Kediri - Perusahaan Umum Jasa Tirta menetapkan status siaga merah atas peningkatan debit air Sungai Brantas. Sejak kemarin malam lonjakan debit air ini telah menghanyutkan empat perahu penambang pasir dan tiang penyangga jembatan.
Kepala Sub Divisi Jasa Air dan Sumber Air III/1 Wilayah Kediri Maryadi mengatakan peningkatan debit air Sungai Brantas saat ini cukup mengkhawatirkan. Sejak kemarin malam Perusahaan Umum Jasa Tirta yang membawahi 40 sungai di wilayah Tulungagung hingga Jombang ini menetapkan status siaga merah terhadap Sungai Brantas. “Terjadi peningkatan debit air yang sangat besar akibat curah hujan,” kata Maryadi kepada Tempo, Rabu (28/4).
Status peningkatan debit air itu terbagi dalam tiga kategori, yakni status hijau dengan jumlah debit air 0 – 800 liter per detik, status kuning 800 – 900 liter per detik, dan status merah dengan debit air di atas 1.000 liter per detik. Penetapan status siaga merah itu mulai ditetapkan Jasa Tirta sejak Selasa (27/4) malam.
Untuk mengantisipasi potensi banjir akibat kondisi ini, Jasa Tirta telah menempatkan pengawas piket di sejumlah pintu saluran air. Mereka bertugas mengontrol debit dengan pola alokasi air. Jika debit air sudah sangat mengkhawatirkan, petugas akan membuka pintu air sesuai kebutuhan.
Maryadi mengungkapkan peningkatan debit air ini merupakan dampak dari tingginya curah hujan dalam beberapa hari terakhir. Peningkatan debit air itu sendiri telah menghanyutkan satu tiang penyangga jembatan yang menghubungkan kawasan Kota dengan Kabupaten Kediri di Kelurahan Mrican, Kecamatan Mojoroto. Karena tak mampu menahan batang bambu dan perahu penambang pasir yang hanyut, tiang tersebut terseret arus hingga membuat badan jembatan melengkung. “Empat perahu milik penambang juga hilang,” kata Darsono, 35, salah satu warga setempat.
Akibat kondisi tersebut warga memutuskan menutup jembatan tersebut. Selama ini jembatan tersebut telah menghubungkan kawasan Kelurahan Mrican, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri dengan Desa Jong Biru, Kecamatan Gampengrejo, Kabupaten Kediri.
Perbaikan jembatan itu sendiri diperkirakan tidak bisa dilakukan dalam waktu dekat. Jasa Tirta baru bisa memulai perbaikan setelah musim kemarau tiba. Akibat penutupan jembatan itu seluruh pengguna jalan harus menempuh jalur memutar sejauh 10 kilometer. TEMPO Interaktif
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Posting Komentar