Tulungagung — Pusat Studi Gender (PSG) Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Tulungagung, Kamis (31/3/2011), memulai terjun dan bekerja di lingkungan lokalisasi prostitusi di kota kabupaten di Jawa Timur tersebut.
Mereka memulainya dengan bekerja sama dengan komunitas LSM peduli HIV/AIDS Puspita (Pusat Studi Perempuan Tulungagung) dengan membuka perpustakaan dan menyiapkan klinik konsultasi kesehatan di lokalisasi itu.
Ketua PSG STAIN Tulungagung Dr Zulf atun Nimah menjelaskan, tidak mudah bagi dirinya dan lembaga untuk menyetujui ajakan Lembaga Psikologi Apta Radella untuk memulai terjun ke lokalisasi prostitusi.
"Kami di Tulungagung masih berkubang dengan mind set yang sudah jamak dan lama berlaku di masyarakat tentang stigma lokalisasi dan PSK. Namun, kami juga tidak bisa memungkiri kenyataan sosial tentang problem perempuan di kota ini," kata Zulfatun, asal Cilacap, Jawa Tengah.
Tulungagung unik karena di kota kabupaten ini, menurut catatan Apta Radella dan Yayasan Cesmid, lembaga yang bekerja dalam usaha perlindungan korban HIV/AIDS diketahui ada 600 PSK dari belasan lokalisasi. Itu cukup mencolok untuk kota kecil berpenduduk satu juta jiwa, atau setara dengan jumlah penduduk Kabupaten Tangerang Selatan yang baru berdiri.
Perhatian pemerintah setempat amat minim, dalam upaya melindungi para PSK dari berbagai risiko, termasuk risiko kesehatan, eksploitasi oleh sist em dalam lingkungan prostitusi seperti oleh mucikari hingga aparat keamanan lokal, bahkan termasuk gejala jual beli (traficking) antar PSK di lokalisasi satu dengan lokalisasi lain.
"Banyak hal masih belum dilakukan, dan belum memiliki kejelasan apakah struktur pemerintahan sudah melakukan tindakan gender mainstreaming (pengarusutamaan gender), terutama terhadap APBD, sebab data-data yang diperlukan seperti naskah Perda APBD misalnya, tidak pernah berhasil kami minta dari Pemkab Tulungagung," kata Ifada Nurahmania, Direktur Apta Radella yang sudah 12 tahun menggeluti pemberdayaan perempuan prostitusi di Tulungagung.
STAIN menerjunkan tiga pengajarnya di lokalisasi Kaliwungu, Kecamatan Ngunut, Kamis, selain Dr Zulfatun juga Ali Somad dan Very Eko Atmojo.
"Kami sudah merintis bersama Ifada ikut mendorong pendirian perpustakaan di dalam lokalisasi, dengan mengupayakan introduksi pemikiran positif di lingkungan PSK, lalu harapannya dapat mentransformasi mereka ke kehidupan ekonomi yang lebih baik dan bermartabat," katanya.
Humas Pemkab Tulungagung Mariyani yang dihubungi terpisah menjelaskan, penanganan PSK di lokalisasi dikerjakan oleh petugas di tingkat kecamatan dan desa, bekerja sama dengan puskesmas setempat.
Sumber:KOMPAS.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Posting Komentar