Seputar Tulungagung™  ~   Berita Tulungagung Hari Ini 

Kekeringan di Indonesia Meluas

Sabtu, 17 September 2011 | 14.50.00 | 0 komentar

Tujuh waduk kering kerontang, 20 waduk waspada


JAKARTA-Kekeringan di Indonesia makin meluas. Kementerian Pekerjaan Umum (PU) mencatat setidaknya ada 7 waduk yang sekarang ini benar-benar kering.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, kebetulan tujuh waduk itu seluruhnya ada di Jawa Tengah.

“Ketujuh waduk tersebut antara lain berada di Plumbon, Kedungguling, Ngancar, Lalung, Delingan, Botok dan Brambang,” ujar Sutopo Purwo Nugroho dalam rilisnya, Jumat (16/9).

Disebutkan pula, selain 7 waduk, sebanyak 20 waduk yang berstatus Waspada, contohnya Saguling, Cirata, Jatiluhur, Bili-bili, Sermo, dan Rawapening. “Dibandingkan tahun 2010, ketersediaan air di waduk pada tahun ini lebih sedikit,” papar Sutopo, kemarin.

Dicontohkan, dalam musim kemarau tahun ini, di waduk Jatiluhur ketinggian airnya lebih rendah 9,71 meter dan di waduk Sempor permukaan air lebih rendah -8,23 meter.

Sutopo mengatakan, daerah yang mengalami kekeringan semakin meluas karena belum ada kejelasan kapan masuk musim penghujan.

Sutopo mengatakan, pemerintah telah menyiapkan hujan buatan. “Tapi saat ini hujan buatan belum terlalu mendesak,” paparnya. Soalnya ketersediaan air masih mencukupi hingga prediksi pada Oktober 2011 sudah hujan.

Sementara itu, di Jawa Timur, belum ada laporan waduk yang benar-benar kering. Rata-rata sejumlah waduk masih terdapat air dengan volume yang memang sudah semestinya pada saat musim kemarau. Namun dengan debit air yang ada sekarang, jelas tidak bisa mengairi sawah petani.

Di Madiun, misalnya, sejumlah waduk mulai terlihat mengering, seperti waduk Dawuhan, Wonoasri, Kab. Madiun. Waduk itu mengairi setidaknya 3 ribu hektare sawah yang berada di sejumlah desa yang menjadi daerah irigasi waduk tersebut.

Berdasarkan pemantauan Dinas Pertanian Jatim, sedikitnya 1.436 hektare lahan padi di Jatim sudah mengalami kekeringan (Surabaya Post, edisi Jumat 16 September 2011)

Kepala Dinas Pertanian Jatim, Eko Wibowo Putro, merinci lahan padi yang paling parah dilanda kekeringan berada di Kabupaten Tulungagung dengan luas mencapai 953 hektare. Selain itu kekeringan juga dialami Kabupaten Trenggalek seluas 271 hektare, Kabupaten Pacitan 112 hektare, Sumenep 60 hektare, Mojokerto 21 hektare dan Lamongan 19 hektare.

“Sudah tahu masuk musim kemarau seperti ini, idealnya pola tanamnya jangan lagi padi tetapi diganti palawija,” ujarnya, Jumat (16/9).

Kekeringan yang melanda di Indonesia memaksa sebagian masyarakat yang menggantungkan kehidupan sehari-harinya terhadap pertanian, terutama petani padi mulai mengonsumsi bahan pangan yang biasa mereka konsumsi saat paceklik, yakni gaplek.

Di Kab. Kediri, 6 kecamatan alami kekeringan hebat. Sejumlah sumber mata air kekeringan. Kondisi ini membuat sebagian warga mulai mengkonsumsi gaplek.

Kepala Bagian Humas Pemkab Kediri, Edhi Purwanto mengatakan Dinas Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat (Kesbanglinmas) melaporkan sedikitnya 6 kecamatan di wilayahnya mengalami kekeringan, yakni Kecamatan Semen, Tarokan, Mojo, Banyakan, Grogol, dan Kecamatan Kepung. “Rata-rata daerah pegunungan,” kata Edhi kepada tempo interaktif.

Menghadapi kekeringan ini, Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan pemerintah menyiapkan anggaran Rp 1,7 triliun. Anggaran ini diambil dari anggaran kontijensi pangan dalam APBN 2011 yang totalnya Rp 3 triliun. “Pemerintah menyiapkan beberapa program, salah satunya yakni program pompanisasi,” ujar Hatta, beberapa waktu lalu.

Hatta menjelaskan anggaran total Rp 3 triliun sudah digunakan Rp 300 miliar untuk penggantian puso dan sekitar Rp 1 triliun untuk raskin ke-13. Sisanya, Rp 1,7 triliun, akan digunakan untuk program pompanisasi.

Khusus Jatim sendiri, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur mengajukan anggaran sebesar Rp 21 miliar guna mengatasi dampak kekeringan yang terjadi di 21 kabupaten yang tersebar di 136 kecamatan dan 417 desa.

BPBD Jatim memang memiliki dana on call bencana sebesar Rp3,4 miliar. Tapi saat ini sudah tersisa hanya Rp150 juta karena telah digunakan saat bencana Gunung Bromo.

Anggaran sebesar Rp21 miliar terdiri dari dana Rp19 miliar untuk penyediaan air bersih dan dana Rp2 miliar untuk pembuatan tandon air di desa-desa. Satu tandon diharap bisa menampung 2.000 liter air.

Asisten III Sekdaprov Jatim Edi Purwinarto juga membentuk tim guna menanggulangi dampak kekeringan dan kekurangan air bersih di Jatim. Tim itu terdiri dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, Bakorwil, Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruang serta Dinas PU Pengairan. ‘‘Saya juga telah menginstruksikan ke bupati/walikota untuk mendata wilayahnya yang mengalami kekeringan. Masyarakat desa juga bisa melapor langsung ke kepala desa dan camatnya,’’ ujarnya.

Berdasarkan ramalan Badan Meteorologi dan Geofisika, Indonesia akan mengalami badai el nino, kekeringan sepanjang tahun. Diperkirakan, Oktober sejumlah wilayah di Indonesia mulai masuk musim penghujan. tmp, dtc, faz

Kabupaten di Jatim yang Alami Kekeringan
Kabupaten Malang, Trenggalek, Blitar, Lumajang, Ponorogo, Batu, Pacitan, Pamekasan
Sumenep, Bondowoso, Bojonegoro, Gresik, Jombang, Lamongan, Nganjuk, Tuban, Magetan, Tulungagung, Ngawi, Madiun, Situbondo (Sumber: BPPD Jatim)

Sumber: Surabaya Post | Sabtu, 17/09/2011

Posting Komentar