Seputar Tulungagung™  ~   Berita Tulungagung Hari Ini 

Duta bangsa : Rhadingga Dwi S, pelajar yang mengikuti program pertukaran pelajar ke Amerika

Kamis, 29 Juli 2010 | 05.57.00 | 0 komentar

Seleksi Setahun Penuh, Rasakan Vaksin Tiap Hari

Seorang pelajar asal Jalan Pahlawan 12, Desa Ketanon, Kecamatan Kedungwaru, Tulungagung, mendapat kesempatan mencicipi kehidupan di Amerika Serikat selama 11 bulan. Di sana dia mengikuti program pertukaran pelajar. Dialah Radhingga Dwi S, siswa SMAN 1 Kedungwaru, yang berhasil terpilih dari 103 pelajar Indonesia yang akan menjadi duta budaya dan wisata daerah di negeri paman Sam itu.

Noormalady U, Tulungagung

---

Senin (26/7) pukul 07.00, beberapa guru SMAN 1 Kedungwaru meminta para siswa bergegas. Maklum, setiap Senin di sekolah diselenggarakan apel pagi. Setelah para siswa berbaris rapi, upacara itupun dimulai. Terdengar suara lantang komandan upacara menyerukan agar seluruh siswa bersiap.

Namun, ini mungkin adalah upacara terakhir bagi dua siswa kelas XII, Radhingga Dwi S. dan Ardhananeswari Pradipta Hadiputri, yang kemarin berangkat ke Jakarta. Yakni, untuk mengikuti pembekalan selama sepuluh hari, sebelum keduanya terbang pada awal Agustus mendatang ke Amerika, untuk mengikuti program pertukaran pelajar.

Untuk lolos ke Amerika sebagai duta pelajar, ini sangatlah tidak mudah. Hal tersebut dirasakan Radhingga. Putra pasangan guru bernama Honny Setiadin dan Arina Juharia, ini bahkan mengikuti seleksi program yang dilaksanakan oleh American Field Service (AFS) Yess, Young exchange study, itu sejak kelas X (kelas 1 SMA). Perjuangan yang tidak mudah harus dijalani siswa kelahiran 15 Novenber 1992 ini.

"Harus bersaing dengan ribuan peserta seleksi, dan berbagai model test orientasi selama setahun penuh. Dari mulai bahasa dan wawasan budaya, hingga diharuskan belajar batik karena merupakan yang sudah go internasional," jelas Radingga ditemui usai upacara Senin (26/7) lalu.

Dia meneruskan ceritanya, setelah melewati seleksi, kemudian test kesehatan, itupun prosesnya cukup lama. Berbagai macam vaksin disuntikkan ke tubuh atau medical check up. "Tiada hari tanpa vaksin, berbagai macam vaksin, bahkan beberapa hari sebelum keberangkatan disuntik vaksin H1N1," terang pelajar yang bercita-cita menjadi dokter ini.

Dan syukur Alhamdulillah, lanjut dia, ini adalah hari terakhirnya ke sekolah. Sebab dia harus berangkat ke Jakarta naik kereta api. Selama 11 bulan mendatang, dikatakan dia, beserta 103 pelajar dari seluruh Indonesia akan menjalani tinggal di rumah orang tua angkat di Amerika, yang telah dipilih oleh AFS Yess untuk membimbing selama di sana. "Kami tinggal dengan orang tua angkat, dan setiap harinya mendapat uang saku US $ 10," tegasnya.

Meskipun senang akan mendapat sebuah pengalaman baru, menimba pengetahuan di negeri orang yang jauh, dia mengaku cukup khawatir dengan disiplinnya program pertukaran pelajar tersebut. Sebab, bisa saja dipulangkan lebih cepat karena melanggar disiplin seperti no drug, no driver, no smoking, no drinking, dan yang lain. "Adaptasi antarbudaya yang berbeda, semoga bisa saya atasi secepatnya, meskipun para pelajar yang ikut program ini akan belajar dahulu tentang etika barat di New York," ungkapnya.

Sayangnya, persiapan siswa humoris ini harus terganggu. Sebab, dia mengalami cedera patah pada lengan kanan. Itu disebabkan karena terlalu bersemangat melakukan tarian reog, pada pembukaan Tour de East Java 2010, beberapa waktu lalu. "Alhamdulillah ini bukan penyakit bawaan, hanya insidental. Tidak akan berpengaruh para keberangkatan saya," katanya bersemangat.

Bagaimana dengan kedua orangtua? Dinyatakan dia, bahwa kedua orangtuanya sudah ikhlas mengizinkan dirinya belajar di luar negeri. Bahkan sejak proses seleksi beberapa kali ditemani orangtuanya. "Mbah yang kayaknya belum rela. Sebab setiap hari bertanya terus kapan pergi," ulasnya.

Tidak hanya belajar, dia dan para pelajar lainnya memiliki tugas memperkenalkan budaya daerah masing-masing selama di sana. Membawa nama Indonesia, memberikan gambaran kepada orang-orang Amerika tentang keindahan alam, wisata, bahari, pegunungan, serta keramahan orang-orang di Indonesia. "Selama satu bulan terakhir ini, kami dibimbing oleh dinas pariwisata," ujarnya.

Dia mengatakan, akan selalu teringat pada teman-teman yang ada di Tulungagung. Dan berharap, suatu waktu teman-temannya bisa mengikuti jejaknya, menjadi duta wisata dan budaya bangsa di Negara lain. (ris)

Sumber : jawapos.com

Posting Komentar