendek baru berguna ketika berjalan lambat-lambat.

Masih menurut wikipedia, Lygosoma quadrupes tercatat ditemukan di Thailand, Vietnam, Kamboja, Laos, Cina selatan, Hong Kong, Semenanjung Malaya, Sumatra, Jawa, dan Filipina.(gik/gik)

Source: detikSurabaya | Selasa, 30/08/2011
Selasa, 30 Agustus 2011 | 0 komentar

Tujuh Narapidana di Lapas Tulungagung Dapat Remisi Bebas

Tulungagung - Tujuh dari 99 narapidana yang mendapatkan remisi khusus pada Idul Fitri 1432 Hijriah langsung bisa menghirup udara bebas atau bebas.

"Ada tujuh narapidana yang langsung bebas pada lebaran tahun ini. Secara total, ada 99 narapida yang mendapatkan remisi khusus, dua di antaranya perempuan sisanya laki-laki," kata Kepala Seksi Pembinaan Pendidikan Lapas Kelas II B Tulungagung Widjianto di Tulungagung, Selasa.

Ia mengatakan, usul pemberian remisi itu telah diajukan dan disetujui oleh Kementerian Hukum dan HAM. Pengajuan itu berdasarkan perilaku dan lamanya masa tahanan dari masing-masing narapidana.

Memang secara jumlah, penghuni yang diajukan untuk mendapatkan remisi di Lapas Tulungagung masih minim. Saat ini, penghuni Lapas Tulungagung sekitar 424 orang, di mana 184 di antaranya narapidana dan 240 lainnya tahanan. Namun, jumlah narapidana yang disetujui mendapat remisi hanya sejumlah itu.

Untuk lamanya pemberian remisi, Widjianto mengatakan, minimal 15 hari dan paling lama 1,5 bulan. Pengajuan itu sesuai dengan aturan yang berlaku untuk narapidana, dan sesuai dengan sikap dari para narapidana selama ditahan.

"Usul pemberian remisi itu sesuai dengan lamanya tahanan dan sikapnya selama di Lapas," katanya.

Ia juga mengatakan, para narapidana yang mendapatkan remisi khusus Lebaran ini hanyalah warga Muslim. Sementara, untuk yang nonmuslim akan diajukan untuk mendapatkan remisi sesuai dengan hari besar agamanya, seperti untuk Natal untuk yang beragama Kristen.

Kasus yang membelit para narapidana itu, lanjut Widjianto, antara lain pencurian, asusila, dan beberapa kasus kriminal lainnya.

Menyinggung kebijakan dari Lapas saat Lebaran 1432 Hijriah, ia mengatakan, sengaja memperpanjang jam kunjungan dari semula hanya sekali dalam sehari menjadi dua kali.

Pada Senin-Kamis, dan Sabtu, jam kunjungan dibuka mulai 08.00 WIB - 12.30 WIB, sementara untuk Jumat mulai pukul 08.00 WIB - 10.00 WIB. Sementara, untuk jam tambahan dibuka hingga sore.

"Jam tambahan ini berlaku selama Lebaran saja, mulai Lebaran ini (Selasa, 30/8) sampai empat hari ke depan. Nanti, setelah Lebaran jam kunjungan akan kembali seperti semula," ucap Widjianto.
Walaupun keputusan pemberian remisi itu sudah pasti, Widjianto mengatakan, secara formal pemberian akan dilakukan Rabu (31/8), setelah shalat Idul Fitri di Lapas.(Asmaul Chusna)

Source: Antara | 30 Agst 2011
| 0 komentar

Distribusi Bulog Tulungagung Terlambat

Disebabkan desa nunggak angsuran, distribusi Bulog Tulungagung terlambat. Supriyanto, Wakil Kepala Sub Divisi Regional Bulog Tulungagung mengatakan, setidaknya terdapat 3 Kecamatan dari 19 kecamatan yang menunggak pembayaran pengganti beras miskin.

Diantaranya kecamatan Pagerwojo, kecamatan Sendang untuk semua desa, dan sebagian desa di kecamatan Kedungwaru. Dari pantauannya, ada satu desa yang menunggak membayar sampai Rp. 6 juta.

"Ada 3 kecamatan yang menunggak pengganti raskin. Meliputi Pagerwojo, Sendang, dan Kedungwaru. Bahkan ada satu desa yang menuggak sampai 6 juta rupiah", ujar Supriyanto.

Supriyanto mengaku distribusi Raskin ke desa dilakukan setelah Pemerintah desa melakukan pelunasan. Rencana distribusi Raskin untuk jatah September 2011 yang dicairkan pada bulan Agustus 2011 menjadi tertunda. Banyak desa yang ternyata tidak siap menerima dropingan Raskin Bulog, sehingga dipastikan droping dilakukan usai lebaran.

Sementara itu Parwoto, Kades Majan, kecamatan Kedungwaru, Tulungagung, tidak membantah Pemdesnya belum melakukan pelunasan tanggungan Raskin bulan sebelumnya, sebesar Rp. 4 juta dari total biaya pengganti Rp. 7 juta. Parwoto beralasan, Pemdes tidak memiliki dana talangan.

Apalagi, jatah raskin untuk bulan Juli sampai Agustus 2011 yang dicairkan sebelum puasa lalu tidak seluruhnya diambil penerima, karena distribusi Raskin terlambat dari agenda awal. Pamuji, salah warga RT 04, RW 01 Krajan Majan kecewa.

"Masalahnya begini, jatah raskin bulan Juli sampai Agustus 2011 tidak seluruhnya diambil penerima, karena distribusi Raskin terlambat." papar Pamuji.

Penerima raskin berharap distribusi bisa dilakukan sebelum lebaran, karena banyak yang merasa terbebani dengan harga beli beras dipasaran yang mahal. [van-bar]

Source: radiopatria.net | 2011-08-29
| 0 komentar

Khatib Imbau Lakukan ''Amar M'ruf Nahi Munkar''

Tulungagung - Khatib sekaligus imam yang memimpin Shalat Idul Fitri 1432 Hijriah yang diselenggarakan PC Muhammadiyah Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, meminta warga untuk menjaga "amar ma'ruf nahi munkar".

"Penting kiranya untuk selalu menegakkan 'amar ma'ruf nahi munkar' (menegakkan kebenaran menjauhi kemungkaran) dalam kehidupan sehari-hari. Ini merupakan fondasi umat," kata Khatib Irhamul Huda, yang memimpin kutbah dalam Shalat Idul Fitri di jalan utama kota, Jalan A Yani, Selasa.

Khatib yang juga Pengurus Daerah Muhammadiyah Jawa Timur, ini mengatakan, saat ini rawan terjadi degradasi moral, dimana banyak warga yang tega berbuat keji kepada saudaranya sendiri. Padahal, dalam Islam sudah ditegaskan, jika sesama manusia, terlebih lagi Muslim adalah bersaudara.

Ia juga mengingatkan, agar umat Islam semakin menjaga keutuhan agamanya, menghindarkan diri dari perbuatan keji dan terlarang.

"Semua amal nantinya akan dipertanggungjawabkan. Jadi, setiap manusia, harusnya jangan sampai terbawa arus yang tidak baik," paparnya.

Ia juga berharap, agar setiap umat Islam lebih kuat berpegang pada Al Quran dan Hadist sebagai dasar perilaku sehari-hari. Dengan itu, dipastikan tingkat kehidupan di masyarakat akan lebih tenang dan nyaman.

Dalam kegiatan Shalat Idul Fitri di lokasi itu, diikuti sekitar 5.000 warga Muhammadiyah. Mereka berkumpul di jalan yang digunakan untuk sembahyang sejak pukul 06.00 WIB.

Selain di Jalan A Yani Barat, di Tulungagung pelaksanaan Shalat Idul Fitri 1432 Hijriah juga diselenggarakan di STIT Muhammadiyah, Tanon, Kota Tulungagung.

Judin, salah seorang warga yang mengikuti acara itu mengatakan, mematuhi keputusan pusat tentang Shalat Idul Fitri.

Walaupun berbeda dengan keputusan pemerintah, yang menetapkan 1 Syawal jatuh pada Rabu (31/8), Judin berharap hal ini tidak menimbulkan masalah.

"Yang penting, masih bersaudara. Mau Lebaran sekarang atau besok, yang diutamakan saling menghormati," uijar Judin.(Asmaul Chusna)

Source: Antara | 30 Agst 2011
| 0 komentar

Angkutan Lebaran 2011: Tujuan Yogjakarta, Semarang, Tulungagung Paling Diminati

Sabtu, 27 Agustus 2011 | 19.32.00 | 0 komentar

Melalui terminal Purabaya, Bungurasih, dari catatan UPTD Terminal Purabaya, Sabtu (27/8/2011), pemudik terbanyak memilih tujuan Yogjakarta, Semarang, dan Tulungagung.

Menurut May Ronald Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Terminal Purabaya, membenarkan bahwa dari catatan yang ada, pemudik terbanyak dengan tujuan kota-kota di Jawa Tengah.

“Untuk AKAP terbanyak tujuan Yogjakarta, Solo dan Semarang. Sedangkan untuk AKDP, terbanyak adalah Tulungagung dan Kota Malang. Ini berdasarkan catatan yang kami dapat pada Jumat (26/8/2011) tentunya,” kata May Ronald.

Dari beberapa laporan yang masuk, lanjut May Ronald, untuk bis Angkutan Kota Antar Propinsi (AKAP), pada Jumat (26/8/2011) malam memang sempat kosong, karena pada hari sebelumnya, masih normal.

“Oleh karena itu, kami juga sempat kelabakan untuk memenuhi jadwal pemberangkatan bis AKAP tujuan Yogjakarta. Tetapi, akhirnya dapat kami antisipasi. Untuk keterlambatan itu kami mohon maaf,” pungkas May Ronald saat ditemui suarasurabaya.net, Sabtu (27/8/2011).

Sementara itu, pantauan suarasurabaya.net diterminal Purabaya, Bungurasih, Sabtu (27/8/2011), aktivitas sejak subuh nampak lebih ramai dibandingkan dengan hari-hari sebelumnya.

“Tapi lonjakan jumlah pemudik atau calon penumpang bakal berlangsung mulai menjelang saat berbuka puasa nanti sampai dengan tengah malam. Oleh karena itu, kami tetap bersiaga sejak pagi ini sampai menjelang sahur besok,” tuntas May Ronald.(tok)

Source: suarasurabaya.net | 27 Agustus 2011
Sabtu, 27 Agustus 2011 | 0 komentar

Mobil Pemudik Tabrak Truk di Sragen, 5 Orang Luka Serius

Sragen - Mobil pemudik dari Jakarta menuju Tulungagung mengalami naas Sragen. Mobil Avanza yang membawa rombongan pemudik menabrak truk dan dua sepeda motor. Akibat kejadian itu, satu orang dalam kondisi kritis dan empat lainnya mengalami luka cukup parah.

Kecelakaan terjadi di jalan utama Solo-Sragen, tepatnya di Desa Sruweng, Masaran, Sragen, Sabtu (27/8/2011). Kecelakaan bermula ketika mobil Avanza B 1035 HF pengangkut rombongan pemudik yang dikemudikan Zainal Arifin dari arah barat atau dari arah Solo tiba-tiba oleng ketika sampai di lokasi.

Mobil oleng itu seketika menabrak sebuah truk bernopol AD 1354 PF yang melaju dari arah berlawanan. Menurut keterangan sejumlah saksi mata, setelah menabrak truk, mobil Avanza itu oleng ke arah kiri lalu menabrak sepeda motor Yamaha Vixion yang dikendarai Supriyadi asal Grobogan dan sepeda motor Honda Vario yang dikendarai Aga asal Ngawi. Keempat kendaraan yang terlibat kecelakaan mengalami kerusakan cukup parah.

Tiga penumpang mobil Avanza harus dirawat di rumah sakit karena mengalami luka-luka cukup serius. Mereka adalah Zainal Arifin, Siti Nihayah, dan Rifai. Supriyadi, pengendara motor, juga harus dirawat di rumah sakit. Sedang Siti Akhiriyatun, penumpang Avanza, harus dirawat intensif di sebuah rumah sakit di Solo karena kondisinya kritis.

Kecelakaan karambol tersebut saat ini masih ditangani pihak kepolisian dari Polres Sragen. Dugaan sementara kecelakaan disebabkan oleh sopir mobil Avanza pembawa pemudik mengalami kelelahan atau sedang mengantuk ketika sedang mengemudi mobil akibat perjalanan jauh.

(mbr/gah)

Source: detikNews | Sabtu, 27/08/2011
| 0 komentar

Wakapolda Jatim Resmikan Pos Pelayanan Masjid

Jumat, 26 Agustus 2011 | 19.05.00 | 0 komentar

Tulungagung - Menjelang hari raya Idul Fitri 1432 H /2011, ini Wakapolda Jatim Brigjend Drs.Edy Sumantri, SH,MM meresmikan Pos Pelayanan Masjid Bintang Operasi Ketupat Semeru 2011, di Desa/Kecamatan Ngantru Kabupaten Tulungagung Kamis,25/08/2011.

Peresmian yang ditandai dengan pengguntingan untaian bunga melati tersebut, disaksikan oleh Bupati Tulungagung Ir. Heru Tjahjono, MM, Kapolres Tulungagung AKBP Agus Wijayanto, SIK, SH, MH, serta undangan yang lainnya.

Dalam sambutannya Wakapolda Jawa Timur Brigjend Drs. Edy Sumantri,SH.MM antara lain menjelaskan bahwa, tujuan diresmikannya Pos Pelayanan Masjid ini untuk memberikan rasa aman dan nyaman pada masyarakat dalam kegiatan beribadah maupun mudik lebaran. Sehingga, di areal Masjid tersebut juga dipersiapkan berbagai tempat layanan, mulai tempat bermain anak, tempat istirahat, pos kesehatan dan yang lainnya.

Sedangkan Operasi Ketupat menurut Brigjend Drs. Edy Sumantri,SH.MM, merupakan operasi khusus yang digelar kepolisian jelang arus mudik dan arus balik hari raya Idul Fitri. Tetapi operasi ketupat bukan hanya semata-mata operasi saja namun yang lebih penting adalah merupakan operasi bidang kemanusiaan.

Pada Peresmian tersebut juga ditandai dengan pemberian bingkisan kepada warga kurang mampu yang dilakukan oleh Wakapolda Jatim. Sedangkan Bupati Tulungagung menyerahkan bingkisan kepada Takmir Masjid Al Islah yang hari ini diresmikan jadi Masjid Bintang. Usai peresmian dilanjutkan dengan peninjauan lokasi berikut berbagai layanan yang disediakan. (Her/Humas)

Source: tulungagung.go.id | Jum'at, 26 Agustus 2011
Jumat, 26 Agustus 2011 | 0 komentar

Kiriman Uang TKI Tulungagung Capai Rp10 Miliar

Tulungagung - Pengiriman uang (remitansi) yang dilakukan tenaga kerja Indonesia (TKI) asal Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, selama bulan Ramadan atau menjelang Lebaran 1432 H ini diperkirakan mencapai kisaran Rp10 miliar.

"Kalau melihat tren pengiriman uang TKI Tulungagung yang cenderung terus meningkat menjelang Lebaran ini, sepertinya angka Rp10 miliar itu bisa tembus," ujar Supervisor Pelayanan Kantor Pos Tulungagung, Arif Budiman, Kamis.

Nilai yang disebut Arif tersebut baru sebatas perkiraan besaran transaksi keuangan yang dilakukan para TKI Tulungagung melalui jasa western union (WU), terhitung mulai awal puasa lalu hingga H-1 Lebaran.

"Kalau digabung dengan remitansi TKI yang menggunakan jasa perbankan, mungkin nilainya jauh lebih besar," kata Arif.

ia menyebutkan, saat ini kiriman uang TKI telah menembus angka Rp325 juta per hari. Besaran atau nilai transaksi itu diperkirakan akan lebih besar seiring kian dekatnya hari Lebaran yang jatuh pada 30 Agustus mendatang.

"Pada hari-hari biasa, kiriman uang TKI yang menggunakan jasa western union biasanya hanya berkisar antara 200 hingga 300 kali transaksi dengan nilai rata-rata per transaksi sebesar Rp1 juta per hari," ujarnya.

Menurut perhitungannya, jika sehari rata-rata nilai transaksi keuangan dari TKI Tulungagung yang bekerja di luar negeri bisa mencapai Rp325 juta sejak awal Ramadhan, maka hingga H-1 Lebaran nanti kami optimis bisa menembus Rp10 miliar," ujarnya yakin. (Destyan)

Source: Antarajatim | 25 Agst 2011
| 0 komentar

Hari Ini, PNS Tulungagung Gajian

Tulungagung - Jelang Idul Fitri 1432 H, PNS dan CPNS lingkup Pemkab Tulungagung kembali bisa tersenyum. Setelah beberapa hari lalu menerima tunjangan khusus masing-masing Rp250 ribu kini mereka mendapat gaji Bulan September yang dimajukan.
Kepala Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Pemkab Tulungagung, Drs Indra Fauzi MM pada Bhirawa, Kamis (25/8), mengungkapkan ada perubahan kebijakan mengenai pembayaran gaji PNS dan CPNS yang sebelumnya sudah diputuskan untuk dibayar mundur pada tanggal 5 September 2011. "Setelah kami menerima Perpres terkait pembayaran gaji Bulan September kami mengubah keputusan. Pembayaran gaji Bulan September sesuai Pepres diberikan besok (hari ini, Jumat, 26/8)," ujarnya.
Pemberitahuan pembayaran gaji Bulan September pada tanggal 26 Agustus 2011, menurut Indra Fauzi sudah disebar dan suratnya sudah pula diedarkan ke setiap bendahara SKPD lingkup Pemkab Tulungagung.
"Pertama begitu menerima surat dari Pemerintah Pusat kami beritahu lewat nota telepon. Dan sehari berikutnya disusul dengan surat edaran," paparnya.
Selasa (23/8) lalu, Menteri Keuangan RI, Agus Martowardojo di Gedung DPR RI, Jakarta membeberkan PNS dan pensiunan akan menerima gaji lebih awal pada 26 Agustus untuk gaji bulan September ini. Gaji lebih awal itu diberikan karena tanggal 1 September jatuh pada masa cuti bersama.
"Secara keputusan sudah diputuskan pemerintah bahwa gaji pensiunan dan PNS itu dibayarkan pada tanggal 26 untuk bulan September," ujarnya.
Agus Marto berharap pemberian gaji lebih awal ini, para PNS dan pensiunan bisa mengelola keuangannya dengan baik sehingga tidak mengalami kesulitan keuangan hingga penerimaan gaji di bulan berikutnya.
"Untuk dapat memahami bahwa proses panjang penerimaan gaji untuk persetujuan dari pemerintah dengan catatan PNS harus pandai dan bijaksana dalam mengelola keuangan yang sehat karena jangan sampai gaji itu diterima sebelum tanggal 1 dan kemudian dibelanjakan lagi, dan akhirnya untuk hidup di bulan September jadi sulit," paparnya.
Sebelumnya, Kabag Humas Pemkab Tulungagung, Drs Maryani pada Bhirawa, Kamis (18/8) mengungkapkan sudah ada surat keputusan dari Sekkab Drs Maryoto Birowo MM yang memundurkan pembayaran gaji PNS pada tanggal 5 September 2011.
"Kalau biasanya PNS menerima gaji reguler per tanggal satu, maka Bulan September mendatang baru menerima pada tanggal lima," ujarnya kala itu. [wed]

Source: Bhirawa | Thursday, 25 August 2011
| 0 komentar

Anggaran Pilkada Tulungagung Membengkak

Tulungagung - Komisi Pemilihan Umum (KPU) Tulungagung, Jawa Timur, memastikan anggaran pemiliha kepala daerah (pilkada) setempat membengkak, dari sebelumnya direncanakan hanya sekitar Rp16 miliar naik menjadi Rp20 miliar.

"Ada beberapa pos anggaran yang kami evaluasi besarannya setelah disesuaikan dengan proyeksi nilai kebutuhan pada saat pilkada dilaksanakan, awal 2013 mendatang," kata Ketua KPU Tulungagung, Suyitno Arman, Jumat.

Dua di antara sekian pos anggaran yang mengalami kenaikan signifikan menurut keterangan Arman adalah pos bantuan hukum ke Mahkamah Konstitusi (MK) serta honorarium panitia penyelenggaran pilkada, mulai dari panitia pemilihan tingkat kecamatan (PPK), tingkat desa (PPS), hingga KPPS.

Khusus untuk pos bantuan hukum, misalnya, KPU sengaja menaikkan kebutuhan anggaran tersebut dengan alasan mengantisipasi tingginya potensi sengketa pilkada yang bisa memaksa mereka untuk berurusan dengan jalur hukum, terutama yang terkait dengan peradilan di MK.

Arman tak menyebut secara spesifik besaran dimaksud dengan alasan lupa detail anggaran yang telah disusun. Namun ia memberi gambaran, nilai bantuan hukum tersebut dialokasikan lebih dari Rp500 juta.

Besaran rencana anggaran pada pos ini dengan demikian naik hampir dua kali lipat karena sebelumnya hanya diplafonkan sekitar Rp300 jutaan.

"Belajar dari pengalaman yang terjadi pada Pilkada Tangerang beberapa waktu lalu, biaya untuk materai dan salinan berkas-berkas bukti penyelenggaran pilkada yang digunakan sebagai bantuan hukum saja bisa mencapai Rp350 juta. Jadi kami harus rasional dalam membuat rancangan anggaran dengan tetap memperhatikan azas proporsionalitas," ungkapnya.

Pembengkakan anggaran pilkada terutama terjadi pada pos honorarium panitia penyelenggara pilkada. Arman menyebut, beberapa perubahan besaran honorarium pada masing-masing jenjang kepanitiaan mulai dari ketua serta sekretaris dan panitia pemungutan lainnya, baik di tingkat PPK, PPS, hingga KPPS, menyebabkan rencana anggaran naik signifikan.

"Anggaran yang sudah kami rancang sedemikian rupa ini rencananya akan kami koordinasikan terlebih dahulu dengan BPKP sebelum kemudian kami ajukan ke pemerintah daerah serta DPRD untuk mendapat persetujuan," terangnya.

Puncak pemilihan kepala daerah (Pilkada) Tulungagung sesuai jadwal akan dihelat pada Januari 2013 mendatang, sementara tahapannya secara resmi dimulai enam bulan sebelumnya atau Juni 2012.

Untuk menyambut agenda pesta demokrasi lima tahunan di tingkat lokal Tulungagung tersebut, saat ini KPU telah mempersiapkan rencana pengajuan anggaran dimaksud, sebagaimana diurai sebelumnya.

Penetapan atas besaran anggaran yang dialokasikan dengan demikian diharapkan telah disetujui sebelum akhir 2011 ini karena pra-tahapan penyelenggaraan pilkada sudah akan dimulai pada Januari 2012.

"Kami tentu berharap rencana pengajuan anggaran ini bisa disetujui sepenuhnya. Sebab kalau tidak, kami khawatir akan mengganggu jalannya pelaksanaan pilkada," pungkas Arman. (Destyan)

Source: antarajatim.com | 26 Agst 2011
| 0 komentar

Bupati Tulungagung Akhirnya Copot Jabatan Galih

Kamis, 25 Agustus 2011 | 19.09.00 | 0 komentar

Tulungagung - Bupati Heru Tjahjono akhirnya mencopot jabatan Galih Nusantoro, mantan ajudannya yang telah enam tahun menduduki posisi strategis sebagai Kasubbag Protokol Pemkab Tulungagung, Jawa Timur, Kamis.

Alumni STPDN angkatan 07 yang beberapa waktu lalu digerebek warga karena diduga berbuat mesum dengan seorang pemandu lagu (purel) di sebuah rumah kos di Kelurahan Tretek, Kecamatan Tulungagung itu kini "dibuang" dari lingkungan pendopo.

Sebagaimana surat keputusan mutasi kepegawaian yang ditandatangani langsung oleh Bupati Heru Tjahjono, Galih dipastikan tak lagi diberi jabatan strategis di lingkup keprotokolan maupun rumah tangga pendopo.

Sebaliknya, ia hanya ditempatkan sebagai kepala seksi pemerintahan di Kecamatan Rejotangan. Meski masih berada di wilayah dataran, tempat kerja Galih ini secara geografis cukup jauh dari pusat pemerintahan dan berada di daerah perbatasan dengan Kabupaten Blitar.

"Walaupun jenjangnya sama, tapi secara struktural ia tidak lagi menduduki jabatan yang strategis seperti sebelumnya. Kami pikir sanksi ini sudah tepat untuk memberi pelajaran kepada yang bersangkutan (Galih)," kata Sekretaris Daerah Kabupaten Tulungagung, Maryoto Bhirowo usai memimpin seremoni acara mutasi.

Sebagai penggantinya, jabatan lama Galih sebagai kasubbag protokol kini dipercayakan kepada Heri Setiawan. Orang yang disebut terakhir ini sebelumnya merupakan anak buah Galih di sub bagian protokol.

Ia sejak beberapa hari terakhir memang disebut-sebut sebagai kandidat utama pengganti Galih sejak kasus mesum yang dilakukan mantan ajudan bupati selama tiga periode itu meledak dan menjadi perhatian publik Kota Marmer.

"Terlepas dari kebijakan mutasi kepegawaian ini, proses pemeriksaan akan jalan terus. Ini masih awal, belum final," terangnya.

Penjelasan serupa disampaikan Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Tulungagung, Kusmadi. Ia menjelaskan, kebijakan mutasi terhadap diri Galih bersifat insidental sesuai arahan Bupati Heru Tjahjono selaku ketua badan pertimbangan, jabatan, dan kepangkatan.

Bahkan, kata Kusmadi, rencana mutasi terhadap Galih sudah dirancang sejak sebelum kasus mesum yang dilakukannya meledak. Sumber resmi di internal pemkab, Galih awalnya akan dipromosikan menduduki jabatan sebagai Sekretaris Kecamatan Tulungagung (kota).

Namun, karena ia terjerat masalah dan ditengarai sebagai pelanggaran berat dalam hal kedisiplinan pegawai, promosinya dibatalkan mendadak. Setelah sempat nonjob selama beberapa hari, Galih akhirnya hanya diberi posisi sebagai kasi pemerintahan di Kecamatan Rejotangan.

Keputusan mutasi inipun belum menjadi sanksi final bagi Galih. Sebagaimana pernyataan resmi Kusmadi, pemeriksaan internal masih akan terus mereka lakukan bersama jajaran inspektorat.

Apabila Galih terbukti melakukan pelanggaran berat, bukan tidak mungkin bapak dua anak ini akan diturunkan pangkat serta golongan kepegawaiannya.

"Semua kemungkinan bisa saja terjadi. Yang pasti kami serius dalam menindaklanjuti kasus ini. Jika terbukti bersalah dan melakukan pelanggaran berad disiplin pegawai, ia bisa kami rekomendasikan untuk mendapat sanksi penurunan pangkat seperti pernah kami jatuhkan kepada oknum pegawai di sekretariat DPRD yang juga kepergok selingkuh beberapa waktu lalu," terang Kusmadi.

Selain itu, Galih juga akan mendapat pengawasan intensif selama kurun waktu satu tahun dalam rangka pembinaan disiplin pegawai.

Perilaku negatif mantan ajudan Bupati Tulungagung ini terbongkar ketika ia digerebek warga saat "kumpul kebo" dengan seorang pemandu lagu di sebuah rumah kos milik Nurlaili di Kelurahan Tretek, Kecamatan Tulungagung, Senin (22/8) pagi.

Aib yang menimpa kasubbag protokol itu kemudian sempat memaksa sejumlah pejabat teras setempat untuk melobi sejumlah media lokal maupun nasional, agar meredam pemberitaan yang dianggap telah mencoreng nama baik pemkab dan Bupati Heru Tjahjono.

Galih saat ini tengah menjalani serangkaian pemeriksaan internal yang dilakukan jajaran inspektorat setempat karena dianggap telah melanggar kedisiplinan pegawai.

Alumni STPDN angkatan 07 itu tak hanya diwajibkan membayar 100 sak semen seperti permintaan warga, tetapi juga dijatuhi sanksi nonjob serta terancam mengalami penundaan pangkat serta jabatan. (Destyan)

Source: antarajatim.com | 25 Agst 2011
Kamis, 25 Agustus 2011 | 0 komentar

Ngintip Jalur Mudik, Polda Jatim Siapkan 180 CCTV

Dirlantas Polda Jawa Timur menyiapkan 180 Close Circuit Television (CCTV) untuk memantau jalur mudik dan balik Lebaran 2011. Pemantauan itu dilakukan secara terpusat di Regional Traffic Management Centre (RTMC) Polda Jawa Timur dan online dengan National Traffic Management Centre (NTMC) di Mabes Polri.

AKBP Valentino Alfa Tatareda Kabag Pembinaan Operasional Dirlantas Polda Jawa Timur pada suarasurabaya.net mengatakan, 180 CCTV itu diantaranya tersebar di wilayah Surabaya sebanyak 68 unit, Tulungagung sebanyak 31 unit, Nganjuk sebanyak 8 unit, Malang 3 unit, Sidoarjo 8 unit, dan Gresik 6 unit. Belum lagi CCTV yang dikelola PT Jasa Marga di jalan tol dan CCTV yang dikelola pemkab/pemkot lain di Jawa Timur.

Menurut Valentino, RTMC Polda Jatim mengawasi CCTV tersebut 24 jam dan menindaklanjuti kejadian yang bisa terpantau. Semisal terjadi kemacetan, RTMC melaporkannya ke Polres jajaran terkait untuk bisa diambil tindakan. “Selama ini selalu ditindaklanjuti,” kata dia.

Selain penanggulangan kemacetan, CCTV ini juga berguna untuk mengawasi jalur-jalur yang rawan kejahatan. Teknologi CCTV ini mampu merekam dan melakukan zoom gambar sehingga bisa tertangkap gambar plat nomor maupun pengemudinya. “Ada beberapa kejadian kriminalitas yang terungkap dengan bantuan CCTV,” jelas Valentino.

Diakui dia, jumlah CCTV ini memang belum ideal. Mestinya ada ribuan CCTV yang dipasang di setiap persimpangan dan jalur-jalur rawan macet, kecelakaan, maupun kriminal. Tapi setidaknya, kata Valentino, dengan perlengkapan yang ada ini, polisi berupaya menyelesaikan tugasnya dengan optimal.(edy)

Source: suarasurabaya.net | 25 Agustus 2011
| 0 komentar

Bupati Lantik Pejabat Eselon II dan III

Tulungagung - Bertempat di Pendopo Kongas Arum Kusumaning Bangsa Rabu, 24/8/2011 Bupati Tulungagung Ir. Heru Tjahjono, MM melantik pejabat eselon II dan III di lingkup Pemkab Tulungagung. Pelantikan pejabat ini disaksikan oleh Wakil Bupati Tulungagung, Ketua DPRD Tulungagung, Sekertaris Daerah Kabupaten Tulungagung serta pimpinan SKPD lingkup Pemkab Tulungagung.

Pelantikan berdasarkan Surat Keputusan Bupati Tulungagung Nomor 821.2/96/407.205/2011 tanggal 23 Agustus 2011 adalah:

  1. Syamsul Laily, SH, Kepala Badan Kesatuan Bangsa Politik dan Penyuluhan Masyarakat Tulungagung,

  2. Ir. Agus Purwanto, MM, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Tulungagung,

  3. Dewan Hari Purnomo, SP, Pj Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan,

  4. Ir. Henri Sugiharti, M.Si, Kepala Badan Sumberdaya Alam Sekda Tulungagung,

  5. Endah Inawati, SE, Pj Inspektur Pembantu III pada Inspektorat Kabupaten Tulungagung,

  6. Drs. Samsu Pribadi, Kabid Pengendalian dan Operasi pada Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika,

  7. Kemi Durachman SP, Kabid Produksi Tanaman Pangan dan Holtikultura pada Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan,

  8. Drs. Totok Joko Purwanto, Kabid Politik Pada Bakesbang Polinmas,

  9. Arief Efendi, SIP, Kabid Pengembangan Kepegawaian pada Badan Kepegawaian Daerah,

  10. Drs. Joko Martono, MM, Kabid Pembangunan Desa/Kelurahan pada Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa,

  11. Ir Sukido, Kabid Pengembangan Kelembagaan Penyuluhan Pertanian pada Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan,

  12. Ledang Hadiwiyono, Kabid Pengkajian Ketersediaan dan Distribusi Pangan pada Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan,

  13. Drs. Noor Erlyani, Kabid Pengembangan Sumberdaya Pertanian Pada Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan,

  14. Drs. Sunaryo, M.Si, Sekertaris pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah,

  15. Drs. Jito Prayogo, Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah,

  16. Drs. Kustoyo, Kabid Kedaruratan dan Logistik pada badan Penanggulangan Bencana Daerah,

  17. Sudarto, ST, MT, Kabid Rehabilitasi dan Rekontruksi pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah,

  18. Ariyani Pramesti, SE, Kabid Olah Raga pada Dinas Kebudayaan, Pariwisata Pemuda dan Olahraga,

  19. Ramlan, SE, Kabid Energi Sumber Daya Mineral pada Dinas Pekerjaan Umum Pengairan dan Energi Sumber Daya Mineral,

  20. Socanintyas Widya Kaeksi, SH, Kabid Industri Kimia dan Agro pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan,

  21. Dra. Nina Umi Haniin, Kabid Industri Logam dan Aneka pada Disperidag,

  22. Drs. Abuzen Nasta'in, Kabid Mutasi Kepegawaian pada BKD,

  23. Kristi Hanawati, SH, Sekertaris Kecamatan Kauman,

  24. Heru Junianto, SSTP, Sekcam Tulungagung,

  25. Sukijan SP, MMA, Kabid Sarana Prasarana Pertanian pada Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan.


Dalam sambutannya, Bupati Tulungagung diantaranya meminta kepada pejabat yang baru dilantik agar memiliki loyalitas dan dedikasi serta cepat tanggap terhadap keinginan masyarakat. Selain itu sebagai kepala harus memiliki tanggung jawab dan dapat melayani masyarakat dengan baik, diharapkan pula untuk meningkatkan koordinasi dengan semua bawahannya, dengan begitu semua pekerjaan dapat dijalankan dengan baik. (Nug/Humas)

Source: tulungagung.go.id | Rabu, 24 Agustus 2011
| 0 komentar

Polisi Bekuk Pengedar Uang Palsu di Tulungagung

Tulungagung - Jajaran Kepolisian Resor Tulungagung, Jawa Timur, menangkap seorang pemuda yang ditengarai sebagai pengedar uang palsu di sekitar kawasan Kecamatan Boyolangu, Rabu.

Pemuda berusia 25 tahun yang diidentifikasi bernama Deni Andreas tersebut kini ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.

Namun dari mana uang palsu itu dia peroleh serta siapa saja jaringan di atasnya, sampai saat ini masih ditelusuri oleh tim buru sergap Polres Tulungagung.

"Tersangka sudah mengakui kepemilikan uang palsu tersebut. Dia juga sudah menyebut beberapa nama yang diakunya sebagai jaringan di atasnya, tapi kami masih menyelidiki siapa-siapa yang menjadi bandar utama di belakang mereka," kata Kepala Sub Bagian Humas Polres Tulungagung, AKP Bambang Sutikno.

Penangkapan Andreas tergolong unik. Sebagaimana diceritakan Bambang, pemuda asal Desa Ngunut, Kecamatan Ngunut tersebut awalnya berniat membeli rokok di sebuah warung kelontong milik Kadir (35), di Desa Boyolangu, Kecamatan Boyolangu, menggunakan uang pecahan Rp100 ribu.

Kadir yang saat itu melayani langsung permintaan rokok Andreas rupanya cukup waspada. Begitu menerima lembaran uang kertas warna merah yang terlihat masih baru dari Andreas, dia segera memeriksanya dengan seksama.

Hasilnya, Kadir merasakan ada yang janggal dalam lembaran kertas tersebut karena terkesan seperti hasil cetakan kertas biasa dan tidak memiliki hologram.

Karena curiga, Kadir lalu menanyakan perihal uang kertas yang diduga palsu tersebut kepada si pembeli (Andreas). "Saat itulah tersangka terlihat gelagapan dan langsung kabur melarikan diri. Untungnya dia masih terkejar dan ditangkap warga beramai-ramai," tutur Bambang menceritakan kronologi penangkapan.

Tak berapa lama setelah tertangkap warga, polisi datang dan segera mengamankan tersangka menuju Mapolsek Boyolangu.

Selanjutnya, polisi melakukan serangkaian pemeriksaan dan hasilnya diketahui tersangka masih menyimpan uang palsu lain senilai Rp600 ribu. Seluruh barang bukti kemudian disita polisi untuk kepentingan penyelidikan lanjut serta kepentingan peradilan.

"Tersangka saat ini dijerat pasal 245 KUHP tentang peredaran uang palsu dan diancam hukuman maksimal 15 tahun kurungan penjara," kata Bambang. (Destyan)

Source: antarajatim.com | 24 Agst 2011
| 0 komentar

Perlawanan Moelyono Lewat Bendungan

Yogyakarta - Ruang pamer Rumah Seni Cemeti, Yogyakarta, berubah menjadi bendungan besar. Tiang utama di bagian tengah ruangan berubah menjadi parameter air. Angka-angka penunjuk ketinggian air dicetak dengan warna merah di atas selembar papan dan ditempelkan berurutan pada permukaan tiang. Dari 181.50, 182.00, 184.500, hingga 185.00 melengkapi garis-garis penanda dengan warna senada.

Memasuki ruang pamer galeri itu, kita seakan dilontarkan ke sebuah masa ketika bendungan dibangun. Moelyono, 54 tahun, perupa asal Tulungagung, Jawa Timur, yang membuat karya itu, sengaja menambahkan garis-garis lurus yang membelah ruangan. Garis itu dibuat Moelyono dari benang putih, seperti penanda bagi tukang bangunan yang hendak memasang bata. Pada pertengahan garis, benang-benang yang sama digantungkan bersilangan dengan pendulum pemberat terikat di bawahnya.

Itulah karya instalasi Moelyono untuk memperkuat aroma pameran tunggalnya, "Retak Wajah Anak-anak Bendungan", yang berlangsung di galeri itu pada 5-26 Agustus 2011. Karya instalasi itu sederhana, tapi sarat pesan. "Instalasinya minimalis," kata Nindityo Purnomo, pemilik Rumah Seni Cemeti.

Ya, boleh dibilang karya-karya Moelyono yang disuguhkan dalam pameran itu memang minimalis dan sarat pesan. Coba simak karya berjudul Titip Tanah Sawah. Empat rak besi yang berderet menempel pada dinding ruang pamer. Dalam susunan itu, Moelyono menempatkan tabung-tabung berukuran jempol orang dewasa pada permukaan rak dua tingkat tersebut. Di dalam tabung terdapat tanah kering yang dibawanya dari Wonorejo, sebuah desa di Kecamatan Pagerwojo, Tulungagung. Adapun pada permukaan rak bagian atas, sebuah fosil tulang geraham dan gigi ternak diletakkan terkubur tanah.

Moelyono mengaku sengaja menggunakan idiom tanah milik petani sebagai simbol jiwa mereka yang tergadai. Sejak pemerintah membangun bendungan di desa itu, 520 hektare sawah milik petani berubah menjadi danau buatan. Permukiman, sekolah, dan tempat ibadah, yang entah berapa jumlahnya, juga terendam. "Jiwa mereka adalah bertani," ujarnya.

Dam yang membendung dua anak Kali Brantas di desa itu, Kali Gondang dan Wangi, sengaja dibangun untuk keperluan pembangkit listrik tenaga air dan sumber air minum bagi warga Surabaya. Pameran itu menjadi ekspresi kegetiran Moelyono melihat peristiwa tersebut.

Selain tanah, Moelyono menggunakan idiom benih tanaman, air, ramuan jamu, dan tetesan darah untuk mengungkapkan ekspresinya. Dalam karya berjudul Titip Benih Petani, misalnya, Moelyono mengisi tabung-tabungnya dengan benih padi, jagung, serta kacang-kacangan dan meletakkannya di atas rak berukuran sama.

Atau karya berjudul Titip Jamu yang berisi gumpalan ramuan jamu sebesar kelereng di dalam tabung. Lalu Titip Darah Tani, berupa tabung berisi tetesan darah. Semua idiom yang digunakan Moelyono dalam instalasinya merupakan cermin alat produksi petani.

Akibat tak lagi punya "senjata" untuk bertani, korban penggusuran pembangunan bendungan kehilangan pekerjaan. Mereka beralih pekerjaan, dari bertani yang digeluti bertahun-tahun, berubah menjadi buruh-buruh pabrik di kota besar. Mereka termiskinkan.

Moelyono berkisah akibat kehilangan pekerjaan utama itu, dari 38 anak di desa itu, hanya tiga yang kini melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, yakni sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas. "Yang lain paling-paling hanya lulus SD," ujarnya.

Keprihatinan itu ia sampaikan melalui berbagai lukisan karyanya. Misalnya, Oleh-oleh Ibu dari Kota, berupa gambar wajah anak yang terbedaki lumpur kering. Wajah itu terlihat sangat mendominasi ukuran kanvas. Di sekitar wajah, sejumlah gambar obyek lain ditambahkan, dari sebungkus makanan ringan, telepon seluler, kelereng, kepala sapi, hingga peniti. Bentuk-bentuk wajah serupa terlihat dari lukisannya yang lain, seperti Aku dan Simbah di Atas Sawah Retak #1 dan #2, yang menampilkan wajah bocah terbedaki lumpur kering.

Menurut Nindityo Purnomo, cara minimalis Moelyono dalam karya instalasinya sekaligus menjadi kritik pemikiran atas merebaknya materialisasi hedonistik yang berkembang pada karya-karya yang hanya berorientasi pasar. Material karya instalasi Moelyono sederhana, murah, dan mudah didapatkan.

Nindityo menambahkan, sebagai seorang seniman sekaligus aktivis, Moelyono intens mendampingi para korban pembangunan Bendungan Wonorejo. "Jadi, dia tak sekadar mereportase," katanya.

Sejak 1990-an, Moelyono aktif dalam lembaga yang mendampingi para korban. Melalui aktivitas seni rupa, dia melakukan perlawanan dan protes sekaligus menyadarkan warga, yang kebanyakan petani. Beberapa tahun lalu, Moelyono menggelar performance art di Cemeti dengan mengajak para petani sebagai pemainnya. Dia juga membuka komunitas anak korban, yang kegiatannya antara lain menggambar dan kesenian tradisional kuda lumping.

Upaya itulah yang disebut Moelyono sebagai seni rupa penyadaran. Bagi dia, seni rupa adalah medium yang digunakan untuk mencapai tujuan sosial yang dia impikan.

ANANG ZAKARIA

Source: TEMPO Interaktif | Rabu, 24 Agustus 2011
| 0 komentar

MUI Kecam Perilaku Negatif Pejabat Pemkab Tulungagung

Tulungagung - Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, mengecam keras kasus asusila yang dilakukan mantan ajudan bupati setempat, Galih Nusantoro, dan menyebutnya sebagai perilaku negatif oknum pejabat daerah yang tidak patut dicontoh.

"Sebagai abdi negara, harusnya dia bisa memberi contoh yang baik kepada masyarakat. Bukan malah berbuat aib apalagi dilakukan pada bulan suci Ramadan," kritik salah seorang anggota MUI Kabupaten Tulungagung, KH Masykur Kholil, Rabu.

Ia menengarai, terungkapnya perilaku negatif Galih yang kini menduduki posisi strategis sebagai Kasubbag Protokoler Pemkab Tulungagung itu menjadi bukti kebobrokan moral oknum pejabat.

Namun mengingat aib yang sedang menjadi pusat perhatian publik tersebut menimpa salah satu orang dekat Bupati Heru Tjahjono, pengasuh Ponpes Menoro ini tidak menampik kemungkinan bahwa perilaku negatif serupa juga dilakukan oknum pejabat lain.

"MUI tidak memiliki kompetensi untuk merekomendasikan sanksi ataupun tindakan tertentu terhadap oknum pejabat yang 'nakal' seperti Galih ini. Yang pasti, pemerintah daerah harus segera tanggap dan melakukan pembenahan karena sepertinya memang ada yang salah dalam proses pengawasan maupun pembinaan pegawai (PNS) di internal mereka," tandasnya.

Selain menyoroti perilaku mesum yang dilakukan Galih, salah seorang ulama berpengaruh di Kota Marmer ini juga mendesak Bupati Heru Tjahjono agar melakukan evaluasi menyeluruh terhadap jajaran pegawainya tanpa terkecuali.

Apabila ditemukan ada pegawai seeprti halnya Galih yang diidentifikasi "nakal" dan berperilaku negatif, pemerintah daerah wajib melakukan serangkaian tindakan penanganan/pembinaan, termasuk kemungkinan dijatuhkannya sanksi tertentu. "Kalau perlu, sistem seleksi PNS harus diperketat," kata ulama bertubuh tambun ini mengingatkan.

Terlepas dari itu, KH Masykur Kholil menyeru kepada seluruh warga Tulungagung agar bijaksana dalam menyoroti kasus Galih. Ia berharap, perilaku negatif kasubbag protokoler pemkab tersebut tidak dijadikan contoh apalagi dijadikan pembenaran bagi perbuatan tidak terpuji dan melanggar hukum agama.

Sebaliknya, ia justru mengajak agar masyarakat yang mengikuti pemberitaan kasus ini agar bisa mengambil hikmah serta pelajaran berharga, dengan semangat spiritualitas keislaman yang tinggi.

"Saya pribadi maupun MUI secara kelembagaan mengajak seluruh masyarakat untuk bersama-sama melakukan 'amal makruf nahi munkar' (menjalankan amal kebaikan dan menjauhi kebatilan)," serunya.

Perilaku negatif mantan ajudan Bupati Tulungagung ini terbongkar saat ia digerebek warga saat "kumpul kebo" dengan seorang pemandu lagu di sebuah rumah kos milik Nurlaili di Kelurahan Tretek, Kecamatan Tulungagung, Senin (22/8) pagi.

Aib yang menimpa kasubbag protokol itu kemudian sempat memaksa sejumlah pejabat teras setempat untuk melobi sejumlah media lokal maupun nasional agar meredam pemberitaan yang dianggap telah mencoreng nama baik pemkab dan Bupati Heru Tjahjono.

Galih saat ini tengah menjalani serangkaian pemeriksaan internal yang dilakukan jajaran inspektorat setempat karena dianggap telah melanggar kedisiplinan pegawai.

Alumni STPDN angkatan 07 itu tak hanya diwajibkan membayar 100 sak semen seperti permintaan warga, tetapi juga dijatuhi sanksi nonjob serta terancam mengalami penundaan pangkat serta jabatan. (Destyan)

Source: antarajatim.com | 24 Agst 2011
| 0 komentar

Kumpul Kebo, Eks Ajudan Bupati Dinonaktifkan

TULUNGAGUNG- Galih Nusantoro (37), pegawai negeri sipil (PNS) di lingkungan Pemerintah Kabupaten Tulungagung dinonjobkan dari jabatanya sebagai Kasubag Protokol Bagian Rumah Tangga Pendopo Kabupaten Tulungagung.

Mantan ajudan Bupati Tulungagung Heru Tjahjono itu yang tertangkap tangan sedang berkencan dengan seorang pemandu lagu (purel) juga terancam diganjar penundaan jabatan. Pangkat Galih bisa berhenti di tengah jalan, termasuk kehilangan peluang untuk memperoleh kedudukan yang lebih tinggi.

“Kalau sampai pemecatan sepertinya tidak. Sebab, aturan indispliner PNS tidak mengatakan seperti itu. Tapi untuk sementara hingga kasusnya selesai, yang bersangkutan di kotak,“ ujar Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Tulungagung Maryoto Bhirowo kepada wartawan, Selasa (23/8/2011).

Meski diluar jam kerja, apa yang dilakukan Galih berkumpul kebo dengan Dina Puspita Sari (27) seorang purel di salah satu tempat hiburan, dinilai sebagai perilaku memalukan. Apalagi yang bersangkutan seorang pejabat yang tindak tanduknya cukup menjadi panutan bagi PNS dibawahnya.

Atas apa yang dialami Galih, Maryoto mengaku sempat ditegur Bupati Tulungagung Heru Tjahjono. “Pak Bupati sempat bertanya kepada saya, termasuk menegaskan pembinaan yang harus diberikan. Yang pasti apapun itu (kumpul kebo) tentu tidak dibenarkan, “terang Maryoto.

Selaku Ketua Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan (Baperjakat), Sekda telah menginstruksikan inspektorat untuk segera memeriksa Galih. Meski fakta yang disampaikan media massa begitu benderang, Pemkab Tulungagung ingin memastikan termasuk mengantongi bukti jika yang bersangkutan telah melakukan perbuatan yang tercela. “Secepatnya kami meminta inspektorat untuk bergerak. Untuk
hasilnya kita juga minta secepatnya,“ terang Maryoto.

Galih bersama pasangan kumpul kebonya digerebek warga di sebuah kosan di Kelurahan Tertek, Kecamatan Tulungagung Senin 22 Agustus, dini hari. Keduanya dikeler menuju balai desa setempat. Oleh warga, keduanya dipaksa membayar denda sebanyak 100 sak semen atau uang senilai Rp6 juta. Jika tidak dipenuhi, pasangan haram ini akan diarak mengelilingi desa.

Kendati tertangkap tangan, menurut Maryoto, catatan moralitas Galih relatif baik. Dalam Daftar Penilaian, Pelaksanaan Pekerjaan (DP3), mantan ajudan mulai Bupati Tulungagung Syafuddin, Bupati Budi Susetya hingga Bupati Heru Tjahjono itu selalu baik. Atas dasar rekam jejak tersebut, Galih rencananya akan naik jabatan sebagai Kepala Bagian Umum. Namun faktanya, pejabat eselon IV golongan III C itu memiliki tabiat yang kurang baik. “Dengan adanya kasus ini, ke depan kita akan melakukan evaluasi,“ tegas Maryoto.

Kepala Inspektorat Kabupaten Tulungagung Sugiyono membenarkan jika pihaknya telah diperintah Sekda untuk memeriksa kasus Galih. Saat ini Inspektorat telah membentuk dua tim khusus untuk menyelidiki pelanggaran indispliner mantan ajudan bupati tersebut. “Mekanismenya, hasil penyelidikan akan kita sampaikan kepada Sekda dan oleh Sekda akan diusulkan kepada pak Bupati, “ujarnya.
(Solichan Arif/Koran SI/ram)

Source: okezone.com | Rabu, 24 Agustus 2011
| 0 komentar

Mantan Ajudan Bupati Tulungagung Dibebastugaskan dari Protokol

Tulungagung - Mantan ajudan Bupati Tulungagung, Galih Nusantoro, dibebastugaskan dari jabatannya sebagai Kepala Sub-Bagian Protokol Pemkab Tulungagung akibat terpergok massa saat mesum dengan seorang pemandu lagi .

Alumni STPDN angkatan 07 itu hanya diberi tugas di bidang administrasi tanpa diberi kewenangan mengatur protokoler Bupati Heru Tjahjono sebagaimana tugas dan tanggung jawab utamanya selama ini.

"Ya seperti itulah kira-kira. Sementara tugas itu bisa didelegasikan kepada staf keprotokolan yang lain, sampai penyelidikan kasusnya selesai," kata Sekretaris Daerah Kabupaten Tulungagung, Maryoto Bhirowo, Selasa.

Selain menjatuhkan sanksi nonjob sementara, Maryoto juga memastikan pihaknya akan melakukan penyelidikan internal, khusus terhadap Galih Nusantoro karena diduga telah melakukan tindakan indisipliner kepegawaian.

Ia tak menyebut berapa lama proses penyidikan tersebut bakal dilakukan. Maryoto hanya memastikan bahwa evaluasi atas perilaku Galih yang dianggap telah melanggar kedisplinan pegawai serta mencoreng nama baik pemerintah daerah maupun bupati tersebut akan dilakukan secepatnya.

Kasus yang sempat membuat gempar sebagian masyarakat Kota Tulungagung, khususnya kalangan internal PNS di lingkungan sekretariat daerah (setda) setempat itu memang sempat menjadi perhatian serius Bupati Heru Tjahjono selaku atasan langsung Galih Nusantoro.

Selain dikenal dekat karena jabatan Galih selaku Kasubbag Protokol, karier kepegawaian alumni STPDN bertubuh tegap yang dikenal tegas ini tergolong moncer.

Dalam daftar penilaian, pelaksanaan pekerjaan (DP3), mantan ajudan mulai era Bupati Tulungagung Syaifuddin, Bupati Budi Susetya, hingga Bupati Heru Tjahjono itu selalu baik.

Atas dasar rekam jejak tersebut, Galih informasinya digadang-gadang Bupati Heru untuk dipromosikan naik jabatan sebagai Kasubag Umum Pemkab Tulungagung.

Namun peluang promosi jabatan tersebut tampaknya meredup seiring aib yang dilakukan pegawai golongan III-C setelah tertangkap basah berkencan dengan seorang pemandu lagu bernama Dina Puspita Sari.

"Namanya penyegaran bisa dimana saja dan menduduki posisi apa saja, yang penting proporsional dan sesuai kompetensinya," jawab Maryoto Bhirowo menolak berkomentar soal rumor promosi jabatan Galih.

Ia secara eksplisit hanya membenarkan bahwa kasus tersebut memang menjadi atensi khusus Bupati Heru Tjahjono. "Pak Bupati sempat bertanya kepada saya, termasuk menegaskan pembinaan yang harus diberikan. Sebab apapun itu (kumpul kebo), tindakan tetap tidak dibenarkan," ujar Maryoto.

Karena itu, selaku ketua badan pertimbangan jabatan dan kepangkatan (baperjakat), sekda telah menginstruksikan jajaran inspektorat untuk segera memeriksa Galih Nusantoro.

Diberitakan, eks-ajudan Bupati Tulungagung ini digerebek warga saat "kumpul kebo" dengan seorang purel atau pemandu lagu di sebuah rumah kost milik Nurlaili di Kelurahan Tretek, Kecamatan Tulungagung, Senin (22/8) dinihari.

Aib yang menimpa kasubbag protokol itu bahkan telah memaksa sejumlah pejabat teras setempat untuk melobi sejumlah media lokal maupun nasional agar meredam pemberitaan yang dianggap telah mencoreng nama baik pemkab dan Bupati Heru Tjahjono tersebut.

Ia hanya bisa pasrah saat puluhan warga mengelernya menuju kantor kelurahan dan menghukumnya dengan sanksi adat berupa kewajiban membayar denda material semen sebanyak 100 sak. (Destyan)

Source: antarajatim.com | 23 Agst 2011
| 0 komentar

Operasi Ketupat semeru 2011

Senin, 22 Agustus 2011 | 19.44.00 | 0 komentar

Tulungagung - Delapan hari menjelang hari raya Idul Fitri 1432 H /2011, di Kabupaten Tulungagung dilaksanakan Apel Gelar Pasukan Dalam Rangka Operasi Ketupat Semeru 2011 bertempat di Lapangan Wira Mandala, Senin (22/08/2011). Apel dipimpin Kapolres Tulungagung AKBP Agus Wijayanto, SIK, SH, MH.

Apel diikuti jajaran Polres Tulungagung, Dinas Perhubungan, Satuan Polisi Pamong Praja, Anggota TNI, Pramuka, dan Anggota Satpam serta dihadiri oleh Bupati bersama Muspida Tulungagung.

Kapolres Tulungagung AKBP Agus Wijayanto, SIK, SH, MH, yang membacakan sambutan tertulis Kapolri antara lain menjelaskan bahwa, target dari operasi ini untuk memberikan rasa aman dan nyaman pada masyarakat dalam kegiatan beribadah, mudik dan pariwisata.

Petugas, katanya, akan melakukan berbagai pengamanan dan pelayanan. Targetnya, antara lain pengamanan rumah kosong dan kelancaran lalu lintas dari berbagai roda transportasi.

Dalam gelar pasukan tersebut, Kapolres Tulungagung, bersama Bupati Tulungagung Ir. Heru Tjahjono, MM, beserta Muspida Tulungagung, menginspeksi pasukan.

Operasi Ketupat ini merupakan operasi khusus yang digelar kepolisian jelang arus mudik dan arus balik hari raya Idul Fitri. Dan rencananya operasi akan mulai digelar dari H - 7 hingga H + 8 Lebaran. atau 23 Agustus hingga 7 September. (Nug/Humas)
Source: tulungagung.go.id | Senin, 22 Agustus 2011
Senin, 22 Agustus 2011 | 0 komentar

EKS AJUDAN BUPATI HERU DIGEREBEK BERSAMA PUREL KAFE

Tulungagung - Eks ajudan bupati Heru Cahyono bernama Galih Nusantoro, 36 tahun, Senin jam 1.30 dini hari digerebek warga kelurahan Tertek Tulungagung, saat berduaan di kamar kos purel kafe Yess bernama Dina Puspita Sari.
Kasubag protokoler di bagian umum sekretariat daerah pemkab Tulungagung tersebut, diarak menuju balai kelurahan untuk membuat pernyataan tertulis, sanggup membayar denda 100 sak semen atau dikeler keliling kampung oleh warga.
Kejadian memalukan ini, tutur ketua RT 1 – RW 4, Solim, berawal dari kecurigaan warga terhadap seorang anggota polisi yang diduga selingkuh dengan seorang wanita penghuni rumah kost milik Nurlaili,50 tahun yang berlokasi di jalan Ahmad Yamin.

Namun kecurigaan warga, sirna, manakala si anggota polisi dan wanita tersebut, ternyata suami istri dengan bukti surat nikah yang sah.
Kemudian warga berlanjut untuk menggedor 11 kamar lainnya. Tepat jam 1.30 dini hari, saat membuka kamar yang ditempati Dina Puspita Sari, 27 tahun asal Sumberingin - Ngunut, ternyata didalam kamar, ia sedang bermesraan dengan Galih Nusantoro, PNS warga perum puri permata, kelurahan Sembung – Tulungagung.
Berdasarkan kesaksian warga berinisial KN dan AG. Melihat peristiwa ini, warga yang marah langsung menggembosi mobil Honda City warna merah nopol L 1290 QT milik pejabat yang digadang – gadang bakal menempati posisi kabag Umum di secretariat pemkab Tulungagung tersebut. Tak puas dengan sanksi moral yang diberikan, wargapun mengarak kedua pasangan mesum berikut pemilik rumah kos ke balai kelurahan yang jaraknya 200 meter dari TKP.

Dikantor ini, lanjut AG, disaksikan oleh Lurah Gatot, Camat, warga dan kapolsek Kota Tulungagung, Galih, sanggup dikenai sangsi berupa 100 sak semen.

Source: liiurfm.com | 22 August 2011
| 0 komentar

Eks-Ajudan Bupati Tulungagung Digerebek Saat Kumpul Kebo

Tulungagung - Eks-ajudan Bupati Tulungagung, Galih Nusantoro (36), digerebek warga saat kumpul kebo dengan seorang pemandu lagu di sebuah rumah kos milik Nurlaili di Kelurahan Tretek, Kecamatan Tulungagung, Senin dini hari.

Aib yang menimpa Kasubbag Protokol Pemkab Tulungagung itu bahkan telah memaksa sejumlah pejabat teras setempat untuk melobi sejumlah media lokal maupun nasional agar meredam pemberitaan yang dianggap telah mencoreng nama baik pemkab setempat dan Bupati Heru Tjahjono tersebut.

"Galih digerebek sekitar pukul 01.30 WIB. Dia bersama pasangan kumpul kebonya lalu dikeler menuju kantor kelurahan untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya," kata Solim, Ketua RT 01/ RW 04 Kelurahan Tretek.

Tidak hanya mereka berdua, puluhan pemuda bersama perangkat kelurahan dan jajaran mapolsek Tulungagung juga menggiring sejumlah anak kos lain yang rata-rata berprofesi sebagai pemandu lagu di sejumlah tempat karaoke untuk mendapat pembinaan sekaligus peringatan.

Namun dari sekitar sepuluh orang penghuni kos yang digelandang di kantor kelurahan saat itu, hanya Galih dan pasangan kumpul kebonya, Dina Puspita Sari (27) yang paling banyak mendapat sorotan warga. Sebab, dari 12 kamar kos yang dirazia paksa, hanya Dina yang kedapatan memasukkan pasangan gelapnya itu.

Galih sendiri yang diketahui sudah memiliki dua orang anak dari istri sahnya yang kini tinggal di Perum Puri Permata F/45, Kelurahan Sembung, Kecamatan Tulungagung.

"Saat digerebek, sebenarnya sasaran warga justru polisi yang ditengarai kerap menginap di kamar sebelah Dina. Tapi ternyata dia mengantongi surat nikah sehingga sasaran dialihkan ke kamar lain. Tak disangka, ternyata ada Galih di dalam salah satu kamar bersama purel," ujar Hendik, menceritakan kronologi penggerebekan.

Karena tak mengantongi surat bukti nikah dan diduga berbuat mesum, Galih dan Dina kemudian langsung dibawa ke kantor kelurahan setempat dengan cara dibonceng menggunakan sepeda motor.

Beruntung, emosi warga bisa dicegah sehingga aksi massa tidak sampai terjadi. Namun sedan Honda Grand City nopol L-1290-QT milik Galih yang diparkir di depan rumah kos akhirnya menjadi sasaran kekesalan para pemuda. Meski tak sampai merusak kendaraan, empat roda sedan berwarna merah metalik ini mereka kempiskan bersama-sama.

Akibatnya, selain menanggung malu dan harus menerimsa sanksi adat berupa kewajiban membayar denda 100 sak semen, Galih tak bisa segera memindahkan mobilnya dari lokasi kejadian.

"Semua (hukuman) itu dilakukan agar ia tidak semena-mena ataupun mengulangi perbuatannya. Padahal sebagai abdi negara, seharusnya dia bisa menjadi teladan masyarakat, apalagi kelakuan (mesum/kumpul kebo) itu dia lakukan saat malam ramadan dan rumah kost itu berada persis di depan masjid," kecam Lurah Tretek, Gatot.

Selain memaksa Galih dan Dina membuat surat pernyataan tertulis untuk minta maaf dan berjanji untuk tidak mengulangi perbuatannya, warga dan perangkat Kelurahan Tretek juga membatasi pemilik rumah kost, Nurlaili, agar tidak lagi menyewakan rumah kost-nya untuk pria dan wanita sekaligus.

"Intinya kalau mau disewakan harus jelas, untuk cewek saja atau cowok saja. Tidak boleh campuran seperti sebelumnya, cewek dan cowok jadi satu karena akibatnya terkesan 'bebas' dan tidak terkontrol, apalagi penghuninya kebanyakan berprofesi sebagai purel," ujar Suyono, salah seorang tokoh pemuda Kelurahan Tretek.

Tidak ada konfirmasi ataupun klarifikasi dari pihak Galih maupun Dinas terkait penggerebekan ini. Mantan ajudan Bupati Heru Tjahjono yang kini menjabat sebagai kasubbag protokol di bagian rumah tangga pendopo itu hanya diam dan tertunduk malu saat sejumlah wartawan mencoba mengambil gambarnya.

Kepanikan justru terkesan terjadi pada pagi hingga siang harinya saat sejumlah pejabat pemkab sekelas sekda, kabag umum, dan kabag humas berupaya melobi sejumlah awak media lokal maupun nasional agar meminimalisasi dampak pemberitaan yang dibuat.(Destyan)

Source: antarajatim.com | 22 Agst 2011
| 0 komentar

Warga Tulungagung Blokade Tambang Pasir Besi

Sabtu, 20 Agustus 2011 | 02.49.00 | 2 komentar

Tulungagung - Puluhan warga Desa Panggungkalak, Kecamatan Pucanglaban, Kabupaten Tulungagung, Jumat sore, beramai-ramai melakukan blokade jalan serta area pertambangan pasir besi yang berlokasi di desa mereka, tepatnya di pesisir Pantai Dlodo.

Warga yang terdiri dari kaum laki-laki dan perempuan itu awalnya hanya sebatas mencegat puluhan truk yang berlalu-lalang mengangkut pasir besi dari lokasi penambangan.

Namun seiring makin banyaknya massa, para pengujuk rasa yang kesemuanya warga Desa Panggungkalak tersebut lalu bergerak menuju area pertambangan di Pantai Dlodo dan mengusir "beko" (sejenis alat berat) yang digunakan CV Sumber Mas untuk mengeruk pasir besi di daerah tersebut.

"Mereka sudah melanggar izin pertambangan. Harusnya yang boleh dieksplorasi sesuai surat izin itu hanya di kawasan Desa Rejosari, Kecamatan Kalidawir, tapi kenapa sampai merembet ke sini (Desa Panggungkalak)," seru Handoyo, salah seorang warga dengan nada menghardik.

Sayang, saat masalah itu coba mereka komunikasikan dengan pemilik usaha pertambangan, yang bersangkutan tidak ada. Demikian pula dengan jajaran manajemen CV Sumber Mas selaku pemegang hak kuasa pertambangan pasir besi.

Warga yang sudah terlanjur kesal akhirnya melakukan pemblokadean area tambang secara sepihak, sesaat setelah beko yang digunakan mengeruk ribuan matrik pasir besi diusir menuju Desa Rejosari.

Berdasarkan peta desa yang mereka pegang dan yakini, mereka lalu membuat patok-patok, tepat berada di antara area pantai yang ditambang.

Mereka lalu membentangkan dua buah spanduk tepat di tapal batas kedua desa yang isinya bernada penegasan bahwa area tersebut bukan kawasan eksplorasi.

"Kami meminta 'sampeyan' (anda) segera membawa beko 'sampeyan' ke wilayah Desa Rejosari, sampai masalah ini diselesaikan," ancam Sutaji, koordinator warga dari "The Jayeng Kusumo Center".

Mendapat ancaman seperti itu, Sugianto yang sudah ketakutan lantas menjalankan alat beratnya ke wilayah Desa Rejosari.

Informasi di lapangan, Pantai Dlodo yang tengah ditambang CV Sumber Mas berada di area Desa Rejosari, Kecamatan Kalidawir dan Desa Panggungkalak, Kecamatan Pucanglaban.

Menurut kopian ijin yang diterima warga, tambang tersebut seluas lima hektare dan berada di Desa Rejosari. Namun sejak sebulan lalu, tambang tersebut meluas hingga masuk ke wilayah Desa Panggungkalak.

"Ekspansi" itulah yang kemudian memicu protes. Warga yang tidak terima wilayah desanya ditambang tanpa ijin lantas melakukan gerakan penolakan.

Mereka menyebut, apa yang dilakukan perusahaan penambang sama dengan pencurian aset Pemkab Tulungagung, khususnya warga Desa Panggungkalak.

Kalau menambang tanpa ijin kan sama artinya dengan mencuri. Mencuri aset Pemkab Tulungagung untuk keuntungan perusahaan,? ujarnya.

Dikonfirmasi terpisah, Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tulungagung, Sudigdo mengaku bila pihaknya sudah mengecek langsung ke area tambang, namun tidak ketemu dengan kedua belah pihak.

Sudigdo berjanji akan segera menyelesaikan masalah ini secepatnya, dengan menjembatani perusahaan penambang dan warga Desa Panggungkalak, Sabtu (20/8). (Destyan)

Source: antarajatim.com | 19 Agst 2011
Sabtu, 20 Agustus 2011 | 2 komentar

Jalur Mudik | Jatim Siapkan Pemantau Kondisi Jalan

Jumat, 19 Agustus 2011 | 19.56.00 | 0 komentar

SURABAYA - Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BP2JN) V dan Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Jawa Timur pada musim Lebaran 2011 mendirikan 14 Posko Lebaran. Posko untuk memantau kondisi jalan terutama yang digunakan untuk jalur-jalur mudik dan balik, serta menerima pengaduan masyarakat tentang kerusakan jalan.

Posko Lebaran tersebar di 12 kabupaten, dan 2 di Kota Surabaya,termasuk di Kantor Balai Pemeliharaan Jalan (BPJ), mulai efektif H-7 dan berkahir H+7 Lebaran.

Beberapa lokasi Posko Lebaran tersebut meliputi Kantor Balai Besar Pelaksana Jalan Nasional V Surabaya, Balai Pemeliharaan Jalan (BPJ) Mojokerto, BPJ Bojonegoro, BPJ Madiun, BPJ Malang, BPJ Pacitan, BPJ Tulungagung, BPJ Probolinggo, BPJ Jember, BPJ Banyuwangi, BPJ Pamekasan, BPJ Surabaya dan BPJ Kediri.

Kepala Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (B2PJN) V, Kementerian Pekerjaan Umum AG Ismail di Surabaya, Jumat (19/8/2011), mengatakan, setiap posko dilengkapi beberapa peralatan berat, seperti buldozer, motor grader, loader, dump truk, trailler dan jembatan bailley.

Keberadaan alat-alat itu dapat memberikan tindakan sewaktu-waktu ketika ada kondisi darurat yang memerlukan penanganan mendesak. "Petugas yang siaga di posko bekerja 24 jam," katanya.

Apalagi pada tahun 2011 ini pembangunan dan pemeliharaan jalan nasional di Jatim mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah pusat, sehingga mendapat kucuran dana Rp 1,8 triliun. Dari dana tersebut total penanganan, meliputi pembangunan dan pemeliharaan jalan sepanjang 2.143,16 k ilometer, jembatan sepanjang 9.632 meter dan jembatan layang sepanjang 805 meter.

Source: KOMPAS.com | Jumat, 19 Agustus 2011
Jumat, 19 Agustus 2011 | 0 komentar

Pemkab Tulungagung Bagikan TPBK PNS Senilai Rp3,8 Miliar

Kamis, 18 Agustus 2011 | 22.11.00 | 1 komentar

Tulungagung - Pemerintah Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, sejak sepekan terakhir terus membagikan tunjangan penghasilan bersifat khusus (TPBK) senilai Rp3,8 miliar untuk belasan ribu PNS dan CPNS setempat yang tersebar di berbagai satuan kerja perangkat daerah (SKPD).

"Proses pencairannya telah dilakukan sejak Senin (14/8) lalu melalui masing-masing SKPD berdasar daftar PNS yang mereka ajukan," kata Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Tulungagung, Maryoto Bhirowo, Kamis.

Ia menegaskan, TPBK bukanlah bentuk akal-akalan untuk menggantikan tunjangan hari raya (THR) yang selama ini telah dilarang pemerintah PNS/CPNS sudah menerima gaji ke-13.

"TPBK bukan akal-akalan untuk menggantikan THR yang sudah dilarang. Tapi TPBK sudah dianggarkan jauh-jauh hari dan sekarang tahap pembagiannya," tandasnya.

Menurut Maryoto, TPBK bersumber dari APBD sehingga bisa dibagikan sewaktu-waktu menurut kebijakan keuangan daerah. Hanya saja, pada pelaksanaannya, pembagian dilakukan menjelang hari raya Idul Fitri sehingga kerap dikaitkan dengan THR yang dibagikan di perusahaan swasta.

"Hanya kebetulan saja, dalam pelaksanaan pembagian untuk pertama kali ini dilakukan menjelang Hari Raya Idul Fitri sehingga terkesan seperti THR," imbuhnya.

Sebagaimana perencanaan awal, setiap PNS/CPNS akan mendapatkan uang tunjangan sebesar Rp250 ribu. Jumlah ini diterimakan sama untuk semua golongan dan semua pangkat.

Dengan total PNS/CPNS di lingkungan Pemkab Tulungagung yang mencapai 15.200 orang, TPBK tahun ini menelan anggaran hingga kisaran Rp3,8 miliar.

"Dihitung dari total PNS/CPNS dan dikalikan jumlah yang diterimakan pada setiap orang, Rp250 ribu, maka akan ketemu angka Rp3,8 miliar. Semuanya sudah dianggarkan lewat APBD," katanya.

Namun, di sisi lain pemerintah daerah juga menerapkan kebijakan pemotongan TPBK dengan besaran bervariasi. Untuk PNS golongan III pemotongan mencapai sebesar lima persen sementara untuk golongan IV sebesar 15 persen. Seluruh uang hasil pemotongan itu selanjutnya dikembalikan ke kas negara.

Bersamaan dengan kebijakan TPBK, Pemkab Tulungagung juga mengeluarkan instruksi agar setiap PNS menolak segala betuk pemberian atau parsel saat menjelang hari raya Idul Fitri.

Langkah ini diambil untuk mencegah adanya gratifikasi atau suap dari pihak-pihak swasta yang berkepentingan dengan kebijakan tertentu Pemkab Tulungagung.

"Untuk parsel instruksinya sudah sangat jelas, setiap PNS di lingkungan Pemkab Tulungagung tidak boleh menerima parsel," tegasnya.

Meski diakui juga oleh Maryoto, belum ada yang tegas melarang pemberian parsel, namun setidaknya PNS/CPNS bisa menjaga perilaku. Maryoto juga menegaskan akan memberikan peringatan kepada setiap PNS yang kedapatan menerima parsel.(Destyan)

Source: antarajatim.com | 18 Agst 2011
Kamis, 18 Agustus 2011 | 1 komentar

Pemkab Tulungagung Toleransi Parkir Liar Jelang Lebaran

Tulungagung - Pemerintah Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, masih memberi toleransi atas munculnya puluhan juru parkir liar di sepanjang trotoar jalan setempat, menjelang hingga usai Lebaran akhir Agustus 2011.

"Kami prinsipnya mau ambil jalan tengah saja, (mereka) boleh mengelola parkir di sepanjang jalan yang menjadi aset pemkab asal tidak sampai memberatkan masyarakat," ujar Kepala Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) Kabupaten Tulungagung, Eko Asistono, di Tulungagung, Kamis.

Penegasan sikap tersebut merupakan respons lanjutan yang disampaikan pemerintah daerah setempat, dalam hal ini dishubkominfo, dalam menanggapi pro dan kontra keberadaan sejumlah juru parkir dadakan di sejumlah ruas jalan dan kompleks pertokoan.

Eko berdalih, bagaimanapun keberadaan juru parkir musiman itu sangat diperlukan untuk membantu pengamanan kendaraan masyarakat seiring tren meningkatnya angka kriminalitas setiap kali menjelang lebaran.

"Ya, situasinya memang dilematis. Akan tetapi, bagaimanapun banyak juga masyarakat yang melihat sisi positif keberadaan mereka (juru parkir musiman/dadakan). Sebab, mereka setidaknya sangat membantu dalam menjaga kendaraan dari pencurian," ujarnya beralasan.

Terlebih, lanjutnya, tenaga keamanan yang ada dinilai belum memadai. Terlalu mengandalkan pihak kepolisian tanpa melibatkan partisipasi masyarakat, dalam hal ini kelompok pemuda/warga yang mengambil momentum jelang lebaran untuk menjadi juru parkir dadakan, dikhawatirkan justru kontraproduktif dengan upaya penciptaan kamtibmas (keamanan dan ketertiban masyarakat).

Apalagi volume kendaraan selama sepekan terakhir meningkat tajam di banding hari-hari biasa. Eko terang-terangan mengaku khawatir juru parkir resmi yang disediakan pemerintah daerah kewalahan dalam mengatur lalu-lintas parkir.

"Kalau memang ada (masyarakat) yang tidak setuju, boleh menolak (membayar tarikan parkir) karena memang keberadaan mereka (juru parkir musiman/dadakan) memang tidak resmi. Dan kalau sampai ada paksaan, kami pasti akan tertibkan, apalagi jika sudah mengarah pada tindak pemerasan," tegasnya.

Meski dalih yang diargumentasikan Eko Asistono masuk akal, tetap saja kebijakannya yang memberi toleransi atas keberadaan puluhan juru parkir liar di sepanjang trotoar jalan yang ada di berbagai pusat pertokoan dinilai kontroversial.

Sebab, para pemilik kendaraan di Kota Marmer selama ini telah rutin membayar biaya parkir berlangganan tahunan ke daerah melalui kantor samsat.

Fakta ini juga diakui oleh Eko Asistono dengan menyebut nilai pendapatan asli daerah (PAD) setempat tahun 2010 yang mencapai kisaran Rp4 miliar dan tahun ini ditarget Rp4,5 miliar lebih. (Destyan)

Source: antarajatim.com | 18 Agst 2011
| 0 komentar

Korupsi Dana P2SEM, Istri Anggota DPRD Jatim Divonis 1 Tahun Penjara

Surabaya - Terbukti melakukan korupsi dana P2SEM, Ratna Eni Sulistyo, istri anggota komisi C DPRD Jatim, Basuki Babussalam, divonis 1 tahun penjara. Vonis tersebut lebih ringan dari tuntutan jaksa yang menuntut 1,5 tahun hukuman penjara.

"Menjatuhkan vonis kepada terdakwa 1 tahun kurungan penjara dan denda Rp 50 juta subsider 1 bulan penjara," kata Hakim Ketua, Belman Tambunan, dalam persidangan di Pengadilam Negeri (PN) Surabaya, Selasa (18/8/2011).

Selain denda, Belman juga memerintahkan agar perempuan 31 tahun itu membayar kerugian negara sebesar Rp 50 juta. Dalam putusannya, Belman menerangkan bahwa Ratna yang tinggal di Jalan Pabean, Sedati, Sidoarjo telah menerima pencairan dana Rp 225 juta untuk LSM Adi Luhung yang dia menjadi bendahara.

Dana cair dua kali yakni pada 4 Desember 2008 sebesar Rp 220 juta dan 2 Februari 2009 sebesar Rp 5 juta. Dari dana itu, yang dipergunakan hanya Rp 7,6 juta. Selebihnya yakni Rp 217,3 masuk kantong Ratna, Ratno Edi (adik Ratna yang juga sekretaris LSM Adi Luhung) dan Sutedjo (ketua LSM Adi Luhung). Edi dan Sutedjo disidang terpisah.

Dana itu rencananya digunakan untuk membiayai 3 kegiatan yang membutuhkan dana masing-masing Rp 75 juta. 3 Kegiatan itu adalah pelatihan makanan olahan di Blitar, pelatihan ternak ikan hias di Tulungagung dan pelatihan pembuatan pupuk organik di Kediri.

"Dalam proposal dirinci biaya dan tempat pelatihan. 3 Kegiatan itu total biayanya Rp 225 juta," tambah Belman.

Dalam pelaksanaannya, kegiatan itu ternyata fiktif. kegiatan pelatihan makanan olahan di Blitar tidak pernah dilakukan. Ratna memalsu pertanggungjawaban dan bukti pembayaran dari Hotel Gita Putri, seolah-olah kegiatan itu pernah dilaksanakan di sana. Kegiatan pelatihan ternak ikan hias juga fiktif.

Sama seperti kegiatan sebelumnya yang fiktif, Ratna memalsu bukti pembayaran dari Hotel Pantai Indah Popoh.

"Kegiatan seolah-olah dilakukan ditempat itu, padahal semuanya tidak ada," lanjut Belman.

Sedangkan kegiatan pembuatan pupuk organik di Kediri memang benar dilaksanakan. Tetapi kegiatan yang dilakukan di Hotel Surya, Kediri itu hanya menekan dana Rp 76 juta saja. Ratna memalsu kwitansi hotel dengan menyebutkan menyewa 52 kamar untuk 116 peserta selama 2 hari. Padahal Ratna hanya menyewa satu kamar saja.(iwd/fat)

Source: detikSurabaya | Kamis, 18/08/2011
| 0 komentar

PROYEK INFRASTRUKTUR | Jalur Lintas Selatan Jatim Terkendala

SURABAYA - Proyek infrastruktur jalur listasn selatan Jawa Timur masih terkendala. Gubernur Jawa Timur, Soekarwo pun telah melakukan pertemuan dengan anggota DPR dari provinsi ini agar proyek dipercepat dengan alokasi khusus.

Menurut Soekarwo yang ditemui di Surabaya, Selasa (16/8/2011), percepatan dilakukan khususnya di kawasan Pacitan menuju Malang, dan minimal mencapai jalur ini perlu penyelesaian tahap pertama yakni Pacitan - Tulungagung.

Dia mengakui proyek itu terkendala menyangkut pencairan anggaran dari pemerintah pusat. "Memang tidak lancar karena anggaran belum cair dari pemerintah pusat, tetapi proyek tetap berjalan," katanya.

Proyek JLS hingga selesai secara total, membutuhkan anggaran dana sekitar Rp 5 triliun, dengan panj ang jalan sekitar 660 kilometer, dengan lebar 24 meter, 16 jembatan, hutan masyarakat seluas 115, 14 hektar, hutan milik perhutani seluas 148,14 hektar, dan yang hingga kini belum bebas sepanjang 61,3 km, sementara jalan yang sudah beraspal hotmix sepanjang 15 kilometer.

Sementara APBD Jatim hanya mampu mengucurkan anggaran tidak lebih dari Rp 50 miliar per tahun. Maka dibutuhkan kebijakan revolusi dari pemerintah pusat, provinsi dan pemerintah daerah agar proyek tuntas sesuai rencana.

Anggota Komisi D DPRD Jatim, Irwan Setiawan mengatakan, total APBD Jatim 2011 sebesar Rp 10,6 triliun dan sekitar 60 persen terserap untuk gaji pegawai. Sebab pembangunan pembangunan satu tahap JLS sepanjang 70,68 kilometersudah membutuhkan anggaran sekitar Rp 178 miliar.

Sebab anggaran pembangunan JLS tersebut per kilomiter antara Rp 2 miliar hingga Rp 4 miliar. "Jika hanya mengandalkan APBD Jatim,sulit untuk mewujudkan proyek itu hingga 2014," katanya.

Source: KOMPAS.com | Rabu, 17 Agustus 2011
| 0 komentar

Polres Tulungagung Luncurkan Program "Mudik Budhal Awal"

Tulungagung - Jajaran Satuan Lalu Lintas Polres Tulungagung, meluncurkan program "Mudik Budhal Awal", sebagai bagian dari pengamanan arus mudik dan balik Lebaran.

Menurut Kasat Lantas, AKP Satria Permana, Rabu, program "Mudik Budhal Awal" ini merupakan program yang dicanangkan Polda Jawa Timur untuk mengurangi kepadatan arus lalu-lintas selama musim mudik lebaran.

"Sesuai arahan dari Kapolda Jawa Timur, kami luncurkan program 'Mudik Budhal Awal' di wilayah hukum kami. Program ini sangat penting untuk mengurangi kepadatan arus lalu-lintas saat mudik lebaran," terangnya.

Tujuan dari program ini, kata dia, adalah untuk menghindari penumpukan arus mudik pada saat hari-hari menjelang lebaran, mulai dari tiga hari menjelang lebaran hingga sehari menjelang lebaran.

Dari pengalaman tahun sebelumnya, penumpukan selalu terjadi pada tiga hari berturut-turut sebelum lebaran dan terjadi risiko lalu-lintas, mulai dari kemacetan serta kecelakaan.

"Dari evaluasi pelaksanaan mudik tahun-tahun sebelumnya, arus lalu-lintas mencapai puncaknya saat H-3, H-2 dan H-1. Lalu-lintas biasanya padat cenderung macet, dan angka kecelakaan juga naik," tambahnya.

Lebih jauh kasat lantas menjelaskan, pada prinsipnya program ini memulangkan orang-orang yang mudik secepat mungkin.

Jika para karyawan atau pegawai instansi belum libur, para calon pemudik bisa memulangkan anggota keluarganya terlebih dahulu.

"Kalau karyawan atau pegawai belum dapat libur, setidaknya istri atau anaknya dipulangkan lebih dulu agar volume lalu-lintas akan berkurang pada saat puncak arus mudik nanti," katanya.

Karena itu, untuk menyukseskan program tersebut, Satuan Lalu Lintas Polres Tulungagung saat ini giat melakukan sosialisasi, terutama dalam upaya meyakinkan masyarakat tentang keuntungan mudik lebih awal.

Selain tidak macet, nyaman, dan cepat, perjalanan mudik dipastikkan juga relatif lebih aman.

Sebagai bagian dari program ini, Polres Tulungagung juga menghapuskan pengawalan program mudik bersama seperti tahun-tahun sebelumnya. Alasannya, jika program ini dijalankan maka para pemudik akan terkonsentrasi di hari tertentu dimana dilakukan pengawalan.

"Konsekuensi dari "mudik budhal awal" ini pengawalan mudik barang pun harus ditiadakan. Sebab, jika tetap diadakan pengawalan khusus pemudik, maka akan terjadi konsentrasi lalu-lintas di hari pelaksanaan," ujarnya. (Destyan)

Source: antarajatim.com | 17 Agst 2011
| 0 komentar

Tiga Warga Tewas Akibat Pesta Minuman Keras

Tulungagung - Tiga warga Desa Ketanon, Kecamatan Kedungwaru, Kabupaten Tulungagung, Erw (25), Amb (29), dan Wah (24) tewas setelah menggelar pesta minuman keras yang dicampur dengan pil double-L.

Salah satu saksi mata, Devi (23), Rabu mengatakan, ada delapan orang yang menggelar pesta minuman keras di kafe Amsterdam milik Sopan, Minggu (14/8) malam hingga Senin (15/8) dini hari. Namun seperti belum puas, pada malam berikutnya para pemuda tersebut kembali menggelar pesta kembali.

"Dua malam berturut-turut ada delapan pemuda yang menggelar pesta minuman keras jenis ciu (arak beras) di kafe Amsterdam. Mereka semuanya pemuda warga Desa Ketanon," katanya.

Pada malam kedua itulah para pemuda ini mencampurkan sesuatu yang diduga sebagai pil double L ke dalam minuman mereka. Selasa (16/8) dini hari terjadi kepanikan di kafe Amsterdam, sebab beberapa orang yang ikut pesta tiba-tiba ambruk.

"Pada waktu itu belum selesai pesta, tiba-tiba beberapa orang ambruk dan membuat suasana kafe yang sepi tiba-tiba menjadi panik," katanya.

Ketiga korban dalam kondisi pingsan saat dilarikan ke RSUD dr Iskak Tulungagung dengan menggunakan mobil milik warga. Namun sesampai di halaman rumah sakit, Erwin dan Ambon yang dalam kondisi paling parah meninggal dunia.

Mengetahui keduanya meninggal, para pengantar tidak jadi menurunkan keduanya di IGD (instalasi gawat darurat) rumah sakit dan langsung membawanya pulang. (Destyan)

Source: antarajatim.com | 17 Agst 2011
| 0 komentar

Kelompok Satria Piningit Gelar Upacara Bendera

Tulungagung: Seorang warga yang mengklaim dirinya sebagai "satria piningit" keturunan mantan Presiden RI pertama, Soekarno, menggelar upacara kemerdekaan secara esklusif bersama kelompok pengikutnya.

Upacara bendera berlangsung tepat pukul 10.00 WIB di halaman padepokannya di Desa Kalangan, Kecamatan Ngunut, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, Rabu (17/8). Upacara berlangsung sederhana tanpa diiringi nyanyian lagu kebangsaan Indonesia Raya.

Secara keseluruhan rangkaian upacara yang digelar mirip upacara bendera pada umumnya itu tetap berlangsung khidmad.

Prosesi pelaksanaan upacara dalam rangka peringatan HUT ke 66 RI tersebut di Desa Kalangan, tak kurang diikuti 50 peserta yang mengikuti seluruh rangkaian kegiatan.

Mereka bahkan rela menunggu berjam-jam di teras pendopo sekaligus rumah sang "ratu adil", yang diidentifikasi bernama Hanif Suryo Saputro Soekarno (56), sekadar menunggu detik-detik dimulainya upacara tepat pukul 10.00 WIB.

Para peserta kelompok "satria piningit" yang barusan mendeklarasikan diri dalam wadah bernama Organisasi Sosial Kemasyarakatan Nasional Independen-Persatuan Rakyat Rajawali Mas (OSKNI-PRRMI) ini, membentuk formasi setengah lingkaran mengitari tiang bendera yang terpancang persis di depan teras padepokan.

"(Kegiatan/upacara) Ini merupakan wujud komitmen serta kecintaan kami terhadap NKRI. Organisasi ini kami bentuk tidak memiliki motif politik apapun apalagi makar. Tapi kami memang memiliki misi menyatukan sekaligus mensejahterakan masyarakat Indonesia yang sampai saat ini masih tercerai-berai," tutur Hanif Suryo Saputro.

Meski saat pengibaran bendera merah putih tidak terdengar lagu kebangsaan Indonesia Raya, protokoler upacara sempat mengajak seluruh peserta menyanyikan tiga lagu wajib mereka, yakni Pada-Mu Tuhan, Padamu Negri, serta Maju Tak Gentar.

Uniknya, lagu Pada-Mu Negri merupakan hasil gubahan dari lagu Padamu Negri yang dinyanyikan masing-masing sebanyak tiga kali.

Dikonfirmasi mengenai aktivitas upacara bendera yang digelar kelompok Hanif yang mengklaim dirinya sebagai "satria piningit" ini, jajaran kepolisian maupun aparat desa setempat menyatakan "tutup mata".

Mereka menganggap kegiatan yang digelar Hanif dan pengikutnya tidak melanggar aturan maupun terindikasi melakukan gerakan subversif (makar), karena tidak ada tujuan menggulingkan negara ataupun membentuk negara dalam negara.

"Mereka hanya LSM biasa yang memiliki tujuan mensejahterakan rakyat Indonesia melalui dana amanah yang konon katanya (kata Hanif Cs) bersumber dari harta peninggalan zaman pemerintahan Soekarno, yang masih tersimpan di bank dunia serta di sejumlah negara Eropa lainnya," jawab Kapolsek Ngunut AKP Priyono.

Penjelasan serupa disampaikan Kanit Intelkam Polsek Ngunut Aiptu Kusnan. Ia mengatakan, sejak Selasa (16/8) malam, dirinya bersama sejumlah anggota telah melakukan pemantauan langsung ke padepokan Hanif Suryo Saputro yang berlokasi di Desa Kalangan.

Hasilnya, perkumpulan tersebut dipastikan tidak memiliki potensi menyebabkan terjadinya gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas) apalagi mengarah pada gerakan makar.

"Mereka di sana sudah bertahun-tahun dan sampai saat ini tidak ada keluhan ataupun komplain dari masyarakat sekitar. Jadi tugas kami hanya sekedar memantau," tandas Kusnan. (Ant/RIZ)

Source: metrotvnews.com | Rabu, 17 Agustus 2011
| 0 komentar

Telkom Siapkan 60 Bus Mudik Bareng

SURABAYA - PT Telekomunikasi Indonesia Tbk bersama sejumlah anak usahanya menyiapkan sedikitnya 60 armada bus untuk kegiatan mudik bareng Lebaran 2011.

Operation Senior Manager Communication PT Telkom A Mohammad Soma di Surabaya, Selasa (16/8), mengatakan, mudik bareng diberangkatkan dari tiga kota besar, yakni Jakarta sebanyak 38 bus, Surabaya 20 bus, dan Denpasar dua bus.

"Kegiatan bertema 'Mudik Asik' ini merupakan bagian dari program CSR (Corporate Social Responsibility) Telkom yang digelar setiap tahun, dengan tujuan membantu masyarakat pulang kampung melalui penyediaan sarana transportasi," ujarnya.

Soma mengemukakan, peserta mudik bareng Telkom antara lain kalangan mitra kerja, "frontliner" (tenaga penjual produk) dan juga masyarakat umum.

Selain armada bus, Telkom Group juga memfasilitasi kegiatan mudik bareng dengan menggunakan pesawat terbang, kereta api dan kapal laut, serta mobil.

"Untuk moda kereta api dan kapal laut, Telkomsel (salah satu anak perusahaan Telkom) yang menyediakan. Ada tiga kapal laut yang disiapkan untuk tujuan Batam, Kalimantan dan Sulawesi," tambah Soma.

Sedangkan armada bus yang berangkat dari Jakarta, tujuan mudiknya adalah kota-kota di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Begitu pula untuk kereta api dari Jakarta.

Sementara kota tujuan untuk armada bus yang berangkat dari Surabaya, antara lain Kediri, Tulungagung, Trenggalek, Probolinggo, Jember, Banyuwangi (Jatim). Selain itu, juga menuju Solo, Yogyakarta, dan Semarang (Jateng). (Ant/OL-9)

Source: MICOM | Rabu, 17 Agustus 2011
| 0 komentar

Lima Pengedar Sabu Ditangkap Jelang Sahur

Selasa, 16 Agustus 2011 | 21.08.00 | 0 komentar

Kediri - Lima orang pria ditangkap petugas Satuan Narkoba Polres Kediri Kota karena terlibat dalam peredaran narkoba jenis sabu-sabu. Kelimanya diamankan saat menjelang sahur.

Mereka adalah Huhammad Kurnia Yahya (28) warga Kelurahan Banjarmlati, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri, Budi Santoso (29) warga Desa Nyawangan, Kecamatan Kras, Kabupaten Kediri, Doni Novrika (25) warga Desa Ringinpitu, Kecamatan Kedungwaru, Kabupaten Tulungagung, dan Sugianto (28) warga Desa Sumberejo, Kecamatan Kandat, Kabupaten Kediri dan Nurudin (29), warga Desa Deyeng, Kecamatan Ringinrejo, Kabupaten Kediri.

Kasubbag Humas Polres Kediri Kota AKP Surono mengatakan, dari tangan kelimanya, polisi berhasil mengamankan 3,2 gram sabu. Selain itu, petugas juga menyita 20 pil nipam.

" Kami sedang mengembangkan jaringan ini. Sampai saat ini mereka belum mau buka mulut darimana barang tersebut diperoleh. Kemungkinan besar dari luar kota," ujar AKP Surono kepada beritajatim.com, Selasa (16/8/2011)

Surono menambahkan, pembongkaran jaringan narkoba jenis sabu yang melibatkan lima orang tersangka itu bermula dari informasi masyarakat. Kelimanya sering diketahui melakukan transaksi dan berpesta sabu.

Petugas melakukan penyelidikan dan pengintaian. Kemudian melakukan penangkapan terhadap Muhammad Kurnia. Dari tangan Yahya, petugas menyita barang bukti 20 pil nipam. Barang terlarang itu baru didapat dari tersangka lain dan hendak dijual.

Berdasarkan hasil interogasi, petugas mengamankan tiga temannya, Budi Santoso, Doni Novria dan Sugianto dan Nurudin. Ternyata dari tangan Nurudin, berhasil menemukan 3,2 gram sabu. Serbuk terlarang itu, berniat akan digunakan untuk berpesta sabu

Kepada petugas, para tersangka mengaku, nekat menggunakan sabu sabu hanya untuk bersenang senang. Sedangkan Yahya, pemilik pil Jenis Nipam mengaku, memiliki pil itu, untuk dijual kembali. [beritajatim.com]

Source: INILAH.COM | Selasa, 16 Agustus 2011
Selasa, 16 Agustus 2011 | 0 komentar

Atlet Berprestasi Diberi Kesempatan Luas

Pengurus Provinsi Persatuan Olahraga Tinju Seluruh Indonesia (Pengprov Pertina) Jatim akan memberi kesempatan seluas-luasnya pada atlet yang berprestasi. Termasuk yang sukses di Pekan Olahraga Provinsi tahun ini.

Wiyono Ketua Komisi Tehnik Pengprov Pertina Jawa Timur pada Budi reporter Suara Surabaya, Selasa (16/8/2011), mengatakan selain sudah mem-Puslatdakan beberapa atlet, Pertina juga akan memberi kesempatan pada atlet mudanya, yang berprestasi di Porprov Kediri Juli lalu.

Menurut Wiyono, mereka yang juara di Porprov akan diikutkan seleksi. Mereka akan diberi kesempatan masuk pemusatan Latihan Daerah (Puslatda).

Ia mengatakan mereka yang akan diseleksi jumlahnya mencapai 7 atlet. Mereka merupakan atlet yang sukses menjadi juara di Pekan Olahraga Provinsi di Kediri Juli lalu.

Wiyono belum tahu berapa nantinya yang akan diambil dari hasil seleksi. Karena keputusan itu masih menunggu hasil koordinasi dan kuota yang diberikan KONI Jatim.

Yang jelas, kata Wiyono, mereka yang terbaik akan bergabung di Puslatda. Mereka rencananya diberangkatkan mengikuti Prakualifikasi PON yang akan digelar September mendatang.

Cabang Olahraga Tinju sekarang ini mempuslatadakan 4 atlet. Mereka diproyeksikan untuk mengikuti Pekan Olahraga Nasional (PON) 2012 di Riau. Keempat atlet itu, Bogik dari Tulungagung, Timotius Surabaya, Agus Andriyono Sidoarjo dan Andre Rompies dari Blitar. (bud/tin)

Source: suarasurabaya.net | 16 Agustus 2011
| 0 komentar

10 Hari Ramadan, Polisi Bekuk 1.235 Pelaku Kriminalitas

Surabaya - Aparat kepolisian Polda Jatim dan jajarannya menggelar Operasi Pekat Semeru 2011. Dalam kurun waktu 10 hari selama operasi saat bulan ramadan, sebanyak 1.235 pelaku tindak kriminal.

"Operasi Pekat Semeru 2011 ini digelar mulai 1 sampai 10 Agustus 2011," kata Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Rachmat Mulyana kepada wartawan di mapolda, Jalan Ahmad Yani, Senin (15/8/2011).

Rachmat mengatakan, banyaknya pelaku tindak kriminalitas selama operasi pekat pada tahun ini mengalami peningkatan sekitar 15 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Meski mengalami kenaikan, masih ada beberapa jajaran polres yang belum menyelesaikan kasus hingga 100 persen.

"Rata-rata kasus yang baru diselesaikan sekitar 43,98 persen. Tapi jumlah ini sudah overprestasi," tuturnya.

Meski berhasil menyelesaikan 316 kasus, polisi tetap diminta mengantisipasi kasus kriminalitas seperti premanisme, pornografi, , miras, perjudian dan kasus lainnya.

Sementara Wadireskrimum AKBP Daniel T Monang Silitonga menambahkan, pelaku kriminalitas yang banyak diamankan seperti kasus perjudian maupun peredaran minuman keras (miras).

"Dari hasil penangkapan, kasus yang paling besar seperti miras dan perjudian. Kita juga mengamankan petasan dari masyarakat, agar tidak membahayakan diri sendiri maupun orang lain," jelasnya.

Dari rilis yang diterima, selama Operasi Pekat ini ada beberapa polres yang belum mencapai target seperti Polres Ponorogo, Banyuwangi, Lumajang dan Pasuruan.

Sedangkan polres yang belum menyelesaikan 3 kasus seperti Polres Sidoarjo, Polresta Blitar, dan Polresta Pasuruan. Polres yang belum menyelesaikan 4 kasus seperti Polres Pacitan, Polres Tulungagung. Yang masih mempunyai tunggakan 5 kasus seperti Polresta Probolinggo, Polresta Madiun dan polres yang belum mengungkap 7 kasus seperti Polres Mojokerto.(roi/fat)

Source: detikSurabaya | Senin, 15/08/2011
| 0 komentar

Polisi Tulungagung Tahan Pelaku Pencabulan Keponakan

Tulungagung - Jajaran Kepolisian Tulungagung menahan seorang pria paruh baya yang diduga telah mencabuli keponakannya sendiri.

Pelaku asusila yang diidentifikasi bernama Anwarudin (46), warga Desa Bantengan, Kecamatan Bandung, itu sempat menjadi bulan-bulanan warga sebelum akhirnya diamankan pihak berwajib.

"Tersangka sudah kami periksa dan sudah mengakui semua perbuatannya," terang Kasat Reskrim Polres Tulungagung, AKP I Dewa Gde Juliana, Senin.

Ia menjelaskan, perbuatan tidak senonoh yang mengarah pada tindak pidana pencabulan itu sudah dilakukan hingga sebanyak delapan kali, terhitung sejak bulan Oktober tahun 2010 lalu.

Sebagaimana pengakuan tersangka Anwarudin, perbuatan melawan hukum itu ia lakukan pada siang hari, setiap kondisi rumah korban sedang kosong.

"Mengakunya dilakukan suka sama suka, tidak ada unsur paksaan. Tapi tidak bisa percaya begitu saja," ujar kasat reskrim lugas.

Bapak anak satu yang bekerja sehari hari sebagai kuli bangunan tersebut kini harus rela meringkuk di tahanan. Tersangka menghadapi jeratan pasal berlapis, yakni pasal 290 KUHP serta pasal 81-82 UURI no 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak dengan ancaman 15 tahun penjara.

Terbongkarnya tindak asusila ini bermula dari pengakuan polos korban, Nn (15), yang saat ini masih duduk di bangku SMP. Gadis belia yang masih duduk di bangku kelas IX salah satu SMP negeri di Tulungagung ini suatu ketika menceritakan kisah pilu yang dialaminya selama menjadi budak nafsu suami dari tantenya sendiri tersebut.

Ia mengaku tak pernah menginginkan perlakuan cabul yang mengarah pada persetubuhan itu tetapi terus dipaksa oleh tersangka. "Korban bahkan mengaku sempat beberapa kali diancam akan dibunuh. Pengakuan berbeda ini akan kami konfrontir dengan memeriksa beberapa bukti petunjuk lain," ujarnya.

Dewa menambahkan, saat dilakukan penangkapan tersangka sama sekali tidak melakukan perlawanan. Anwarudin sebenarnya telah mengakui perbuatanya, tetapi karena warga terlanjur geram, tersangka sempat dihajar beramai-ramai hingga babak belur. (Destyan)

Source: Antara jatim | 15 Agst 2011
| 0 komentar

Algojo yang Meringkuk Dalam Pasungan 38 Tahun

Sabtu, 13 Agustus 2011 | 18.54.00 | 0 komentar

TULUNGAGUNG - Pada era sejarah kelam G30 S PKI, Supardi alias Adi (66), seorang tokoh masyarakat yang disegani. Adi dikenal sebagai algojo penumpas yang tegas. Pasca sejarah, ia mengalami goncangan jiwa. Tabiatnya yang dianggap berbahaya yang membuatnya terpaksa meringkuk di dalam pasungan selama 38 tahun.

Kata Kusnoto (46), sahabatnya, Adi, tidak semata-mata mengidap penyakit Malaria. Bukan karena virus gigitan nyamuk anopheles yang membuatnya menjadi beringas. Kontaminasi virus yang dibawa darah untuk disebarkan ke seluruh jaringan tubuh tentu tidak akan membuat warga Desa Podorejo, Kecamatan Sumbergempol, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, itu seperti kehilangan akal.

Adi mudah mengamuk. Sosok yang dulunya dikenal sebagai pemimpin sebuah organisasi masyarakat yang disegani itu seperti putus kendali. Tak jelas apa yang menjadi gerundelan hatinya, setiap meradang siapapun bisa menjadi tumpahan murkanya.

“Karena badannya yang tinggi besar dan dikhawatirkan membahayakan orang lain, kerabat dan teman memutuskan untuk dipasung,” tuturnya kepada wartawan.

Adi kini berada di sebuah gubuk kecil. “Rumah barunya” itu tak jauh di belakang rumah yang ditempati keluarganya. Bangunan itu hanya berupa empat tiang kayu, dengan selembar terpal yang sudah menutupinya. Terpal yang berfungsi sebagai atap pelindung panas dan hujan itu terlihat begitu usang.

Beberapa bagian di antaranya bahkan sudah sobek, berkibar-kibar setiap kali angin berhembus. Pihak keluarga sengaja menempatkan Adi di sana. Sengaja disembunyikan agar orang lain yang bertandang tidak mudah mengetahuinya. “Tentunya penyakit seperti ini ini sama dengan aib, “terang Kusnoto.

Kondisi Adi lebih tepat disebut tragis daripada memprihatinkan. Tragis, karena sebagai salah satu tokoh yang pernah memimpin penumpasan pemberontakan G 30 S PKI 1965, Adi kini tak ubahnya seorang pesakitan. Sebuah rantai besi membelenggu pergelangan sebelah kakinya kuat-kuat. Begitu eratnya ikatan sampai-sampai bentuk rantai membekas merah di permukaan kulit.

Sementara ujung rantai yang lain terikat tak kalah lekat pada pasak besi yang tertanam di lantai gubuk. Panjang rantai sebesar ibu jari itu sekitar 5 meter. Praktis gerak hidup Adi hanya sebatas panjang rantai tersebut. Meski dalam keadaan terbelenggu, dia masih bisa merebus air untuk membuat kopi bagi dirinya sendiri. “Sebelumnya ia sempat juga dipasung. Namun karena pasung itu membuatnya rebah tak berdaya maka diganti dengan rantai besi, “terang Kusnoto yang juga tetangga Adi.

Perubahan pada jiwa Adi terjadi paska tragedi kemanusiaan Gestapu. Usai menjalankan tugas sebagai algojo pelenyap kehidupan orang-orang yang dianggap sebagai anggota Partai Komunis Indonesia (PKI), Adi merantau ke Palembang Sumatera Selatan. Bersama beberapa rekan yang juga berasal dari satu desa, ia membuka hutan.

Hampir seluruh pepohonan yang berada pada jarak pandangnya ia tebangi. Ia bersihkan semak, onak dan duri yang dianggap menghalangi. Adi tengah menyiapkan lahan yang luas untuk perkebunan kopi. Rencananya ia akan menetap disana sebagai pengusaha kopi. “7 tahun kami hidup bersama di Palembang, “paparnya.

Gejala aneh mulai terlihat ketika Adi mengeluh jika dirinya selalu diikuti bulan. Kemanapun dia pergi, satelit bumi itu selalu mengikuti langkahnya. “Itu yang membuatnya gelisah dan selalu mondar mandir setiap malam. Katanya dia tengah menghindari bulan yang terus mengikutinya, “terang Kusnoto.

Pada saat bersamaan malaria tropis menyerang. Selain Adi, dua orang rekannya yang ikut membabat hutan juga menderita penyakit yang sama. Satu orang meninggal dunia, dan satu orang lainya tidak diketahui rimbanya. Namun sebelum hilang, warga Desa Podorejo ini juga dianggap tidak waras.

Menurut Mansyur, keponakan Adi, pamanya langsung dibawa pulang ke kampung halaman, begitu mendengar mengalami sakit di tanah perantauan. “Dibawa pulang sekitar tahun 1973. Pada saat pertama, emosinya tidak terkendali. Selain ngoceh sendiri, masih sering mengamuk, “ujarnya.

Hingga saat ini, praktis sudah 38 tahun Adi hidup dalam pasungan. Kondisi ekonomi yang terbatas yang membuat keluarga tidak mampu menempuh cara-cara medis. “Karenanya yang kita butuhkan hanya uluran tangan dari pemerintah, “pungkasnya.

Informasi yang dihimpun, di wilayah Kabupaten Tulungagung sendiri sedikitnya ada enam kasus pemasungan karena alasan sakit jiwa. Di antaranya seorang warga Desa Tanggung, Kecamatan Campurdarat. Kemudian dua orang warga Desa Panggungkalak, Kecamatan Pucanglaban, dan dua kakak beradik warga Desa Bendilwungu, Kecamatan Sumbergempol.

Kepala Seksi Sosial, Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Tulungagung, Amir Bhakti mengatakan, dari sebagian besar kasus yang ada rata-rata ditemukan dalam keadaan yang sudah sangat parah.

“Keluarga sudah berusaha melakukan upaya pengobatan, namun karena tidak membawa hasil, pilihanya dipasung dengan tujuan tidak membahayakan keluarga dan lingkungan,” ujarnya.

Dalam hal ini menurut Amir, pihaknya tidak bisa berbuat banyak, mengingat secara medis mereka sulit untuk disembuhkan. “Artinya kami pun juga tidak bisa membantu memberikan penanganan secara maksimal,” pungkasnya.(Solichan Arif/Koran SI/ful)

Source: okezone.com | Jum'at, 12 Agustus 2011
Sabtu, 13 Agustus 2011 | 0 komentar

Iklan

Terkini

Pendidikan