Seputar Tulungagung™  ~   Berita Tulungagung Hari Ini 

'Ratu Kostmopolitan': Melirik kehidupan urban kota Jakarta

Sabtu, 08 Mei 2010 | 18.10.00 | 0 komentar

Jakarta adalah kota besar yang penuh dengan kemegahan gedung-gedung pencakar langit, namun tidak sedikit pula bangunan-bangunan kumuh di sekitarnya.

Itulah realitas sosial daerah yang menjadi ibukota negara ini. Tidak jarang pula kita disuguhi oleh aksi penggusuran di beberapa lokasi kota tersebut. Suatu hal yang kadang membuat hati kita miris.

Kondisi Jakarta inilah yang membuat Ody C Harahap, seorang sutradara, senang mengangkat isu-isu sosial ke dalam cerita layar lebar yang ia tuangkan lewat film 'Ratu Kostmopolitan'.

Dengan mengawinkan unsur komedi, hiburan, cinta serta action, film ini sepertinya akan memberi warna baru dalam perfilman Indonesia.

“Saya ingin mengangkat Jakarta yang memiliki banyak masalah sosial. Jakarta adalah rumah semua orang, kaum urban turut memiliki kota ini.” kata Ody ketika ditemui di The Belleza Permata Hijau.

Film ini bercerita tentang tiga orang mahasiswi yaitu Gina (Luna Maya) yang berasal dari Bali, Tari (Tyas Mirasih) dari Manado dan Zizi (Imey Liem) dari Tulungagung (Jawa Timur) yang tengah merantau ke Jakarta untuk meneruskan pendidikannya.

Agar tetap bisa kuliah, ketiga mahasiswi ini pontang-panting mencari pekerjaan sambilan. Gina menjadi wartawan, Tari menjadi guru aerobik dan Zizi menjadi seorang seniman tato. Ketiganya menjalin persahabatan dan menetap di rumah kos milik seorang janda dari Padang, Ibu Laksmi (Yati Surachman).

Menurut sang sutradara angle mahasiswa sengaja dipilih sebagai pemeran utama dalam film ini, karena mereka bisa mewakili komunitas kaum urban di Jakarta.

Alur cerita kemudian beralih pada konflik perebutan wilayah yang mereka tinggali. Cerita berawal ketika segerombolan preman suruhan mafia tanah datang meneror perumahan tempat tinggal mereka.

Preman-preman ini mengintimidasi para penduduk untuk segera menjual tanah mereka dengan harga murah. Bahkan sampai membakar beberapa area perumahan agar bisa segera dikosongkan.

Ketiga gadis tersebut akhirnya menyatukan hati untuk melawan para preman ini. Mereka juga meminta bantuan seorang ketua Karang Taruna yang menjadi idola mereka, Seno (Fathir Mochtar). Dengan berbagai aksi dan strategi unik mereka berhasil mengecohkan para preman ini.

Ketiga artis yang membintangi film ini, mengaku tertarik karena ide ceritanya yang mengangkat isu sosial serta penyampaiannya yang penuh hiburan.

“Jelas dong, saya menikmati peran di film tersebut karena ceritanya bagus, tentang ide soal kepedulian sosial,” jelas Tyas Mirasih.

Luna Maya sendiri mengaku tidak canggung dengan adegan fighting yang ada dalam film ini. Begitu pula dengan peran wartawan yang ia mainkan.

“Saya justru terbiasa fighting, karena saya merasa jatuh dalam raga yang salah. Harusnya saya menjadi cowok karena sering bersikap seperti mereka. Soal peran wartawan, saya kan belajar dari kalian (para pekerja media),” candanya.

Sementara Imey Liem mengaku senang karena ia dipercaya menjadi salah satu pemeran utama dalam film ini. “Senang rasanya dapat salah satu peran utama,” jelasnya.

Film ini rencananya akan ditayangkan secara serentak tanggal 27 Mei 2010 mendatang. Proses syutingnya sendiri memakan waktu kurang lebih 30 hari dan mengambil lokasi di Jakarta. Sang sutradara sengaja memilih lokasi di Jalan Blora, Jakarta Pusat sebagai lokai utama.

“Gambaran gang sempit dan rumah padat di samping gedung-gedung pencakar langit akan menimbulkan ironi tersendiri bagi penonton," ucap Ody, sang sutradara. (dat07/vvn/WASPADA ONLINE)

Posting Komentar