Seputar Tulungagung™  ~   Berita Tulungagung Hari Ini 

Remitansi TKI Tulungagung Diprediksi Capai Rp900 Miliar

Kamis, 29 September 2011 | 22.15.00 | 0 komentar

Tulungagung - Pengiriman uang (remitansi) TKI ke Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, tahun 2011, diprediksi mencapai Rp900 miliar lebih.

"Angka ini kami estimasi berdasar nilai remitansi TKI di setiap desa yang rata-rata bisa mencapai Rp3 miliar sampai Rp4 miliar per tahun. Itu baru remitansi di satu desa, kalau satu kabupaten kisarannya bisa mencapai Rp600 miliar hingga Rp900 miliar," ujar Koordinator Wilayah Migrant Centre Tulungagung, Widi Harianto, Kamis.

Estimasi tersebut, lanjut Widi, juga mengacu pada data aliran transaksi keuangan dari TKI ke Kabupaten Tulungagung yang terekam/tercatat di Bank Indonesia cabang Kediri, tahun 2010.

Menurut keterangan Widi, pada kurun tahun tersebut BI mencatat bahwa nilai kiriman uang TKI ke Kota Marmer tembus hingga angka Rp600 miliar lebih.

Nilai itu sangat fantastis dan hampir setara dengan besaran dana alokasi umum (DAU) Kabupaten Tulungagung yang tahun ini (2011) mencapai Rp628 miliar.

"Sayangnya, tingginya angka remitansi ini tidak diimbangi dengan penyediaan anggaran program pemberdayaan bagi TKI yang memadai. Dalam beberapa kasus, dinsosnakertran (dinas sosial tenaga kerja dan transmigrasi) malah tidak punya program pembinaan secara khusus untuk para pahlawan devisa itu maupun keluarga mereka," sindir Widi.

Sinyalemen peningkatan jumlah remitansi dari para TKI asal Tulungagung yang bekerja di luar negeri tersebut secara eksplisit juga dibenarkan oleh Kabid Kepegawaian dan Hubungan Industrial Dinsosnakertran Tulungagung, Samrotul Fuad.

Namun, ia tak serta-merta membenarkan besaran devisa atau uang kiriman TKI yang disebut-sebut melebihi nilai DAU Kabupaten Tulungagung, yakni mencapai kisaran Rp900 miliar.

"Soal itu kami tidak (bisa) memastikan, namun indikasinya memang ada kecenderungan peningkatan jumlah TKI dari Kabupaten Tulungagung, tahun (2011) ini," jawabnya saat dikonfirmasi melalui telepon seluler.

Fuad menambahkan, saat ini pihaknya tengah berupaya melakukan pendataan jumlah TKI dari Kabupaten Tulungagung. Ia mengakui pendataan jumlah pahlawan devisa tersebut selama ini cukup sulit lantaran banyaknya TKI yang berangkat dari luar daerah sehingga tidak tercatat di dinsosnakertran, atau bahkan berangkat ke luar negeri dengan cara ilegal.

"Kalau yang tercatat di kami (dinsosnakertran) saat ini hanya sekitar 6.026 TKI, tapi jumlah sebenarnya bisa jadi jauh lebih besar lagi," ungkapnya.

Terlepas dari kendala dan proses pendataan yang tengah dilakukan pihak dinsosnakertran saat ini, LSM Migrant Centre Tulungagung sejak awal telah mengisyaratkan adanya tren peningkatan jumlah TKI ke luar negeri.

Sinyalemen itu temukan setelah melakukan serangkaian evaluasi terhadap hasil penelitian dengan menggunakan sampel 10 desa yang diambil secara acak di empat kecamatan Kabupaten Tulungagung, yakni Kecamatan Pucanglaban, Kalidawir, Sendang, serta Pagerwojo.

Dari penelitian itu, menurut keterangan Widi Harianto, tren peningkatannya mencapai kisaran 25 persen dari total TKI asal daerah tersebut yang pergi ke luar negeri, tahun 2010.

"Besarnya angka pengangguran, penyempitan lahan, serta kebijakan impor sapi yang berpengaruh langsung terhadap sektor riil peternakan dan pertanian telah menyebabkan orientasi warga untuk pergi ke luar negeri ikut meningkat," terangnya.(Destyan)

Sumber: Antara | Kamis, 29 Sept 2011
Kamis, 29 September 2011 | 0 komentar

300 Desa di Jatim Alami Kekeringan

Surabaya - Gubernur Jawa Timur Dr Soekarwo mengakui 300 desa pada 16 kabupaten di Jatim mengalami kekeringan, akibat terjadinya perebutan air untuk lahan pertanian dan untuk minum.

"Awalnya, ada 417 desa pada 21 kabupaten/kota yang mengalami kekeringan, tapi hal itu sudah berkurang setelah kebutuhan air untuk pertanian diharuskan dengan sumur artesis," katanya di kampus ITS Surabaya, Kamis.

Ia mengemukakan hal itu di sela-sela pertemuan Paguyuban Rektor PTN Jawa Timur yang dihadiri rektor dan pembantu rektor dari sembilan PTN di Jatim serta Kepala Balitbang Jatim Ir Priyo Darmawan MSc.

Didampingi Ketua Paguyuban Rektor PTN Jatim Prof H Fasich Apt (Rektor Unair) dan Rektor ITS Prof Triyogi Yuwono DEA, Gubernur Soekarwo menjelaskan pihaknya akan menginstruksikan lahan pertanian menggunakan sumur artesis.

"Kalau air minum dengan sumur bor, maka air untuk lahan pertanian harus dengan sumur artesis (sumur bor yang lebih dalam), karena kalau sama-sama dengan sumur bor, maka air akan cepat kering, padahal air minum harus diprioritaskan," katanya.

Dalam kesempatan itu, Ketua Paguyuban Rektor PTN Jatim Prof H Fasich Apt menyatakan segala permasalahan akan dapat diatasi bila ada kerja sama antara Pemprov Jatim dengan kalangan perguruan tinggi.

Hal itu juga dibenarkan Rektor ITS Prof Triyogi Yuwono DEA. "ITS juga bisa bantu untuk mengatasi kekeringan, karena peneliti ITS menemukan cara mudah mencari air, tapi hasil penelitian itu masih masuk lemari," katanya.

Sementara itu, Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang Prof DR H Imam Suprayogo menyatakan lembaga pendidikan yang diasuhnya kini menjadi tempat belajar agama bagi mahasiswa dari 13 negara.

"Masalahnya, orang asing belajar Islam yang damai ke UIN Malang, tapi orang kita justru belajar Islam ke Riyadh (Arab Saudi), Yaman, Yordan, Irak, dan negara lain, sehingga negara kita pun sering mengalami 'konflik', karena itu Pemprov Jatim perlu mengoptimalkan perguruan tinggi di Jatim agar tidak hanya 'dimanfaatkan' mahasiswa asing," katanya.

Selain pimpinan ITS, Unair, dan UIN Malang, pimpinan PTN lain yang hadir dari Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Ampel Surabaya, Universitas Brawijaya (UB), Universitas Negeri Malang (UM), Universitas Negeri Jember (Unej) dan Universitas Trunojoyo Madura (UTM).(Edy M Yakub)


Sumber: Antara | Kamis, 29 Sept 2011
| 0 komentar

Yongki Diisukan Merapat ke Persib

Bandung - Sedang berada di Bandung bersama timnas U-23, Yongki Ariwibowo diisukan merapat ke Persib. Si pemain mengaku "siap" jika pindah ke Kota Kembang, manejemen Persib pun menyatakan ketertarikannya.

Saat ditemui wartawan termasuk detikBandung, seusai mengikuti latihan bersama skuad U-23, Yongki yang hingga kini belum memperpanjang kontraknya dengan Arema Indonesia, disodori pertanyaan apakah tertarik bermain untuk "Maung Bandung" di musim mendatang.

"Kalau dipercaya, insyaallah saya siap," jawabnya, di Lapangan Saint Prima, Batununggal, Bandung, Kamis (29/9/2011).

Saat ditanya lagi seberapa besar peluangnya, sambil tersenyum ia mengatakan, "Kata siapa saya mau ke Persib? Dari Persib-nya juga belum ada tawaran tuh."

Tentang masa depannya di Arema, pria asal Tulungagung, Jawa Timur, itu mengaku belum tahu.

"Ini juga masih menunggu kejelasan," sergahnya.

Sementara itu, saat dikonfirmasi soal itu tersebut, Manajer Persib H. Umuh Muchtar memberi isyarat “positif”.

"Saya baru dengar hari ini, dia siap bergabung ke Persib. Kita petimbangkan. Nanti akan kita rapatkan dulu," tukasnya di Stadion Persib, Jln. Ahmad Yani.

Diminta pendapatnya tentang Yongki, Umuh menjawab pendek, "Dia striker bagus. Buktinya dia masuk timnas."

Satu hal yang akan menjadi syarat Persib dalam perekrutan pemain baru musim ini adalah persetujuan dan kebutuhan pelatih baru mereka yang berasal dari Kroasia, Drago Mamic.

"Jadi bagaimana tindak lanjutnya, lihat nanti saja lah," ungkap sang manajer. "Kita masih tunggu permintaan pelatih. Untuk penjajakan pemain baru juga perlu menunggu persetujuan dari Pak Glen (Dirut PT PBB)."( ern / a2s )

Sumber: detik | Kamis, 29/09/2011
| 0 komentar

UMUR LEBIH DARI 60 HARI, BAYI DISIDANGKAN UNTUK DAPAT AKTA

Pengurusan akta kelahiran di kabupaten Tulungagung bakal diperketat dengan penerapan Undang – Undang nomor 23 tahun 2006 tentang administrasi kependudukan. Sebut kepala dispenduk capil pemkab Tulungagung melalui kasi akta kelahiran, Agus Budi, bagi penduduk yang belum mencatatkan kelahirannya setelah 60 hari kerja, jika Undang – undang nomor 23 tahun 2006 sudah diberlakukan, maka proses pencatatan akta kelahiran harus melalui persidangan di pengadilan negeri Tulungagung.

Dan pemberlakuan undang – undang ini, diperkirakan paska pembuatan e-KTP tahun 2012 mendatang. Untuk itulah dihimbau kepada warga masyarakat Tulungagung, agar segera mengurus akta kelahiran mereka.

Selebihnya, lansir dispenduk capil melalui reporter Halim Perdana. Bahwa pengurusan akta kelahiran di Tulungagung masih relatif rendah. Ini terbukti dari data tahun 2010.

Jumlah penduduk yang mengurus akta kelahiran pokok atau sebelum 60 hari kerja, sebanyak 9.959 jiwa, akta kelahiran istimewa atau penduduk yang yang lahir setelah tahun 1986 sebanyak 9.623 jiwa, serta akta kelahiran dispensasi atau penduduk yang lahir sebelum tahun 1986 sebanyak 2.200 jiwa.

Perbandingannya untuk tahun ini, sedikit menurun dilihat dari grafik pengurusan. Yakni, per 31 Agustus lalu, untuk akta kelahiran pokok sebanyak 5.593 jiwa, istimewa sebanyak 7.210 jiwa, dan dispensasi 1.308 cacah jiwa.

Sumber: liiur.com | Kamis, 29 September 2011
| 1 komentar

Selingkuhi Istri Napi, Sipir Dibui 3 Bulan

TULUNGAGUNG - Majelis hakim Pengadilan Negeri Tulungagung, Jawa Timur, Rabu kemarin, menjatuhkan vonis penjara selama tiga bulan kepada seorang sipir (petugas lembaga pemasyarakatan) setempat, gara-gara tepergok menyelingkuhi istri orang.

SYN (47), sipir asal Desa Rejoagung, Kecamatan Kedungwaru tersebut, tampak pasrah saat ketua majelis hakim mengetukkan palu tiga kali tanda vonis dijatuhkan.

“Terpidana telah terbukti melanggar Pasal 284 KUHP tentang Perzinahan, apalagi keduanya sama-sama telah memiliki pasangan,” ujar Ketua Majelis Hakim PN Tulungagung, Ramelan, dikonfirmasi usai sidang.

Tidak sepatah kata pun komentar keluar dari mulut SYN. Sejak pembacaan vonis, SYN yang telah dikaruniai dua orang anak dari istri sahnya ini hanya bisa tertunduk lesu.

Ia pantas malu dengan para pegawai di PN Tulungagung, sebab istri sahnya juga bekerja di tempat tersebut. Kepada majelis hakim yang menanyakan sikapnya atas vonis yang dijatuhkan, SYN hanya menyatakan pikir-pikir.

Informasi dari beberapa sumber, SYN selama ini diketahui sebagai PNS yang bekerja di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Kelas II B Tulungagung. Ia merupakan salah satu sipir yang cukup disegani di tempat kerjanya. Selain memang sudah senior dibanding sipir-sipir yang lain, SYN dikenal tegas.

Jabatannya sebagai sipir penjara rupanya membuat SYN dekat dengan keluarga napi, termasuk TH (39), perempuan yang kemudian diselingkuhinya. Meski sama-sama telah berkeluarga, keduanya semakin dekat dan bahkan melakukan perselingkuhan. SYN dan TH kemudian hidup serumah di Perum Griya Tunggul Asri, Desa Tunggulsari, Kecamatan Kedungwaru.

SYN akhirnya digerebek oleh istri sahnya sekitar setahun lalu. Pada saat digerebek, kedua pasangan berada di dalam rumah dengan hanya menggunakan baju singlet dan celana pendek, sedangkan TH mengenakan daster.
Sumber: KOMPAS.com | Kamis, 29 September 2011
| 0 komentar

Debit Air Waduk Jatim Dekati Elevasi

Kemarau panjang beberapa bulan terakhir mengakibatkan debit air waduk menyusut

MALANG - Debit air di sejumlah waduk yang terletak di Jawa Timur saat ini mendekati batas minimum elevasi atau ketinggian permukaan air, akibat kemarau panjang beberapa bulan terakhir.

Juru bicara Perusahaan Umum (Perum) Jasa Tirta I, Tri Hardjono, di Malang, Rabu (28/9) mengatakan, meski mendekati batas minimum elevasi air akibat musim kemarau, namun persediaan air di tujuh waduk Jawa Timur masih berada di atas batas minimum elevasi waduk. Sehingga, masih mencukupi untuk segala kebutuhan seperti irigasi, bahan baku industri, bahan air minum serta pembangkit listrik hingga awal musim hujan mendatang.

“Jumlah waduk di Jatim mencapai tujuh waduk, namun yang utama ada empat, yakni Waduk Sutami dan Selorejo di Malang, Waduk Bening di Madiun serta Waduk Wonorejo di Tulungagung, dan debit air di empat waduk itu sudah sesuai dengan pola musim kemarau,” katanya.

Tri menjelaskan, meski mendekati batas minimum elevasi, namun permukaan air di waduk relatif stabil, sebab pasokan air terus dikendalikan supaya bisa memasok kebutuhan irigasi, industri serta pembangkit listrik. Pasokan air berasal dari sejumlah sungai yang berada di aliran sungai Brantas, sehingga air yang ditampung dalam waduk masih mencukupi hingga memasuki musim hujan.

“Memang, debit air di waduk akan terus berkurang saat musim kemarau, namun bisa terisi kembali jika musim hujan datang di akhir tahun nanti," katanya.

Sementara dari rencana awal batas elevasi di Waduk Sutami adalah mencapai 266,65 meter di atas permukaan laut (mdpl), namun kondisi kini di waduk itu mencapai 267,44 mdpl, sedangkan "low water level" atau batas minimum elevasi Waduk Sutami mencapai 260 mdpl. Untuk Waduk Selorejo, rencana awal batas permukaan air mencapai 614,45 mdpl, dan kini mencapai 617,91 mdpl, sedangkan batas minimun elevasi adalah 606 mdpl.

Sedangkan Waduk Wonorejo, Tulungagung, pola elevasi mencapai 166,75 mdpl, terkini 168,02 mdpl, dan batas minimum elevasi mencapai 153 mdpl. Waduk Bening, Madiun, rencana awal batas pesmukaan air mencapai 98,15 mdpl, kini 102,58 mdpl dan batas minimum elevasi mencapai level 96 mdpl. “Dengan kondisi seperti ini, menunjukkan ketersediaan air masih cukup atau aman untuk kepentingan PLTA, pertanian, industri dan PDAM,” katanya. ant

Sumber: surabayapost.co.id | Kamis, 29/09/2011
| 0 komentar

9 Gadis di Bawah Umur Diduga Hendak Dilacurkan

Nganjuk - Sebanyak sembilan gadis yang masih dibawah umur diamankan oleh petugas Polres Nganjuk dalam razia kendaraan untuk memperketat keamanan dari aksi teroris. Mereka disinyalir hendak dilacurkan alias dijual ke luar Jawa sebagai Pekerja Seks Komersial (PSK)

Sembilan gadis itu diangkut di dalam satu mobil berasal dari daerah Kabupaten Tulungagung. Dugaannya, mereka akan dijadikan PSK di wilayah Pekanbaru dengan kedok sales pakaian. Kini kesemuanya tengah menjalani pemeriksaan secara intensif oleh petugas.

Selain mengamankan sembilan gadis dibawah umur, petugas juga berhasil menemukan ratusan liter minuman keras (miras) jenis arak jawa. Minuman terlarang itu diangkut dengan mobil phanter warna biru nopol AG 1981 RG.

Sebanyak 14 jerigen miras dengan ukuran 35 liter tersebut langsung disita. Sedangkan, dua orang pemiliknya diamankan. Kini keduanya tengah menjalani pemeriksaan

Razia sendiri berlangsung di depan Mapolsek Loceret. Satu per satu kendaraan yang lewat baik yang masuk maupun keluar wilayah Kabupaten Nganjuk diperiksa oleh petugas.

Kapolres Nganjuk AKBP Anton Sasono yang memimpin razia mengungkapkan, pemeriksaan terhadap kendaraan adalah upaya memperketat keamanan paska terjadinya ledakan bom bunuh diri di GBIS Solo, Jawa Tengah. Sasaran utamanya adalah benda tajam, sejata api, minuman keras serta DPO teroris. (nng)

Sumber: beritajatim.com | Kamis, 29 September 2011
| 0 komentar

Bupati Pimpin Rakor Kewaspadaan Dini Bidang Keamanan

Rabu, 28 September 2011 | 00.19.00 | 0 komentar

Bupati Tulungagung Ir. Heru Tjahjono, MM, Senin 26/9/2011 memimpin Rapat Koordinasi Kewaspadaan Dini Dalam Bidang Keamanan di Kabupaten Tulungagung, Rapat yang mengambil tempat di Pendopo Kongas Arum Kusumaning Bangsa, dimulai sekitar pukul 09.00 WIB tersebut diikuti oleh para Kepala Desa, Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, Muspika dan para Pimpinan SKPD lingkup Pemkab Tulungagung.

Rapat yang juga dihadiri oleh, Wakil Bupati Mohamad Atiyah, SH, Ketua DPRD Tulungagung Isman, Kapolres Tulungagung AKBP Agus Wijayanto, Kepala Kejaksanaan Negeri Tulungagung serta Sekertaris Daerah Tulungagung, Drs. Maryoto Bhirowo, MM dan Ketua MUI KH Hadi Mahfud ini menurut Bupati Tulungagung Ir Heru Tjahjono, MM adalah sebagai informasi tindak lanjut yang diperintahkan oleh Gubernur dan Kapolda Jawa Timur mengenai masalah kewaspadaan dini dalam bidang keamanan.

"Secara garis besar kami ingin menyampaikan kepada para camat untuk tidak jemu jemunya, tidak putus putusnya melakukan satu jalinan silaturahmi antara aparat pemerintah desa di wilayahnya yang diwujudkan dalam beberapa kegiatan baik itu berupa siskamling yang secara terus menerus dilaksanakan, kerja bakti rutin yang terus menerus dilaksanakan hal ini untuk mendeteksi awal apabila ada penduduk baru di lingkungan mereka yang mencurigakan, hal ini dilakukan agar kita mengetahui apabila ada penduduk baru yang ada di sekitar kita," ujar Bupati.

Sementara itu Kapolres TulungagungAKBP Agus Wijayanto, SIK, SH, M.Hum dalam arahannya mengatakan bahwa maksud dan tujuan di gelarnya rakor kali ini adalah merapatkan barisan guna mewaspadai timbulnya bahaya terorisme di wilayah Tulungagung, "Dengan kita damai, kita rukun seperti sekarang ini, diharapkan kita bisa merapatkan barisan mulai dari tingkat RT, RW, Kepala Desa/Lurah, Camat, Danramil, Kapolsek, secara bersama-sama kita lawan terorisme, dengan cara mewaspadai timbulnya bahaya terorisme di wilayah Tulungagung," ujar Kapolres.

Dalam rakor juga diisi berbagai wawasan tentang pengertian kafir dalam Islam oleh Ketua MUI Kabupaten Tulungagung KH Hadi Mahfud. (Nug/Humas)

Sumber: tulungagung.go.id | Selasa, 27 September 2011
Rabu, 28 September 2011 | 0 komentar

Jaksa Periksa Tersangka "Otak" Korupsi P2SEM Tulungagung

Tulungagung - Tim penyidik Kejaksaan Negeri Tulungagung, Selasa, menggelar pemeriksaan secara maraton terhadap tersangka utama yang diduga menjadi "otak" korupsi dana Program Penanganan Sosial Ekonomi Masyarakat (P2SEM) setempat tahun 2008, Saefudin.

Anggota DPRD yang juga Ketua Fraksi PKNU Tulungagung itu bahkan sempat "terancam" menjalani penahanan lebih cepat karena dinilai tidak kooperatif dalam menjalani proses penyidikan sejak dirinya ditetapkan sebagai tersangka.

"Rumah Tahanan (Rutan) Tulungagung sudah menyiapkan satu kamar (sel) untuk saudara Saefudin, itu juga setelah pihak kejaksaan berkoordinasi dengan kami (Rutan)," ujar salah seorang sipir di Rutan Tulungagung.

Tidak hanya itu, pihaknya juga sudah menyiapkan sebuah ruang khusus sementara untuk anggota Komisi I DPRD Tulungagung tersebut selama menjalani masa karantina.

Kamar yang telah dipersiapkan tersebut bahkan tidak akan diisi tahanan lain. Jika Saefudin mangkir lagi dari penyidikan hari Selasa ini, kamar untuknya sudah saya siapkan," ujarnya.

Saat hal ini dikonfirmasikan ke Kasi Pidana Khusus Kejari Tulungagung, Santoso, ia tidak serta-merta membenarkan. Santoso berdalih proses penyidikan masih berlangsung.

"Ini baru pemeriksaan pertama. Ditahan atau tidak akan dievaluasi dahulu berdasar penyidikan, sekarang kan masih proses penyidikan," ujarnya.

Sementara itu, Saefudin yang sempat dikonfirmasi ANTARA di sela proses penyidikan, membantah tuduhan mengenai keterlibatannya dalam kasus dugaan korupsi P2SEM.

Ia berdalih, proyek senilai Rp100 juta untuk pemberdayaan ekonomi tersebut bukan atas rekomendasi maupun perintahnya, apalagi jika dikait-kaitkan dengan PKNU.

"Kalau saya mengetahui kegiatan P2SEM, itu karena mereka (Adi Idam Prayogi dan M Masruri Akhyar) meminta tolong saya untuk mensukseskan. Ini wajar karena memang pelaksanaan kegiatan mereka dilakukan di wilayah (basis pemilih) saya," jawabnya.

Sementara kuasa hukum Adi Idam Prayogi dan Mohamad Masruri Akhyar, dua tersangka lainnya yang sudah ditahan, Santoso SH mengaku kecewa dengan sikap Saefudin.

Menurutnya, sebagai anggota DPRD Saefudin tidak memberikan contoh yang baik sebagai warga negara yang taat hukum. Sikap Saefudin justru menjadi sebuah sikap yang tidak terpuji, dan menghambat proses penegakan hukum.

Terkait penetapan Saefudin sebagai tersangka, menurut Santoso itu memang sudah semestinya. Sebab, seluruh rangkaian penyidikan menunjukan, semua proses pencairan dana P2SEM oleh LSM PEGEL (Peduli Ekonomi Keluarga Lemah) memang atas perintah Saefudin.

"Penyidikan kejaksaan menyatakan, seluruh pencairan dana P2SEM oleh LSM PEGEL atas perintah dia (Saefudin). Sudah semestinya jika dia dijadikan tersangka dan ditahan, seperti dua tersangka lainnya," ujarnya. (Destyan)

Sumber: antarajatim.com | 27 Sept 2011
| 0 komentar

Oknum Polisi Sindikat Narkoba Divonis 14 Tahun

Tulungagung - Majelis hakim Pengadilan Negeri Tulungagung, Selasa, menjatuhkan vonis 14 tahun penjara dan denda Rp2 miliar kepada Heldian Cuka Wardana, seorang oknum polisi yang terbukti telah terlibat dalam sindikat narkoba.

Vonis majelis hakim tersebut masih lebih rendah dari tuntutan jaksa yang sebelumnya menuntut oknum polisi asal Trenggalek itu hukuman penjara selama 16 tahun.

"Dia layak dihukum berat, karena sebagai polisi harusnya memberi contoh sekaligus mengayomi masyarakat, bukan justru melakukan perbuatan melawan hukum, apalagi kriminal," kata Ketua Majelis Hakim PN Tulungagung, Teguh Haryanto.

Sidang yang berlangsung mulai pukul 16.00 WIB itu berlangsung relatif cepat. Begitu terdakwa Heldian masuk di ruang sidang dan duduk di kursi pesakitan, majelis hakim langsung membuka persidangan dengan agenda pembacaan vonis.

Dalam kasus narkoba dengan nomor perkara 236/Pidsus/2011/PNTA tersebut, tersangka Heldian dinyatakan terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan pelanggaran pasal 35 UU RI tahun 2009 tentang narkotika golongan I, dengan ancaman hukuman maksimal 15 tahun penjara.

Vonis 14 tahun penjara yang dijatuhkan majelis hakim, merupakan rekor putusan hukuman terlama dalam sejarah proses peradilan kasus narkoba di PN Tulungagung.

Sementara itu, tersangka Heldian saat dikonfirmasi usai persidangan mengatakan bahwa dirinya hanya bisa pasrah terhadap keputusan hakim. Heldian yang hadir tanpa didampingi penasehat hukumnya hanya menyatakan pikir-pikir.

Akan tetapi, ia menyayangkan sikap majelis hakim maupun tim jaksa yang tidak pernah menunjukkan barang bukti sabu-sabu, seperti didakwakan terhadap dirinya selama ini.

Herdian mengatakan, dirinya hanyalah korban jebakan dari seorang informannya bernama Didik, saat masih aktif bertugas di satuan narkoba.

"Saya seperti dijebak. Saya ini dihukum karena ponsel saya kebetulan sempat dipinjam oleh Didik untuk berkirim pesan ke seorang gembong narkoba bernama Titus," ujarnya.

Sebelum menjadi tersangka, Heldian adalah anggota polisi yang bertugas di Polres Tulungagung pada satuan reserse narkoba dan pernah terlibat dalam operasi penangkapan gembong narkoba jenis sabu-sabu bersama tim Reserse Narkoba Polda Jatim pada 2010.

Saat itu, operasi yang dilakukan tim gabungan Polda Jatim dan Polres Tulungagung berhasil mengungkap pengiriman sabu-sabu seberat 500 gram yang terbungkus dalam lima plastik berlapis koran melalui jasa ekspedisi barang titipan kilat.

Narkoba tersebut diketahui sedang diambil oleh Titus, tersangka utama yang diduga salah satu gembong narkoba dan sudah lama beroperasi di wilayah Jatim.

Dari penangkapan Titus itu, kemudian terkuak keterlibatan Heldian. Oknum polisi berusia 29 tahun itu ditangkap tim Reskoba Polda Jatim saat memarkir kendaraan di halaman Hotel Grand, Tulungagung. (Destyan)


Sumber: antarajatim.com | 27 Sept 2011
| 0 komentar

Polda Jatim Ukir Puluhan Sertifikat ISO dan Rekor Muri

Surabaya - Jajaran Lalu Lintas Polda Jatim terus berinovosi dalam pelayanan terhadap masyarakat. Upaya itu membuahkan hasil dengan menerima penghargaan 79 sertifikat ISO 9001:2008 serta mendapatkan penghargaan rekor Muri.

Penghargaan ISO itu di bidang pelayanan pengurusan BPKB, SIM, Samsat, penanganan kecelakaan lalu lintas (laka) hingga penyidikan dan rekayasa (dikyasa), pengaturan penjagaan pengawalan dan patroli (Turjawali).

Ada polres yang mendapatkan empat sertifikat ISO bidang BPKB, Laka, Turjawali, Dikyasa, yakni Polresta Malang. Sedangkan polres yang mendapat 3 sertifikat ISO yakni Polrestabes Surabaya (Laka, Turjawali, TAC), Polres Magetan (SIM, BPKB, Laka), Polres Jombang (SIM, Laka, BPKB), Polres Bojonegoro (SIM, BPKB, Laka), Polres Nganjuk (SIM, BPKB, Laka), Polres Malang (BPKB, Laka, Turjawali).

Polres yang mendapatkan 2 sertifikat ISO yakni Polres Pamekasan (SIM, Laka), Polres Sampang (SIM, BPKB), Polres Madiun (SIM, BPKB), Polres Ngawi (SIM, BPKB), Polres Sidoarjo (BPKB, Turjawali), Polres Tulungagung (BPKB, Laka), Polres Jember (BPKB, Laka) dan Polres Banyuwangi (BPKB, Laka).

Polres yang mendapatkan satu sertifikat ISO yakni Subditbingakkum Ditlantas Polda Jatim (ISO Gakkum), Subbag Renmin (ISO Renmin), Polres Probolinggo (SIM), Polres Trenggalek (SIM), Polres Sumenep (SIM), Polresta Pasuruan (SIM), Polres Bangkalan (SIM), Polres Batu (BPKB), Polres Situbondo (BPKB), Polresta Probolinggo (BPKB), Polres Blitar (Laka), Polres Pasuruan (Laka), Polres Tuban (SIM). Polres Bondowoso (BPKB), Polresta Kediri (BPKB), Polres Mojokerto (BPKB), Polres Lumajang (BPKB), Polres Ponorogo (BPKB) dan Polres Situbondo.

Sedangkan Samsat yang mendapatkan ISO yakni Kota Pasuruan, Kota Probolinggo, Jember, Sumunep, Sampang, Kota Blitar, Kria Sidoarjo, Karang Ploso Malang, Benculuk Banyuwangi, Bawean Gresik, Kota Mojokerto, Ngawi, Madiun Kota, Pacitan, Pare Kediri, Trenggalek, Bondowoso, Situbondo dan Banyuwangi.

"Jadi pejabat jangan tuli terhadap keluhan masyarakat, jangan bisu, jangan buta, tidak bisa membedakan mana yang haq dan mana yang batil," kata Kapolda Jatim Irjen Pol Hadiatmoko saat memberikan sambutan di sela-sela penyerahan sertifikat ISO dan rekor Muri yang bertepatan dengan HUT ke 56 Hari Lalu Lintas Bhayangkara di gedung Mahameru komplek Mapolda Jatim, Jalan Ahmad Yani, Surabaya, Selasa (27/9/2011).

Dalam acara tersebut, juga diserahkan 3 rekor Muri yakni Samsat pertama di Indonesia pengguna produk perbankan pada pelayanan E-Samsat dan bersertifikat ISO terbanyak, 48 samsat dengan nomor rekor Muri 5086.

Kedua, unit pelayanan bidang lalu lintas bersertifikat ISO 9001:2009 terbanyak total 108 unit pelayanan dengan nomor rekor Muri 5087, serta pelayanan perpanjangan SIM Keliling terlama, 7 hari 24 jam non stop satpas Polrestabes Surabaya dengan nomor rekor Muri 5088.

Selain pengukiran ketiga rekor tersebut, Polda Jatim dan jajaran sebelumnya mencetak rekor Muri bidang inovasi pelayanan publik produk unggulan samsat dan SIM di Jatim (Samsat Drive Thru, Samsat Corner, Samsat Delivery, Samsat payment point, Samsat link Jatim, Sertifikasi 9001:2008 pada kantor samsat dan SIM Corner).

Satpas terbanyak bersertifikat ISO 9001:2008 dalam waktu yang bersamaan pada 1 direktorat lalu lintas 7 satpas (satuan penyelenggara administasi SIM) di Jatim.

Unit pelayanan bersertifikat ISO 9001:2008 terbanyak dalam waktu bersamaan, 28 unit. Direktorat lalin Polda pertama yang memiliki unit pelayanan kecelakaan lalin dan satuan PJR bersertifikat ISO 9001:2008.

(roi/fat)

Sumber: detikSurabaya | Selasa, 27/09/2011
| 0 komentar

Anna Luthfie Terpilih Aklamasi Ketua Karang Taruna Jatim

Selasa, 27 September 2011 | 23.56.00 | 0 komentar

Surabaya - Pemilihan Ketua Pengurus Provinsi Karang Taruna (PPKT) Jawa Timur periode 2011-2016 berjalan singkat. Setelah dilakukan penyaringan dari dua calon ketua, yang terpilih secara aklamasi menjadi ketua Kartar yakni Anna Lutfhie yang juga anggota DPRD Jatim.

"Berdasarkan tatib, yang berhak lolos menjadi calon ketua adalah Anna Luthfie. Karena menjadi calon tunggal, otomotais terpilih secara aklamasi," ujar pimpinan sidang pemilihan Ketua PPKT Jatim, Ugas Irwanto kepada wartawan usai acara pemilihan Ketua PPKT Jatim dan Temu Karya Daerah, di Hotel Pasifik Jalan Perak Timur Surabaya, Selasa (27/9/2011).

Luthfie kader dari fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) ini terpilih secara aklamasi sebagai Ketua PPKT Jatim periode 2011-2016 mengalahkan Ari Rangkuti humas DPW PKB Jatim. Dari 40 total suara, 29 suara mendukung Luthfie, 9 suara untuk Ari Rangkuti. Sedangkan dua daerah Kabupaten Tulungagung dan Kabupaten Sampang, tidak menggunakan suaranya karena tidak hadir.

Ugas menerangkan, sesuai dengan tatib calon ketua, minimal mendapatkan dukungan 30 persen dari total suara sebanyak 40 suara, meliputi 38 kabupaten/kota, 1 suara demisioner PPKT Jatim dan 1 suara dari Pengurus Nasional Karang Taruna (PNKT).

"Calon ketua PPKT Jatim minimal mendapatkan dukungan 11 suara," terangnya.

Setelah dinyatakan terpilih secara aklamasi, mantan Ketua BM PAN Jatim ini berangan-angan membawa karang taruna menjadi organisasi yang berkembang maju dan mandiri.

"Saya ingin karang taruna menjadi organisasi yang mandiri dalam berbagai hal seperti ekonomi, sosial dan keagamaan," tutur Luthfie saat menyampaikan sambutannya.

Bagi calon karta yang kalah, Ari Rangkuti juga berharap organisasi karang taruna ke depan menjadi organisasi independen dan tidak menjadi alat politik.

"Harapan saya, menjadi karang taruna yang independen. Biarlah independensi karang taruna terjaga dan konsisten memberdayakan masyarakat luas," kata Rangkuti.

Sementara itu, perwakilan pengurus nasional karang taruna (PNKT) Solihin, berharap PPKT Jatim ke depan, dapat bersaing dengan organisasi lainnya yang saat ini persaingannya cukup ketat.

Ia berharap, PPKT Jatim dapat mandiri dan meraih simpati masyarakat dalam program kesejahteraan masyarakat, sesuai dengan grand desain Karang Taruna Nasional yakni kemandirian ekonomi, tenaga kerja sosial kecamatan, taruna wirausaha (Tawira) serta tenaga inti karang taruna.

"Saya berharap, empat program itu mampu direalisasikan PPKT Jatim yang baru," jelas Solihin.

(roi/fat)

Sumber: detikSurabaya | Selasa, 27/09/2011
Selasa, 27 September 2011 | 0 komentar

Polres Tulungagung Tingkatan Pengamanan

Jakarta: Jajaran Kepolisian Resor Tulungagung, Jawa Timur, menggelar razia mobil boks dan kendaraan roda dua. Razia itu dilakukan untuk mengantisipasi peristiwa di Solo dan menciptakan rasa aman bagi warga Tulungagung.

Razia dilakukan di jalur perbatasan antara Tulungagung dan Trenggalek, dengan sasaran benda berbahaya seperti bahan peledak dan bom. Petugas memeriksa satu per satu mobil boks yang hendak masuk ataupun keluar kota Tulungagung. Petugas juga memeriksa barang bawaan penumpang serta kartu identitas pengendara.

Menurut Kepala Unit Pendidikan dan Rekayasa Polres Tulungagung Iptu Eko Basuki, razia itu digelar sebagai antisipasi agar kejadian di Solo tidak terjadi di wilayah Tulungagung. Sementara itu, menurut warga pengguna jalan, razia itu wajar-wajar saja demi menjaga keamanan bersama, asalkan tidak mengganggu kenyamanan pengguna jalan raya.(DSY)

Sumber: Metrotvnews.com | Selasa, 27 September 2011
| 0 komentar

Naik-Turun Bukit dan Mengantre Ambil Air Bersih

Minggu, 25 September 2011 | 23.54.00 | 1 komentar

Tulungagung: Musim kemarau saat ini membuat sulit ratusan warga di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Tak mudah mendapatkan air bersih untuk keperluan sehari-hari. Warga setiap hari harus rela berjalan berkilo-kilo meter untuk mencapai sebuah sumur yang masih mengeluarkan sumber air. Selain jauh, medan untuk mencapai sumur tersebut mesti melewati jalan naik-turun turun bukit dengan membawa pikulan.

Setelah sampai di sumur yang terletak di Dusun Tebon, Desa Sumberagung, Kecamatan Rejotangan, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, warga harus rela mengantre satu atau dua jam untuk menunggu gilirannya mendapatkan air bersih. Menurut warga, setiap datang musim kemarau seperti saat ini sedikitnya delapan puluh tujuh kepala keluarga mengandalkan air sumur di Dusun Tebon ini. Kesulitan air bersih yang dialami warga ini sudah terjadi bertahun-tahun. Namun hingga kini tidak pernah ada perhatian sedikitpun dari pemerintah setempat.(Dwi Wianto/BEY)

Sumber: Metrotvnews.com | Minggu, 25 September 2011
Minggu, 25 September 2011 | 1 komentar

Dispendukcapil Pemkab Tulungagung Berikan NIK

Sabtu, 24 September 2011 | 00.14.00 | 0 komentar

Tulungagung - Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dispendukcapil) Pemkab Tulungagung pada September 2011 ini akan memberikan Nomor Induk Kependudukan (NIK) pada warga setempat. Pemberian NIK ini sebagai bagian dari pelaksanaan pembuatan e-KTP (KTP elektronik) pada 2012 mendatang.
Kepala Dispendukcapil Pemkab Tulungagung Drs Eko Sugiono MM mengungkapkan sudah mendapat berkas pemberian NIK pada warga setempat dari Pemprov Jatim. "Sekarang semuanya (berkas NIK, red) sudah ada di kantor dan akan segera didistribusikan ke desa-desa dan kelurahan," ujarnya, Kamis (22/9).
Menurut Eko Sugiono pemberian NIK pada warga ini merupakan bagian dari pelaksanaan pembuatan e-KTP selain pendataan ulang kependudukan yang yang telah dilakukan. "Nanti bagi warga yang telah mempunyai NIK bisa jadi nomornya akan berubah atau tetap," katanya.
Mantan Kepala Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Pemkab Tulungagung ini tidak mengelak ketika ditanya masih adanya NIK ganda yang dimiliki warga Tulungagung. Dia mengakui jika masih ada warga yang memiliki dua KTP atau lebih. "Tapi jumlahnya di Tulungagung relatif kecil. Dengan pendataan ulang dan pemberian NIK sekarang diharapkan tidak ada lagi NIK ganda dan saat pemberlakuan e-KTP nanti sudah dapat dipastikan tidak ada lagi KPT ganda," tandasnya.
Sejauh ini, lanjut Eko Sugiono, Dispendukcapil Pemkab Tulungagung sudah mengajukan dana dalam RAPBD 2012 untuk pendampingan pembuatan e-KTP massal pada tahun 2012. Besarannya mencapai Rp 7 miliar.
Dipaparkannya dana sebesar itu selain untuk dana mobilisasi warga miskin ke tempat pembuatan e-KTP di kantor-kantor kecamatan, juga untuk menyediakan peralatan tambahan bagi kecamatan yang jumlah penduduknya lebih dari 70 ribu jiwa. "Bagi kecamatan yang jumlah penduduknya lebih dari 70 ribu jiwa memang diharuskan untuk menambah peralatan sendiri. Karena itu kami minta anggaran ke APBD kabupaten," terangnya.
Catatan Dispendukcapil, Pemkab Tulungagung menyebutkan dari 19 kecamatan di Kab Tulungagung, 11 kecamatan di antaranya berpenduduk lebih dari 70 ribu.
Soal kendala yang membelit daerah-daerah yang kini tengah melakukan pembuatan e-KTP massal, Eko Sugiono mengatakan Dispendukcapil Pemkab Tulungagung akan belajar dan menghindari dari segala kendala. Salah satu di antaranya dengan cara mengadakan studi banding ke Kab Jembrana Bali.
"Kami bersama seluruf staf yang terlibat dalam pembuatan e-KTP dalam waktu dekat akan belajar ke Jembrana. Di sana telah sukses dan berhasil dalam pembuatan e-KTP dan Jembrana merupakan daerah percontohan dalam pembauatan e-KTP," bebernya.
Selain itu, rencananya Dispendukcapil Pemkab Tulungagung akan pula melakukan studi banding ke Jogjakarta yang kini juga tengah melakukan pembuatan e-KPT massal. [wed]

Sumber: Bhirawa | Thursday, 22 September 2011
Sabtu, 24 September 2011 | 0 komentar

Perhutani Kediri Selidiki Kebakaran di Lereng Gunung Wilis

Kediri - Perum Perhutani Kediri masih menyelidiki kasus kebakaran yang menimpa lokasi lereng Gunung Wilis (2.552 mdpl), tepatnya di Resor Pemangku Hutan (RPH) Pagerwojo, Kabupaten Tulungagung.

"Kami masih selidiki kasus kebakaran itu, petugas kami masih meninjau lokasi," kata Wakil Kepala Administratur Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Kediri, Errik Alberto di Kediri, Jumat.

Kasus kebakaran hutan terjadi di lereng Gunung Wilis. Api terlihat sejak Kamis (22/9) malam. Awalnya, api terlihat hanya satu titik, tetapi setelah larut malam, api merembet dengan cepat dan kebakaran itu terlihat luas.

Errik mengatakan, lokasi hutan yang terbakar itu adalah kawasan hutan lindung. Selain beragam tanaman di hutan lindung, ada sejumlah tanaman pinus yang juga ikut terbakar.

Namun, ia mengaku belum mengetahui dengan pasti luas lahan yang terbakar. Saat ini, petugas masih terjun ke lapangan, untuk mengetahui kondisi kebakaran hutan dengan pasti.

"Kami tidak berani menurunkan petugas saat malam hari, karena angin bertiup dari gunung ke lembah dan itu sangat berbahaya, karena bisa dikejar oleh api. Kami baru turunkan petugas siang hari, karena angin bertiup dari lembah ke gunung, jadi cukup aman," katanya, menjelaskan.

Kasus kebakaran di kawasan Perhutani Kediri memang sudah mulai terjadi, terlebih lagi saat kemarau ini. Selang waktu tiga bulan, sejak Juli 2011 ini, kebakaran sudah menimpa hingga 90 hektare lahan Perhutani Kediri.

Dari luas lahan itu, api menyerang segala macam pohon, mulai dari pinus, akasia, serta jenis tanaman hutan lainnya. Total kerugian yang diderita akibat musibah itu juga cukup besar, hingga Rp100 juta.

Menurut Errik, kasus kebakaran selama kemarau dipastikan besar terjadi, mengingat banyak alang-alang yang kering. Selain itu, adanya oknum yang sengaja membakar hutan, dengan alasan berburu, juga berpotensi menjadikan kebakaran meluas.

"Kadang, mereka berburu babi hutan dengan sengaja membakar hutan, agar hewan-hewan itu keluar. Niatnya baik, karena babi sering merusakan tanaman petani, tapi akibatnya hutan terbakar," ucapnya, mengungkapkan. (Asmaul Chusna)

Sumber: antarajatim.com | 23 Sept 2011
| 0 komentar

Bike to Work Day 2011 | Inilah 100 Kota yang Berkampanye Bersepeda

Jumat, 23 September 2011 | 23.59.00 | 0 komentar

JAKARTA — Memperingati Bike to Work Day 2011, Jumat (23/9/2011), berikut ini 100 kota yang berpartisipasi serentak dalam kampanye penggunaan sepeda sebagai moda transportasi jarak dekat.

Seratus tempat itu adalah Jakarta, Denpasar, Gianyar, Jembrana, Singaraja, Tabanan, Bangka, Belitung, Pangkal Pinang, Cilegon, Serang, Tangerang, Tangerang Selatan Ciledug, Bengkulu, Rejang Lebong. Aceh Selatan, Aceh Timur, Banda Aceh, Meulaboh, Sabang, Sleman, Yogyakarta, Jambi, Sungai Penuh, Bandung, Bandung Barat, Cimahi, Bekasi, Bogor, Ciamis, Cianjur, Cikarang, Cirebon. Depok, Karawang, Kuningan, Purwakarta, Sukabumi, Tasikmalaya, Majalengka,

Batang, Blora, Cepu, Cilacap, Jepara, Boyolali, Kebumen, Kendal, Klaten, Kudus, Pati, Pekalongan, Pemalangm Purbalingga, Purwokerto, Salatiga, Semarang, Solo, Sragen, Tegal, Wonogiri, Bangkalan, Banyuwangi, Blitar, Bondowoso, Gresik, Jember, Jombang, Kediri, Lamongan, Lumajang, Madiun, Magetan. Malang, Mojokerto, Pasuruan, Probolinggo, Sampang, Sidoarjo, Situbondo, Surabaya, Tuban, Tulungagung.

Mempawah, Pontianak, Singkawang, Banjarbaru, Banjarmasin, Paringin, Palangkaraya, Sampit, Balikpapan, Berau, Bontang, Bulungan, Kutai Barat, Samarinda, Sangata, Tarakan, Tenggarong. Lampung, Ambon, Alor, Bima, Biak, Merauke, Manokwari, Sorong, Timika, Batam, Dumai, Duri, Indragiri Hilir, Pekanbaru,

Perawang, Mamuju, Polewali, Bantaeng, Belopa, Bone, Gowa, Soppeng. Makassar, Malili, Maros, Palopo, Pare Pare, Pinrang, Sengkang, Sinjai, Sorowako, Ternate, Toraja Utata, Palu, Kendari, Kolaka, Gorontalo, Manado, Tomohon. Bukittinggi, Sijunjung, Pesaman, Padang, Payakumbuh, Solok, Lubuk Lingau, Muara Enim, Palembang, Prabumulih, Deli Serdang, Kisaran, Medan, dan Tebing Tinggi.

Selain berkampanye serentak untuk Bike To Work Day 2011, rangkaian kegiatan akan dilanjutkan sampai Minggu.

"Dengan kampanye ini, semoga semangat untuk menggunakan sepeda sebagai moda transportasi jarak dekat makin tumbuh dan dilakukan warga," ujar Ketua Umum Bike to Work Toto Sugito.

Sumber: KOMPAS.com | Jumat, 23 September 2011
Jumat, 23 September 2011 | 0 komentar

Jatim Terima Bantuan Rp 10 Miliar

SURABAYA - Guna mengatasi bencana kekeringan yang saat ini melanda kabupaten/kota di daerah ini, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jawa Timur mendapat bantuan uang Rp 10 miliar dari pemerintah pusat.

Kepala BPBD Jatim, Siswanto di Surabaya, Jumat (23/9) mengatakan sebanyak 616 desa di 22 kabupaten/kota kategori golongan tiga yakni kering kritis, dengan persedian air kurang 10 liter air per hari dan hanya untuk minum satu hari.

Lokasi sumber air sudah kering sehingga warga terpaksa mengambil air dari mata air lain yang jaraknya 10 hingga 30 kilometer.

Daerah yang mengalami kekeringan parah adalah Trenggalek, Pacitan, Nganjuk, Ponorogo, Bojonegoro, Pamekasan, Magetan, Malang, Lumajang, Pamekasan, Bangkalan, Tulungagung, Blitar, Gresik, Lamongan, Sumenep, dan Madiun.

Berdasarkan kajian Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG ), musim kemarau tahun ini memang lebih parah dibandingkan tahun lalu. Penyebabnya perubahan iklim, namun pihaknya terus koordinasi dengan dengan PDAM di kabupaten/kota untuk suplai air bersih ke daerah yang mengalami kekeringan.

Sumber: KOMPAS.com | Jumat, 23 September 2011
| 0 komentar

20 Kabupaten Kekeringan di Luar DAS Brantas & Bengawan Solo

Malang - Kekeringan sudah menimpa 20 kabupaten di Jawa Timur berada di luar Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas serta Bengawan Solo. Hal ini dinyatakan Perum Jasa Tirta I sebagai pengelola dua sungai. Dikarenakan ketersediaan air di waduk masih sesuai pola atau mencukupi kebutuhan sesuai yang direncanakan.

"Kekeringan terjadi di luar DAS Brantas serta Bengawan Solo," kata Tri Hardjono kepada detiksurabaya.com di ruang kerjanya, Jumat (23/9/2011).

Kepala Bagian Humas Perum Jasa Tirta I mengungkapkan, kondisi tinggi permukaan air di seluruh waduk di Jawa Timur dan Jawa Tengah masih terpantau aman selama 20 hari terakhir. "Elevasi atau tinggi air aman," tegasnya.

Ia mengaku, 20 daerah kini tengah mendapatkan bantuan air bersih dari Pemprov Jatim itu berada di luar jangkauan aliran DAS Brantas serta Bengawan Solo, jadi wajar jika mengalami krisis air.

"20 Daerah itu dapat bantuan air bersih." ungkap dia.

Ke-20 daerah yang dimaksud adalah Pacitan, Trenggalek, Tulungagung, Sidoarjo, Nganjuk, Jombang, Lamongan, Malang, Bojonegoro, Blitar, Kediri, Tuban, Sampang, Bangkalan dan Lumajang. Termasuk Situbondo, Bondowoso, Jember, Banyuwangi, dan Pasuruan.

Ia menambahkan, sebagian besar 20 daerah itu berada di bagian selatan Jawa Timur yang tidak terlalui DAS Brantas dan Bengawan Solo. Sehingga wajar dan mendapatkan akses air berlebih.

Sementara pantauan terkini pola elevasi di waduk Sutami, kata dia, mencapai 266,65 meter di atas permukaan laut (mdpl). Kondisi aktual di waduk itu 267,44 mdpl.

Sedangkan low water level atau batas minimum elevasi Sutami 260 mdpl. "Elevasi artinya diatas pola," katanya.

Demikian juga di waduk Selorejo, sambung dia, pola elevasi 614,45 mdpl, aktual 617,91 mdpl, sedangkan low water level 606 mdpl. Untuk waduk Wonorejo, Tulungagung, pola elevasi 166,75 mdpl, aktual 168,02 mdpl, dan low water level 153 mdpl.

Dan Waduk Bening, Madiun, pola elevasi 98,15 mdpl, aktual 102,58 mdpl dan low water level 96 mdpl. Laporan harian di waduk Gajah Mungkur, Wonogiri, Jawa Tengah, juga aman. Pola elevasi 130,45 mdpl, aktual 130,59 mdpl, dan low water level 128 mdpl.

"Kondisi itu menunjukkan ketersediaan air untuk PLTA, pertanian, industri dan PDAM dalam kondisi aman," bebernya.

DAS Brantas yang mengalir seluas 12.000 kilometer (Km) persegi mencakup sebagian besar wilayah Jatim. Sungai utama sepanjang 320 km dan memiliki 39 anak sungai dengan total panjang 1.400 km. Sedangkan potensi sumber air mencapai 11,80 miliar meter kubik per tahun.

Air di DAS Brantas ditampung dalam lima bendungan atau waduk tahunan dan tiga waduk harian dengan total tampungan sekitar 636,60 juta meter kubik. Air sebanyak itu untuk memenuhi kebutuhan irigasi seluas 345 ribu haktare dan menghasilkan listrik 1.160 GWh.

Selain itu untuk memenuhi kebutuhan air di Perusahaan Air Minum Daerah (PDAM) sebesar 300 juta meter kubik, serta memenuhi air untuk industri sebesar 1,87 juta meter kubik.

(fat/fat)

Sumber: detikSurabaya | Jumat, 23/09/2011
| 0 komentar

POLRES KECAM AROGANSI DEPKOLEKTOR

Kamis, 22 September 2011 | 23.44.00 | 0 komentar

Keresahan warga masyarakat terhadap cara depkolektor menagih hutang yang dinilai diluar batas kemanusiaan, berujung laporan ke mapolres Tulungagung. Kebanyakan laporan dari masyarakat terkait penyitaan paksa sepeda motor milik konsumen. Atas fenomena seperti ini, pihak mapolres Tulungagung melalui kasubag Hukum, AKP Suratman menghimbau kepada para pemilik dealer agar mendidik seluruh depkolektor dengan tata cara yang baik dalam sita jaminan. Tegasnya, tata cara tersebut, telah dituangkan dalam Undang – undang nomor 42 tahun 1999 dan diterjemahkan secara gambling dalam PERKAB nomor 8 tahun 2011 tentang eksekusi jaminan pro justisia.

Salah satu titik tekannya, sebuah eksekusi sita jaminan bisa dilaksanakan, jika pihak penyita sudah mendaftar di Kemenkum dan HAM perwakilan propinsi Jawa Timur.

Sumber: liiur.com | 22 September 2011
Kamis, 22 September 2011 | 0 komentar

Petani Tulungagung Harap Kemarau Lebih Lama

TULUNGAGUNG - Di saat sebagian besar warga tersiksa dengan datangnya kemarau dan kekeringan, warga di Desa Pelem, Kecamatan Campurdarat, Tulungagung, justru berharap musim kering ini lebih lama lagi.

Harapan mereka bukan tanpa alasan. Sebab, sebagian besar warga desa ini berprofesi sebagai petani tembakau. Tembakau memang lebih cocok ditanam di musim kemarau.

"Banyak orang berdoa minta hujan, kami berdoa agar jangan hujan dulu," ujar Sumiyah, petani tembakau Desa Pelem, dalam bahasa Jawa sambil tersenyum.

Dia berharap musim kemarau masih bertahan setidaknya hingga akhir tahun ini. Ini disebabkan umur rata-rata tanaman tembakau hingga panen mencapai 3 hingga 4 bulan.

Sementara itu, Nurkholis, salah satu koordinator kelompok tani tembakau, menjelaskan dari seribu lebih kepala keluarga di Desa Pelem, sekitar 80% warganya merupakan petani tembakau.

Sedangkan, sisanya memilih bertanam palawija dan tanaman agrobis seperti sayuran.

Pilihan ini, kata dia, karena kondisi lahan pertanian di desa ini adalah tadah hujan.

"Jadi itulah harapan kami, setidaknya tanaman kami bisa panen sebelum musim hujan," ujar Nurkholis. (ES/OL-10)

Sumber: MICOM | Kamis, 22 September 2011
| 0 komentar

670 Desa di Jatim Alami Krisis Air Bersih

SURABAYA---Kekeringan di wilayah Jawa Timur semakin meluas. Jika sebelumnya hanya terdata 417 desa di 21 Kabupaten/Kota, kini kekeringan telah melanda hingga 670 desa di 29 Kabupaten/kota.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jatim, Siswanto mengungkapkan terdapat sekitar 616 desa di 22 kabupaten yang kekeringannya termasuk dalam golongan tiga. Di tingkat ini, ketersediaan air hanya berkisar 10 liter per hari sehingga termasuk kritis. "Untuk memenuhi air ini, ada warga harus menempuh jarak 10-30 kilometer," ujarnya, Kamis (22/9).

Untuk menanggulangi kekeringan itu, pihaknya mengirimkan pasokan air bersih. Pengiriman air bersih ini, BPBD Jatim memprioritaskan daerah yang kondisi airnya telah kritis di 22 kabupaten/kota. Sejumlah daerah yang mengalami krisis air tersebut diantaranya Trenggalek, Pacitan, Nganjuk, Ponorogo, Bojonegoro, Pamekasan, Magetan, Malang, Lumajang, Pamekasan, Bangkalan, Tulungagung, Blitar, Gresik, Lamongan, Sumenep dan Madiun.

Untuk mengatasi kekeringan itu, BPBD Jatim mengajukan tambahan anggaran senilai Rp 13 miliar ke Pemprov. Dana tersebut diprediksi hanya cukup untuk satu bulan. Selain itu, BPBD mengajukan anggaran Rp 78 miliar ke pemerintah pusat untuk mengatasi kekeringan.

Redaktur: taufik rachman
Reporter: nuraini

Sumber: REPUBLIKA.CO.ID | Kamis, 22 September 2011
| 0 komentar

SATLANTAS POLRES TULUNGAGUNG BEKUK SINDIKAT PEMALSU SIM

Rabu, 21 September 2011 | 19.01.00 | 0 komentar

Giat operasi lalu lintas yang dilakukan satlantas mapolres Tulungagung di kecamatan Pakel berhasil menjaring beberapa kendaraan yang tidak dilengkapi surat dan seorang pengendara yang menggunakan SIM Palsu. Pemilik SIM Palsu bernama Sigit Budianto, warga Tasikmadu Watulimo Trenggalek ini, menurut keterangan dari Kaur Reg. identifikasi satlantas polres Tulungagung IPTU Wika Ardilestanto, berawal dari kecurigaan polisi yang melihat background foto dalam SIM yang berbeda.

Dari kecurigaan ini, akhirnya Sigit mengaku sebagai korban dari sindikat pemalsu SIM.

Akunya kepada penyidik di kepolisian, modus operandinya dengan cara menyerahkan foto dan uang kepada pelaku bernama Edi yang mengaku bertempat tinggal di kecamatan Bandung – Tulungagung.

Dari sinilah, polisi kemudian melacak jejak Edi.

Sumber: liiur.com | 21 September 2011
Rabu, 21 September 2011 | 0 komentar

MENGANIAYA PACAR SETELAH DSTUBUHI, PEMUDA ASAL KEDIRI DITAHAN POLISI TULUNGAGUNG

Bermula dari perselisihan dan rasa cemburu, pemuda kediri bernama Aria Indra Kumala 24 th dilaporkan oleh pacarnya bernama Mipa Meilina ke polres Tulungagung, karena telah menganiaya disebuah hotel jalan Wr Supratman Tulungagung.
Peristiwanya bermula, tersangka Aria sudah menjalin hubungan pacaran dengan korban selama satu tahun. Kemudian pada bulan juli, Aria diberi tahu oleh teman-temannya , bahwa di sebuah situs Facebook ada gambar yang mirip dengan wajah Mipa. Pelaku bermaksud memberitahu, kalau ada gambar pacarnya bersama pemuda lain. Perselisihan terjadi. Tetapi sekitar bulan agustus masalah itu sudah dianggap selesai. Maka untuk menuntaskan hal itu, pelaku mengajak jalan jalan ke Tulungagung, sekaligus menyelesaikan masalah setuntasnya. Pada hari minggu 18 september 2011, sekitar jam 3 sore keduanya masuk hotel dan keduanya melakukan persetubuhan. Tetapi karena ada hal yang menyinggung Aria, berkaitan dengan masalah lelaki yang diketahuinya masih ada hubungan dengan perempuan pacarnya itu. maka emosinya naik dan memukuli korban hingga lebam.

Merasa diperlakukan kasar dan korban merasa kesakitan , maka korban langsung melaporkan peristiwa itu ke polres Tulungagung.Dalam Waktu satu jam akhirnya pelaku dapat ditangkap polisi, dan akhirnya digelandang ke polres Tulungagung, untuk diproses lebih lanjut.

Berdasarkan keterangan yang disampaikan kepada penyidik, ia melakukan penganiayaan dengan jalan memukul korban selama 5 kali. dan mencekiknya. Akibat perbuatan itu kini korban masih dirawat di rumah sakit, sedangkan pelaku dijerat pasal289 KUHP dengan ancaman hukuman 9 th penjara, subsider pasal 35 ayat 1 KUHP. Sampai saat ini pelaku masih diamankan di polres Tulungagung. (Doni)

Sumber: perkasafm.com | Wednesday, 21 September 2011
| 0 komentar

Ketua F-PKNU DPRD Tulungagung Tersangka Korupsi P2SEM

Tulungagung - Ketua Fraksi PKNU DPRD Tulungagung Ahmad Saefudin ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus dugaan korupsi dana Program Penanganan Sosial Ekonomi Masyarakat (P2SEM) tahun 2008.

"Surat (panggilannya) sudah kami layangkan sejak 15 September lalu. Dalam lampiran surat pengantar tersebut disertakan surat panggilan pemeriksaan bernomor SP-95/O.5.27/Fd.1/09/2011," kata Kasi tindak Pidana Khusus Kejaksaan Negeri (Kejari) Tulungagung Agus Rujito, Selasa.

Sebelumnya, Saefudin hanya diperiksa tim penyidik kejaksaan dalam kapasitasnya sebagai saksi. Ia sempat dicecar sejumlah pertanyaan seputar pengetahuan maupun indikasi keterlibatannya pada pelaksanaan proyek P2SEM Tulungagung tahun 2008.

Dua tersangka korupsi pada proyek yang sama diketahui merupakan aktivis dari LSM PEGEL (Peduli Ekonomi Keluarga Lemah), yakni Adi Idam Prayogi dan Mohamad Masruri Akhyar.

Keduanya bahkan telah ditangkap dan dijebloskan tahanan oleh penyidik kejaksaan. Namun dalam perjalanan penyidikan, salah satu tersangka menyebut-nyebut nama Saefudin sebagai "otak" di balik penyimpangan dana P2SEM senilai Rp100 juta tersebut.

Dari situlah kemudian tim penyidik melakukan upaya pengembangan penyelidikan sekaligus penyidikan. Hasilnya, Saefudin yang saat ini tercatat masih aktif sebagai anggota DPRD Tulungagung, ditetapkan sebagai tersangka.

"Dia disebut-sebut sebagai pihak yang memanfaatkan dana P2SEM yang dikorupsi. Bukti-bukti awal sudah kami kumpulkan, termasuk keterangan kedua tersangka terdahulu serta pengakuan saudara Saefudin saat diperiksa sebagai saksi," ungkapnya.

Belum ada konfirmasi dari Saefudin atas peningkatan statusnya dari saksi menjadi tersangka.

Sejumlah wartawan yang mencoba mengonfirmasinya selalu gagal. Wartawan sempat mencoba menyanggong politikus PKNU tersebut di kantor dewan, namun juga tidak berhasil.

Informasi yang beredar di kalangan anggota dewan maupun petugas sekretariat DPRD Tulungagung, Saefudin sangat jarang masuk kantor sejak kasus P2SEM mencuat dan masuk ranah kejaksaan (hukum).

Ketua DPC PKNU Tulungagung Fuad Zainul Anwar saat diklarifikasi mengenai hal ini mengatakan, pihaknya secara kepartaian akan menyiapkan tim pembela untuk mengawal masalah hukum yang menimpa salah satu kadernya tersebut.

"Secara kelembagaan, kami tentu berkewajiban untuk menyediakan bantuan hukum, apalagi dugaan keterlibatannya belum terbukti," ujarnya.

Kasus ini bermula saat LSM PEGEL menerima dana P2SEM tahun 2008 dari Pemprov Jatim sebesar Rp100 juta.

Dana tersebut dipakai untuk pengobatan gratis dan pembagian sembako, namun dalam pelaksanaannya, sebagaimana hasil penyelidikan tim kejaksaan, diduga dana yang terserap hanya Rp40 juta.

Sedangkan Rp60 juta sisanya, diduga digelapkan dengan modus mark-up anggaran, yakni membuat laporan keuangan yang lebih besar dari penggunaan sebenarnya. (Destyan)

Sumber: Antarajatim | 20 Sept 2011
| 0 komentar

Ketinggian Air Waduk Wonorejo Kritis

Selasa, 20 September 2011 | 18.46.00 | 0 komentar

TULUNGAGUNG - Kemarau panjang yang terjadi membuat ketersediaan air di Waduk Wonorejo, Tulungagung, Jawa Timur kritis. Menurut Kepala Divisi ASA II Perum Jasa Tirta Taufirurrahman, debit air di waduk terbesar di Asia Tenggara itu kini mendekati titik ambang terendah yakni 153 dpl.

"Saat ini posisi elevasi air sudah berada di kisaran 155 meter dpl," ujar Taufikurrahman.

Meski begitu dia menjamin posisi kritis ini masih bisa bertahan hingga tiga bulan mendatang. Saat ini, katanya, air waduk terbesar di Asia Tenggara itu masih bisa mengairi ratusan hektare sawah di Tulungagung.

Selain itu air waduk dengan kapasitas total 122 juta meter kubik tersebut juga dinilai masih bisa menggerakkan turbin Perusahan Listrik Tenaga Air (PLTA) Niama yang berada di pantai selatan Kecamatan Besuki, Tulungagung. Selama kemarau penurunan elevasi air bisa mencapai 0,5 meter per hari.

Bendungan yang diresmikan Presiden Megawati pada 2002 ini merupakan salah satu bendungan terpenting di Tanah Air. Waduk ini menyediakan air baku untuk Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Surabaya sebesar delapan meter kubik per detik.

Selain itu, waduk ini juga memasok air ke pembangkit tenaga listrik 6,02 megawatt serta mengendalikan banjir bagi daerah seluas 1.479 hektare. Waduk Wonorejo juga menjadi penyokong utama irigasi bagi 1.200 hektare sawah di Tulungagung. (ES/OL-04)

Sumber: MICOM | Selasa, 20 September 2011
Selasa, 20 September 2011 | 0 komentar

29 Daerah Jawa Timur Dilanda Kekeringan

Surabaya - Wilayah yang dilanda kekeringan akibat musim kemarau yang berkepanjangan di Jawa Timur terus meluas. Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur, kekeringan sudah meliputi 29 daerah kabupaten dan kota, padahal beberapa pekan sebelumnya mencapai 21 daerah.

Kepala BPBD Jawa Timur, Siswanto, menjelaskan dari 38 daerah kabupaten dan kota di Jawa Timur tersisa sembilan daerah yang belum dilanda kekeringan. ”Tapi jumlah daerah yang dilanda kekeringan akan terus bertambah karena belum diketahui kapan berakhirnya musim kemarau,” katanya, Selasa 20 September 2011.

Hujan pernah terjadi di beberapa daerah di Jawa Timur, tapi belum merata. Bahkan dalam sebulan terakhir tak sampai lima kali turun hujan di Jawa Timur.

Siswanto menjelaskan saat ini BPBD masih memfokuskan diri untuk membantu memberikan air bersih di 21 daerah kabupaten dan kota. Daerah-daerah tersebut sejak Agustus 2011 lalu telah dilanda kekeringan cukup parah.

Daerah-daerah yang cukup parah dilanda kekeringan di antaranya Trenggalek, Tulungagung, Malang, Blitar, Ponorogo, Madiun, Pacitan, Bojonegoro, Jombang, Nganjuk, Magetan, Ngawi, Situbondo, Lumajang, Batu, Bondowoso, Gresik, Lamongan, Tuban, Sumenep, dan Pamekasan.

Di 21 daerah tersebut kekeringan meliputi 417 desa yang tersebar di 136 kecamatan. Kepada warga di daerah tersebut BPBD telah mendistribusikan air bersih menggunakan mobil tangki dengan biaya Rp 175 ribu per mobil tangki.

Selain bantuan air dengan mobil tangki, BPBD juga menyalurkan tandon air di seluruh desa yang dilanda kekeringan. Sumur juga digali untuk mempercepat pengadaan air bersih bagi warga.

Kepala Bidang Produksi Tanaman Pangan Dinas Pertanian Jawa Timur, Ahmad Nurfalakhi, mengatakan 1.453 hektare lahan tanaman padi di seluruh Jawa Timur mengalami kekeringan. Sebanyak 239 hektare di antaranya mengalami puso.

Sementara itu kondisi geografis menyulitkan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Pacitan mendistribusikan air bersih kepada warga di tiga kecamatan di daerah itu, yakni Kecamatan Bandar, Tegalombo, dan Sudimoro.

Direktur PDAM Kabupaten Pacitan, Rianto, menjelaskan wilayah yang warganya mengalami kesulitan mendapatkan air bersih terdiri dari perbukitan dan pegunungan.

Menghadapi kondisi geografis yang berat, PDAM Pacitan harus mengakali pola pendistribusian air bersih. “Dari instalasi pengolahan, air bersih yang dihasilkan dialirkan ke reservoar bawah, lalu ke reservoar atas. Kemudian dialirkan ke rumah warga secara gravitasi,” ujar Rianto.

Tugas PDAM juga kian berat karena belum seluruh desa di sembilan kecamatan lainnya di Pacitan yang sudah dialiri air bersih. Keterbatasan anggaran tidak memungkinkan PDAM memperluas jangkauan instalasi jaringannya.

Pemerintah Kabupaten Pacitan telah menyiapkan dana pendamping Rp 700 juta untuk perluasan jaringan. Namun dana tersebut baru akan dicairkan setelah ditetapkannya APBN tahun 2012. Padahal dengan perluasan jaringan, empat desa di Kecamatan Donorojo--Desa Sekar, Cemeng, Sendang, dan Desa Sukodono--yang selama ini selalu dilanda kekeringan bisa menikmati air bersih.

Tahun ini pun PDAM Pacitan mendapat dana Rp 10,9 miliar dari APBN. Namun bukan untuk perluasan jaringan, melainkan untuk peningkatan kapasitas produksi di jaringan utama. Sebab kapasitas produksi air PDAM masih jauh dari ideal, yakni hanya 205 liter per detik. Akibatnya dari jumlah penduduk sekitar 530 ribu jiwa hanya sekitar 11 ribu jiwa yang terjangkau air PDAM.

Kapasitas air ini hanya mampu terdistribusi ke pelanggan selama 12-18 jam. “Kami belum memiliki pompa cadangan, sehingga kalau dipaksakan beroperasi 24 jam bisa terjadi error. Karena tidak bisa 24 jam, terpaksa diterapkan block system atau pengaliran bergilir,” ujarnya.

Warga yang belum terjangkau jaringan air besih terpaksa menggali lubang di dasar telaga yang sudah mengering. “Meski air telaga mengering, masih ada sumber air yang memancar kalau digali,” tutur Tusiman, salah seorang warga di Dusun Suruh, Desa Cemeng, Kecamatan Donorojo. Warga pun harus berbagi air dengan ternak mereka.

FATKHURROHMAN TAUFIQ | ISHOMUDDIN

Sumber: TEMPO Interaktif | Selasa, 20 September 2011
| 0 komentar

Demo Mahasiswa Tuntut Pembubaran Banggar Diwarnai Saling Dorong

Surabaya - Aksi saling dorong mewarnai aksi demo Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) se Jatim yang dilakukan di depan gedung DPRD Jatim. Saling dorong puluhan mahasiswa dan polisi itu terjadi saat massa mahasiswa merangsek masuk ke gedung dewan.

Dari pengamatan detiksurabaya.com, Selasa (20/9/2011), aksi saling dorong itu tidak berlangsung lama. Perwakilan mahasiswa akhirnya diperbolehkan masuk untuk bertemu anggota dewan. Mahasiswa sendiri menggelar aksi demo menuntut pembubaran badan anggaran (banggar) yang dinilai hanya menjadi tempat korupsi.

"Banggar sebagai alat kelengkapan DPR sarat dengan masalah terutama soal transparansi anggaran," kata koordinator aksi, Mubarok, dalam orasinya.

Dengan suara lantang Mubarok mengatakan banggar berpotensi memunculkan mafia baru yakni mafia anggaran. Sebelumnya sudah ada mafia pajak dan mafia hukum. Banggar, kata Mubarok, dinilai sudah melampaui kewenangannya yakni mengintervensi kebijakan fiskal yang sudah dirumuskan oleh para menteri.

"Alokasi dana yang seharusnya 100 % bisa menyusut menjadi 50 % bila sudah melewati banggar," tambah Mubarok.

Mubarok meminta agar banggar baik di daerah dan pusat harus dibubarkan. Solusi untuk pembubaran banggar adalah mengembalikan fungsi komisi di lembaga legislatif untuk mengurusi keuangan negara.

Demo diikuti 11 BEM di Jatim. Diantaranya BEM Ubhara, BEM Tulungagung, BEM Arrosyid dan BEM Bangkalan. Dalam aksinya, demo dijaga cukup ketat personel dari Polrestabes Surabaya dan Polsek Krembangan.(iwd/fat)

Sumber: detikSurabaya | Selasa, 20/09/2011
| 0 komentar

Cegah Gagal Panen, Petani Disarankan Tanam Palawija

Jakarta - Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertanian Haryono mengatakan lahan-lahan padi yang mengalami puso (gagal panen) tidak disarankan ditanami kembali padi.

"Lahan sawah yang sudah rusak berat atau puso akibat kekeringan tidak disarankan ditanami padi kembali. Lebih baik ditanami palawija," kata Haryono di kantor Kementerian Pertanian, Jakarta, Selasa 20 September 2011.

Menurutnya, petani tidak disarankan menanami padi pada lahannya yang rusak karena ketersediaan air yang terbatas. Padi merupakan jenis tanaman yang memerlukan banyak air pada awal tanam.

Lahan rusak atau puso, lanjut Haryono, diakibatkan adanya pemaksaan menanam padi pada lahan sawah, padahal seharusnya air hanya cukup untuk tanaman palawija.

Sementara lahan sawah yang sudah rusak ringan akibat kekeringan dapat ditanami padi. Namun petani disarankan mencari cadangan air untuk pemeliharaan tanaman, misalnya pompanisasi air tanah.

Menurut Ketua Peneliti Agroklimat Balitbang Pertanian Aris Pramudia, lahan pertanian yang mengalami kerusakan lahan berat terdapat di Kabupaten Serang (Banten), Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Garut (Jawa Barat), Kabupaten Banyuman, Purwokerto, dan Pati (Jawa Tengah), Kabupaten Gunung Kidul (DI Yogyakarta), Kabupaten Trenggalek, Tulungagung, Tuban, dan Lamongan (Jawa Timur). Lahan-lahan tersebut perlu mendapatkan perhatian yang ketat dalam pengelolaan tanaman dan pengelolaan airnya.

"Kegiatan pertanian pada wilayah-wilayah tersebut perlu mendapat perhatian yang ketat dalam pengelolaan tanaman dan pengelolaan airnya agar petani tidak mengalami kerugian," katanya.

ROSALINA

Sumber: TEMPO Interaktif | Selasa, 20 September 2011
| 0 komentar

Warga Tulungagung Belum Agendakan Ritual "Manten Kucing"

Tulungagung - Masyarakat Desa Pelem, Kecamatan Campurdarat, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, sampai saat ini belum mengagendakan digelarnya ritual manten kucing, sebuah tradisi khas daerah sebagai ritual meminta hujan di saat kemarau.

"Kami belum merasa perlu melakukan itu (ritual manten kucing), terkecuali musim kering berkepanjangan," kata Sarni (80), sesepuh Desa Pelem kepada ANTARA, Senin.

Keputusan itu menurut Sarni bukanlah sikapnya pribadi selaku sesepuh desa yang memiliki tradisi berbau magis tersebut, tetapi juga keinginan mayoritas warga Desa Pelem.

Keengganan warga untuk menggelar ritual meminta hujan melalui serangkaian prosesi pemandian sepasang kucing dewasa serta pagelaran seni tiban tersebut, setidaknya dari tidak/belum adanya permintaan langsung dari kelompok masyarakat maupun kelompok petani setempat.

Realitas tersebut jauh berbeda saat terjadinya kemarau panjang pada kisaran tahun 2007/2008 lalu. Saat itu, puluhan perwakilan kelompok warga dan petani sempat berkumpul di balai desa guna membahas rencana penyelenggaraan manten kucing.

"Kondisinya berbeda dengan saat ini. Tapi jika nanti (kemarau) juga berkepanjangan, tidak menutup kemungkinan ritual manten kucing akan kami gelar di 'coban' (air terjun setempat)," ujarnya menegaskan.

Sebenarnya, ada dua alasan pokok yang mendorong warga menunda digelarnya ritual manten kucing. Selain karena musim kering baru berlangsung sekitar dua bulan, Sarni maupun sejumlah tokoh desa berdalih mayoritas warga setempat saat ini tengah menanam tembakau.

Posisi area persawahan di Desa Pelem yang secara kontur tanah lebih rendah ketimbang saluran irigasi menyebabkan para petani khawatir guyuran hujan hanya akan menyebabkan tanaman tembakau/palawija mereka rusak terendam air.

Karena latar belakang itulah, bagi warga Desa Pelem dan sekitarnya yang sekarang bercovok tanam tembakau atau palawija, kemarau panjang justru dipandang sebagai berkah.

Sebaliknya, mereka akan menganggap turunnya hujan dalam waktu dekat, meskipun hanya gerimis, sebagai bencana lantaran perubahan cuaca ekstrem tersebut hanya akan menyebabkan tanaman tembakaunya rusak, dan itu berarti mereka bakal merugi puluhan bahkan ratusan juta rupiah.

"Biasanya, kalau hujan tak kunjung turun hingga periode bulan November-Desember, baru kami akan melakukan rembugan desa untuk memutuskan apakah perlu dilakukan ritual manten kucing atau tidak," ucap Kepala Desa Pelem, Nugroho Agus.

Sarni maupun mayoritas penduduk Desa Pelem sejauh ini masih memiliki keyakinan kuat terhadap daya magis ritual manten kucing yang telah mengakar selama puluhan tahun tersebut.

Mereka selalu menyebut, tiap kali dilakukan upacara pemandian sepasang kucing dewasa atau bahkan sekedar membakar kemenyan di sekitar coban bakal mempercepat turunnya hujan di kawasan tersebut.

Meski begitu, tokoh-tokoh adat maupun perangkat Desa Pelem berkeyakinan bahwa keputusan mengenai digelar atau tidaknya ritual unik tersebut tidak bisa diambil/dilakukan secara serampangan, tetapi harus melalui rembug desa dengan melibatkan tokoh-tokoh supranatural setempat. (Destyan)

Sumber: Antara | 19 Sept 2011
| 0 komentar

Weleh.. Warga Tulungagung Malah Berharap Kemarau Berlangsung Lebih Lama

Senin, 19 September 2011 | 07.55.00 | 0 komentar

TULUNGAGUNG-- Sebagian warga Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, justru berharap kemarau atau musim kering yang telah berlangsung sejak pertengahan Juli lalu, berlangsung lebih lama, setidaknya hingga tiga-empat bulan ke depan.

"Kalau sampai hujan turun dalam waktu dekat, tanaman tembakau kami bisa rusak. Pada musim tanam sebelumnya, kami mengalami kerugian besar karena banyak tanaman padi yang gagal panen akibat terendam air hujan," ujar Sumiyah, salah seorang warga Desa Pelem, Kecamatan Campurdarat, Ahad.

Sumiyah merupakan satu dari sekian petani di Desa Pelem yang saat ini menanam tembakau di lahan persawahan miliknya. Selain Sumiyah, masih ada ribuan keluarga petani di Desa Pelem maupun sekitarnya yang juga menanam jenis tanaman serupa.

Jika bukan tembakau, mayoritas petani di daerah ini lebih memilih jenis tanaman palawija, bukan lagi padi seperti beberapa musim tanam sebelumnya. Maklum, di saat kemarau seperti sekarang, menanam padi dianggap sebagai tindakan konyol. Sebab, area persawahan di Desa Pelem maupun desa-desa lain di Kecamatan Campurdarat tergolong sawah tadah hujan.

Jadi jika tidak ada hujan, para petani akan cenderung beralih ke jenis tanaman yang tidak banyak membutuhkan air, salah satunya tembakau. Apalagi, harga hasil komoditas tanaman untuk bahan baku rokok kretek tersebut saat ini sangat tinggi.

"Lebih dari 80 persen petani di daerah sini menanam tembakau, sisanya palawija dan hanya sedikit yang nekat tetap menanam padi. Usia tanaman-tanaman itu (tembakau dan palawija, khususnya jagung) rata-rata adalah sekitar 3-4 bulan. Jadi, selama itu pula kami berharap cuaca (musim kering) tetap mendukung," ujar Nurkholis, petani tembakau lainnya.

Bencana kekeringan selama kemarau yang sudah berlangsung dua bulan lebih itu sebenarnya juga dirasakan oleh masyarakat Tulungagung yang tinggal di dataran, termasuk di Desa Pelem Kecamatan Campurdarat maupun desa-desa di kecamatan lain sekitarnya.

Akibat kondisi tersebut, banyak warga berharap hujan cepat turun kembali. Namun tak sedikit pula yang lebih suka kemarau berlangsung lebih panjang, setidaknya hingga kisaran bulan November atau Desember nanti, yakni setelah masa panen raya tanaman tembakau dan palawija.

Sumber: REPUBLIKA.CO.ID | Minggu, 18 September 2011
Senin, 19 September 2011 | 0 komentar

Permukaan Air Waduk Wonorejo Terus Menurun

Sabtu, 17 September 2011 | 14.56.00 | 0 komentar

Tulungagung - Permukaan air waduk Wonorejo, Tulungagung selama beberapa pekan terakhir terus,mengalami penurunan debit hingga nyaris mendekati ambang batas terendah, yakni 153 mdpl.

"(Tren) Penurunan ini sebenarnya merupakan fenomena yang wajar, sebab, fungsi waduk saat kemarau adalah sebagai penyuplai air bagi irigasi pertanian. Jadi lumrah jika kecenderungannya saat ini terus menyusut," kata Kepala Divisi ASA II Perum Jasa Tirta Tulumgagung, Taufiqurrahman, Sabtu.

Ia mengakui, penyusutan air waduk selama beberapa pekan terakhir tergolong cepat. Sekitar empat hari lalu, misalnya, elevasi permukaan air waduk masih dikisaran 157 meter di atas permukaan air laut (mdpl).

Namun sekarang, tinggi elevasinya telah menyusut lagi hingga berada di kisaran 155 mdpl.

Meski telah mendekati ambang batas terendah, pihak perum Jasa Tirta memastikan pasokan air waduk masih aman.

Ia bahkan berani sesumbar bahwa ketersediaan air waduk, baik untuk keperluan irigasi maupun untuk menggerakkan turbin pembangkit listrik tenaga air (PLTA) di sekitar bendungan Niama, Kecamatan Besuki, masih mencukupi, hingga tiga bulan mendatang.

"Kalaupun sampai tiga bulanan mendatang hujan tak kunjung turun atau musim kering terus berkepanjangan, air cadangan waduk masih ada dengan volume mencapai 44 juta meter kubik lebih," tegasnya.

Meski mengaku masih optimistis dengan ketersediaan pasokan air waduk saat ini, Taufiqurrahman memastikan pihaknya telah mengeluarkan kebijakan intensifikasi penggunaan air waduk.

Melalui sistem ini (intensifikasi), distribusi air dari waduk ke sistem irigasi pertanian di Kabupaten Tulungagung sementara diperketat, menyesuaikan volume kebutuhan air serta skala prioritas yang telah ditentukan.

"Selain karena fungsi waduk ini bersifat 'multipurpose', kebijakan intensifikasi dimaksudkan agar pengelolaan serta pemanfaatan air waduk bisa efisien dan efektif, sehingga mampu mencukupi kebutuhan irigasi pertanian sekaligus PLTA hingga tiga bulan ke depan," ujar Taufiqurrahman optimistis. (Destyan)

Sumber: Antara | 17 Sept 2011
Sabtu, 17 September 2011 | 0 komentar

Kekeringan di Indonesia Meluas

Tujuh waduk kering kerontang, 20 waduk waspada


JAKARTA-Kekeringan di Indonesia makin meluas. Kementerian Pekerjaan Umum (PU) mencatat setidaknya ada 7 waduk yang sekarang ini benar-benar kering.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, kebetulan tujuh waduk itu seluruhnya ada di Jawa Tengah.

“Ketujuh waduk tersebut antara lain berada di Plumbon, Kedungguling, Ngancar, Lalung, Delingan, Botok dan Brambang,” ujar Sutopo Purwo Nugroho dalam rilisnya, Jumat (16/9).

Disebutkan pula, selain 7 waduk, sebanyak 20 waduk yang berstatus Waspada, contohnya Saguling, Cirata, Jatiluhur, Bili-bili, Sermo, dan Rawapening. “Dibandingkan tahun 2010, ketersediaan air di waduk pada tahun ini lebih sedikit,” papar Sutopo, kemarin.

Dicontohkan, dalam musim kemarau tahun ini, di waduk Jatiluhur ketinggian airnya lebih rendah 9,71 meter dan di waduk Sempor permukaan air lebih rendah -8,23 meter.

Sutopo mengatakan, daerah yang mengalami kekeringan semakin meluas karena belum ada kejelasan kapan masuk musim penghujan.

Sutopo mengatakan, pemerintah telah menyiapkan hujan buatan. “Tapi saat ini hujan buatan belum terlalu mendesak,” paparnya. Soalnya ketersediaan air masih mencukupi hingga prediksi pada Oktober 2011 sudah hujan.

Sementara itu, di Jawa Timur, belum ada laporan waduk yang benar-benar kering. Rata-rata sejumlah waduk masih terdapat air dengan volume yang memang sudah semestinya pada saat musim kemarau. Namun dengan debit air yang ada sekarang, jelas tidak bisa mengairi sawah petani.

Di Madiun, misalnya, sejumlah waduk mulai terlihat mengering, seperti waduk Dawuhan, Wonoasri, Kab. Madiun. Waduk itu mengairi setidaknya 3 ribu hektare sawah yang berada di sejumlah desa yang menjadi daerah irigasi waduk tersebut.

Berdasarkan pemantauan Dinas Pertanian Jatim, sedikitnya 1.436 hektare lahan padi di Jatim sudah mengalami kekeringan (Surabaya Post, edisi Jumat 16 September 2011)

Kepala Dinas Pertanian Jatim, Eko Wibowo Putro, merinci lahan padi yang paling parah dilanda kekeringan berada di Kabupaten Tulungagung dengan luas mencapai 953 hektare. Selain itu kekeringan juga dialami Kabupaten Trenggalek seluas 271 hektare, Kabupaten Pacitan 112 hektare, Sumenep 60 hektare, Mojokerto 21 hektare dan Lamongan 19 hektare.

“Sudah tahu masuk musim kemarau seperti ini, idealnya pola tanamnya jangan lagi padi tetapi diganti palawija,” ujarnya, Jumat (16/9).

Kekeringan yang melanda di Indonesia memaksa sebagian masyarakat yang menggantungkan kehidupan sehari-harinya terhadap pertanian, terutama petani padi mulai mengonsumsi bahan pangan yang biasa mereka konsumsi saat paceklik, yakni gaplek.

Di Kab. Kediri, 6 kecamatan alami kekeringan hebat. Sejumlah sumber mata air kekeringan. Kondisi ini membuat sebagian warga mulai mengkonsumsi gaplek.

Kepala Bagian Humas Pemkab Kediri, Edhi Purwanto mengatakan Dinas Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat (Kesbanglinmas) melaporkan sedikitnya 6 kecamatan di wilayahnya mengalami kekeringan, yakni Kecamatan Semen, Tarokan, Mojo, Banyakan, Grogol, dan Kecamatan Kepung. “Rata-rata daerah pegunungan,” kata Edhi kepada tempo interaktif.

Menghadapi kekeringan ini, Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan pemerintah menyiapkan anggaran Rp 1,7 triliun. Anggaran ini diambil dari anggaran kontijensi pangan dalam APBN 2011 yang totalnya Rp 3 triliun. “Pemerintah menyiapkan beberapa program, salah satunya yakni program pompanisasi,” ujar Hatta, beberapa waktu lalu.

Hatta menjelaskan anggaran total Rp 3 triliun sudah digunakan Rp 300 miliar untuk penggantian puso dan sekitar Rp 1 triliun untuk raskin ke-13. Sisanya, Rp 1,7 triliun, akan digunakan untuk program pompanisasi.

Khusus Jatim sendiri, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur mengajukan anggaran sebesar Rp 21 miliar guna mengatasi dampak kekeringan yang terjadi di 21 kabupaten yang tersebar di 136 kecamatan dan 417 desa.

BPBD Jatim memang memiliki dana on call bencana sebesar Rp3,4 miliar. Tapi saat ini sudah tersisa hanya Rp150 juta karena telah digunakan saat bencana Gunung Bromo.

Anggaran sebesar Rp21 miliar terdiri dari dana Rp19 miliar untuk penyediaan air bersih dan dana Rp2 miliar untuk pembuatan tandon air di desa-desa. Satu tandon diharap bisa menampung 2.000 liter air.

Asisten III Sekdaprov Jatim Edi Purwinarto juga membentuk tim guna menanggulangi dampak kekeringan dan kekurangan air bersih di Jatim. Tim itu terdiri dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, Bakorwil, Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruang serta Dinas PU Pengairan. ‘‘Saya juga telah menginstruksikan ke bupati/walikota untuk mendata wilayahnya yang mengalami kekeringan. Masyarakat desa juga bisa melapor langsung ke kepala desa dan camatnya,’’ ujarnya.

Berdasarkan ramalan Badan Meteorologi dan Geofisika, Indonesia akan mengalami badai el nino, kekeringan sepanjang tahun. Diperkirakan, Oktober sejumlah wilayah di Indonesia mulai masuk musim penghujan. tmp, dtc, faz

Kabupaten di Jatim yang Alami Kekeringan
Kabupaten Malang, Trenggalek, Blitar, Lumajang, Ponorogo, Batu, Pacitan, Pamekasan
Sumenep, Bondowoso, Bojonegoro, Gresik, Jombang, Lamongan, Nganjuk, Tuban, Magetan, Tulungagung, Ngawi, Madiun, Situbondo (Sumber: BPPD Jatim)

Sumber: Surabaya Post | Sabtu, 17/09/2011
| 0 komentar

Petani Diimbau Jangan Tanam Padi

Jumat, 16 September 2011 | 23.06.00 | 0 komentar

SURABAYA — Hujan telah mengguyur beberapa daerah di Provinsi Jawa Timur dengan intensitas rendah. Kendati demikian, kemarau masih melanda hampir seluruh wilayah sehingga terjadi kekurangan air bersih.

Dalam kondisi seperti sekarang, kata Kepala Bidang Produksi Tanaman Pangan Dinas Pertanian Jatim Ahmad Nurfalakhi di Surabaya, Jumat (16/9/2011), dan pasca-serangan hama wereng coklat beberapa waktu lalu, Dinas Pertanian Jatim mengimbau petani untuk tidak menanam padi.

Dinas Pertanian Jatim telah menyosialisasikan kepada petani agar tidak menanam padi dalam situasi seperti sekarang. Apalagi saat ini masih kemarau dan pertanian di Jatim baru saja diserang hama wereng. "Jika petani tetap menanam padi, hasilnya tidak maksimal dan justru akan menimbulkan kerugian besar," katanya.

Pada periode Agustus 2011, lahan padi yang kekeringan seluas 1.453 hektar dan tersebar di sejumlah wilayah, antara lain Tulungagung seluas 953 hektar, Trenggalek 271 hektar, Pacitan 112 hektar, Sumenep 60 hektar, Mojokerto 21 hektar, dan Lamongan 19 hektar.

Dari total lahan kering tersebut, kata dia, yang mengalami puso atau gagal panen mencapai 36 hektar, dengan rincian di Mojokerto 18 hektar, Tulungagung 9 hektar, Tuban 6 hektar, Bojonegoro 2 hektar dan Trenggalek 1 hektar.

Luas lahan yang mengalami kekeringan lebih kecil dibandingkan dengan Juli 2010 yang melanda 2.736 hektar tanaman padi. Wilayah paling parah adalah Trenggalek seluas 1.729 hektar, Tulungagung 811 hektar, Bangkalan 108 hektar, Tuban 50 hektar, Gresik 15 hektar, Jombang 12 hektar, Kediri 10 hektar, dan Sumenep 0,5 hektar.

Sumber: KOMPAS.com | Jumat, 16 September 2011
Jumat, 16 September 2011 | 0 komentar

8.000 Santri Lirboyo Salat Minta Hujan

Kediri - Sedikitnya 8.000 santri di Pondok Pesantren Lirboyo Kediri, Jawa Timur, Jum’at, 16 September 2011, melakukan salat Istisqo'. Mereka memohon datangnya hujan untuk menyelamatkan bumi dari kemarau.

Salat dilakukan di halaman pondok, tepatnya di depan kediaman pemimpin Lirboyo KH Idris Marzuki. Di bawah terik matahari yang menyengat salat dua rakaat itu dipimpin KH Anwar Manshur. "Kami memohon perlindungan Allah dari kemarau ini," kata juru bicara pondok Ustad Muclash.

Seperti adab melaksanakan salat Istisqo', para santri mengawali ibadah dengan doa bersama. Dipimpin Kiai Anwar Manshur, mereka memohon ampun atas dosa-dosa yang dilakukan manusia hingga terjadinya kemarau.

Menurut Muchlas, selain faktor alam, kemarau berkepanjangan juga diakibatkan keserakahan manusia dalam mengelola alam. Penebangan liar hingga aktivitas industri yang merajalela membuat pasokan air di bumi habis. "Mari belajar pada musibah ini," ucapnya.

Dia berharap ibadah ini bisa diterima Allah dan mengakhiri kemarau panjang. Sebab saat ini warga di sekitar pondok sudah merasakan kesulitan mendapatkan air bersih.

Sementara itu kekeringan terus meluas di wilayah eks-Karisidenan Kediri. Sebanyak 2.210 hektare lahan pertanian di Kabupaten Tulungagung dilaporkan mengalami kekeringan.

Kepala Dinas Pertanian Tulungagung Tatang Suhartono mengatakan lahan tersebut tersebar di lima kecamatan. Paling banyak di wilayah selatan, seperti Kecamatan Pakel seluas 942 hektare, Kecamatan Besuki 130 hektare, Kecamatan Bandung 914 hektare, Kecamatan Gondang 219 hektare, serta Kecamatan Campurdarat 5 hektare. "Dari jumlah itu 197 hektare di antaranya puso," ujarnya. HARI TRI WASONO

Sumber: TEMPO Interaktif | Jum'at, 16 September 2011
| 0 komentar

Atasi Kekeringan, Jatim Ajukan Anggaran Rp21 Miliar

SURABAYA - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur mengajukan anggaran sebesar Rp21 miliar guna mengatasi bencana kekeringan yang terjadi di sejumlah daerah di Jawa Timur.

"Dana yang tersedia di BPBD sudah habis, hanya tersisa ratusan juta rupiah sehingga kita ajukan kembali,'' kata Kabid Kedaruratan BPBD Jatim Syahrul Arifin di Surabaya, Jumat (16/9).

BPBD Jatim memang memiliki dana on call bencana sebesar Rp3,4 miliar. Tapi saat ini sudah tersisa hanya Rp150 juta karena telah digunakan saat bencana Gunung Bromo.

Menurutnya, anggaran sebesar Rp21 miliar terdiri dari dana Rp19 miliar untuk penyediaan air bersih dan dana Rp2 miliar untuk pembuatan tandon air di desa-desa. Satu tandon diharap bisa menampung 2.000 liter air.

Berdasarkan laporan yang masuk ke pihaknya, saat ini ada 21 kabupaten di Jatim yang mengalami bencana kekeringan. Dari 21 daerah itu, ada 136 kecamatan dan 417 desa yang dilanda kekeringan dan kekurangan air bersih.

Ke-21 daerah yang dilanda kekeringan di antaranya adalah Kabupaten Malang, Blitar, Ponorogo, Pacitan, Sumenep, Bojonegoro, Jombang, Nganjuk, Magetan, Ngawi, Situbondo, Trenggalek, Lumajang, Batu, Pamekasan, Bondowoso, Gresik, Lamongan, Tuban, Tulungagung dan Madiun.

Asisten III Sekdaprov Jatim Edi Purwinarto membentuk tim mengatasi bencana kekeringan dan kekurangan air bersih di Jatim. Tim itu terdiri dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, Bakorwil, Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruang serta Dinas PU Pengairan.

''Saya juga telah menginstruksikan ke bupati/walikota untuk mendata wilayahnya yang mengalami kekeringan. Masyarakat desa juga bisa melapor langsung ke kepala desa dan camatnya,'' ujarnya. (FL/OL-9)

Sumber: MICOM | Jumat, 16 September 2011
| 0 komentar

WARGA DUA KECAMATAN BLOKIR JALAN MENUJU PENAMBANGAN PASIR BESI

Warga desa Rejosari – Kalidawir dan desa Panggungkalak – Pucanglaban kembali bergolak. Gelora aksi warga dua desa di kecamatan berbeda ini, Jum’at siang memblokir jalan masuk ke areal penambangan pasir besi di desa Rejosari – Kalidawir.

Hal ini disampaikan oleh salah seorang demonstran asal desa Panggungkalak, Turijan. Pemblokiran jalan ditujukan agar para penambang menghentikan aktifitasnya, hingga sepanjang jalan yang dilalui truk pengangkut pasir besi diperbaiki. Karena tutur Turijan, jalan di desa Rejosari maupun Panggungkalak rusak parah, akibat aktifitas penambangan yang tidak ramah lingkungan.

Dari pantauan reporter Husin Permadi di lapangan, puluhan perwakilan warga masyarakat ini, sejatinya sudah berulangkali memperingatkan kepada para penambang agar segera menghentikan aktifitas penambangan yang merusak lingkungan dan bermasalah dalam perijinannya.

Bulan lalu, direktur LSM The Djayeng Kusumo Center, Sutaji mengecam keras, aktifitas penambangan liar yang melibatkan oknum pejabat di lingkup pemkab Tulungagung ini.

Sumber: liiur.com | 16 September 2011
| 0 komentar

Kegiatan Usaha di Kediri Bergairah

KEDIRI - Kegiatan dunia usaha di wilayah eks Karesidenan Kediri, Jawa Timur, pada triwulan kedua tahun 2011 kembali bergairah setelah sebelumnya mengalami kontraksi. Pemimpin Bank Indonesia Kediri Matsisno mengatakan, hal itu tercermin dari hasil survei kegiatan dunia usaha yang dilakukan terhadap sejumlah responden.

"Hasil survei menyatakan Saldo Bersih Tertimbang (SBT) sebagai indikator kegiatan dunia usaha mencapai angka 39,99 persen atau lebih baik dibanding triwulan pertama yang minus 0,42 persen," ujarnya, Jumat (16/9/2011).

Wilayah eks Karesidenan Kediri meliputi Kota/Kabupaten Kediri, Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Tulungagung, Kota dan Kabupaten Blitar, serta Kabupaten Trenggalek.

Hal yang menyenangkan, kegiatan dunia usaha bergairah pada hampir semua sektor ekonomi seperti perdagangan, hotel dan restoran, sektor industri pengolahan, sektor jasa-jasa dan sektor bangunan. Bergairahnya kegiatan dunia usaha pada triwulan II ini dipicu oleh meningkatnya permintaan karena musim liburan sekolah dan masuk sekolah tahun ajaran baru.

Peningkatan ekspansi usaha ini diikuti pula dengan kenaikan harga jual terutama pada industri pengolahan dan pertanian.

Sumber: KOMPAS.com | Jumat, 16 September 2011
| 0 komentar

1.436 Ha Sawah di Jatim Kekeringan

Pemerintah pusat akan memberi bantuan pompa, perbaikan irigasi terkait ancaman kekeringan

SURABAYA – Dinas Pertanian (Distan) Jatim mencatat 1.436 hektare lahan padi di Jatim mengalami kekeringan selama bulan Agustus. Distan kini menyiapkan penggantian benih padi melalui benih nasional dan cadangan. Selain itu, pompa air juga disiapkan untuk kelompok tani mengantisipasi kekeringan yang makin meluas.

Kepala Dinas Pertanian Jatim, Eko Wibowo Putro, merinci lahan padi yang paling parah dilanda kekeringan berada di Kabupaten Tulungagung dengan luas mencapai 953 hektare. Selain itu kekeringan juga dialami Kabupaten Trenggalek seluas 271 hektare, Kabupaten Pacitan 112 hektare, Sumenep 60 hektare, Mojokerto 21 hektare dan Lamongan 19 hektare.

Eko meminta petani di daerah yang mengalami kekeringan untuk sementara tidak menanam padi dulu, menggantinya dengan palawija dan tanaman hortikultura. Kekeringan yang dialami petani di Jatim, kata Eko, salah satunya diakibatkan karena petani tidak melakukan pola tanam sesuai musim. “Sudah tahu masuk musim kemarau seperti ini, idealnya pola tanamnya jangan lagi padi tetapi diganti palawija,” ujarnya, Jumat (16/9).

Pada musim kemarau yang diproyeksi terjadi antara April - September 2011, petani diharapkan memberlakukan pola tanam sesuai musim terkini. Diakuinya memang, menanam padi pada musim kemarau untungnya besar jika panen, karena harga gabah yang bagus. Akan tetapi, kata dia, modal dan risikonya juga besar. Kecuali petani siap sumur pompa tersendiri untuk mengantisipasi kekeringan.

Eko optimistis angka produksi padi di Jatim tidak akan mengalami penurunan menyusul dampak kekeringan hanya melanda beberapa daerah. Terlebih lagi, dengan permasalahan organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Penanaman padi yang terkena gangguan OPT tahun ini hanya 1,75% dari luas tanam sekitar 31.995.407 hektare.

Jumlah itu, sambung Eko masih relatif kecil sebab target produksi sebesar 11,7 juta ton gabah kering giling (GKG). Meskipun angka ramalan II dari pendataan BPS menyebutkan bisa mencapai 12,049 juta ton GKG. Bahkan, luas arealnya tidak mendominasi luas tanam padi di Jatim yang kini mencapai sekitar 1,7 juta hektare.

Di Jatim, kata dia, daerah yang masih menanam padi mayoritas terletak di Kabupaten Bojonegoro. Namun, beberapa petani padi di sana berusaha menjalin kerja sama dengan pengusaha sumur pompa sehingga air tetap bisa mengairi sawah mereka.

Sementara itu pemerintah mengaku telah mencairkan dana Rp 300 miliar untuk mengganti kerugian petani yang mengalami gagal panen (puso). "Soal kekeringan kami siapkan dana Rp 3 triliun untuk antisipasi masalah pangan, termasuk untuk raskin. Dananya baru digunakan Rp 300 miliar untuk ganti tanaman yang puso," kata Menko Perekonomian Hatta Rajasa di gedung DPR RI, Jakarta, kemarin.

Hatta menegaskan, pemerintah telah mengantisipasi hal-hal terburuk dari adanya ancaman kekeringan yang melanda Indonesia. Stok pangan khususnya beras sudah disiapkan termasuk adanya tambahan dari beras impor. "Biasanya akhir tahun paceklik naik dikit. Makanya cadangan beras Bulog harus cukup. Kalau ada kenaikan kami intervensi dengan operasi pasar," jelas Hatta.

Sebelumnya Menteri Pertanian Suswono mengatakan, pemerintah pusat akan terus menerima laporan pemerintah daerah, untuk data yang membutuhkan bantuan dari pusat seperti untuk bantuan pompa, perbaikan irigasi terkait ancaman kekeringan.

Dana untuk kondisi darurat sebesar Rp 2 triliun, seperti pergantian lahan puso gagal panen sebesar Rp 380 miliar. Bantuan untuk lahan gagal panen dalam bentuk bantuan tunai yang diberikan kepada petani. Bantuan itu mencakup bantuan pupuk Rp 1,1 juta per hektar, bantuan pengolahan lahan Rp 2,6 juta per hektar. yop, dto

Lahan Padi Jatim Terparah Dilanda Kekeringan :
Kabupaten Tulungagung : 953 ha, Kabupaten Trenggalek : 271 ha, Kabupaten Pacitan : 112 ha, Kabupaten Sumenep : 60 ha, Kabupaten Mojokerto : 21 ha, Kabupaten Lamongan : 19 ha.

Sumber: Surabaya Post | Jumat, 16/09/2011
| 0 komentar

Polres Tulungagung Razia Perbatasan Antisipasi Gerakan Jihad

Kamis, 15 September 2011 | 17.51.00 | 0 komentar

Tulungagung - Jajaran Kepolisian Tulungagung, Jawa Timur beberapa hari terakhir terus mengitensifkan razia di perbatasan kabupaten untuk mencegah eksodus manusia yang hendak jihad ke Ambon, paska kerusuhan di wilayah tersebut.


Wakapolres Tulungagung, Kompol Wiyogo Pamungkas, Kamis mengatakan, razia tersebut sengaja mereka lakukan untuk mencegah pergerakan orang-orang yang berniat pergi ke Ambon untuk berjihad.

Upaya itu dilakukan sebagai antisipasi, menilik pengalaman konflik sebelumnya yang sulit dipadamkan, lantaran adanya orang-orang dari luar Ambon yang terlibat dalam konflik komunal tersebut.

"Sesuai perintah pimpinan, kami lakukan pencegahan kemungkinan adanya pergerakan orang-orang yang hendak pergi ke Ambon dengan tujuan berjihad di sana," terangnya.

Razia dilakukan di setiap perbatasan Kabupaten Tulungagung, yaitu Kecamatan Gondang yang berbatasan dengan Kabupaten Trenggalek, Kecamatan Ngantru yang berbatasan dengan Kabupaten Kediri dan Kecamatan Rejotangan yang berbatasan dengan Kabupaten Blitar.

Sehari sebelumnya razia juga dilakukan di terminal angkutan penumpang umum yang digunakan untuk bepergian ke berbagai kota. Razia seluruhnya melibatkan 150 orang personel kepolisian dari berbagai satuan.

"Ada sekitar 150 personel kepolisian dari Polres Tulungagung yang terlibat dan dibagi dalam dua kompi. Mereka akan melakukan razia secara simultan, sampai keadaan dinyatakan aman," ujarnya.

Selain orang-orang yang hendak berjihad, razia juga menyasar kemungkinan pengiriman berbagai jenis senjata, baik senjata tajam maupun yang menggunakan bahan peledak.

Razia dilakukan dengan menghentikan setiap mobil penumpang umum, travel maupun mobil boks dan memeriksa bawaan para penumpang.

"Selain orang-orang yang hendak berangkat ke Amon, yang lebih penting jangan sampai ada senjata yang masuk ke sana. Percuma saja orangnya tidak masuk, tetapi senjata sampai ke sana (Ambon)," katanya.

Razia yang digelar sejak pukul 11.00 WIB hingga pukul 13.00 WIB tidak menemukan satu pun orang yang dicurigai hendak berangkat berjihad ke Ambon, maupun senjata-senjata berbahaya.

Namun Wiyogo menegaskan, tetap akan memperketat pengawasan agar Kabupaten Tulungagung tidak dijadikan lokasi transit orang-orang yang bertujuan mengganggu keamanan. (Destyan)

Sumber: Antara | 15 Sept 2011
Kamis, 15 September 2011 | 0 komentar

Hakim Tolak Penangguhan Penahanan Ketua PDIP Tulungagung

Rabu, 14 September 2011 | 17.54.00 | 0 komentar

Tulungagung - Majelis Hakim Pengadilan Negeri Tulungagung, Jawa Timur, Rabu, secara resmi menolak permohonan penangguhan penahanan yang diajukan pihak keluarga anggota DPRD sekaligus ketua Fraksi PDIP setempat, Suharminto.

Pembacaan keputusan itu disampaikan langsung oleh Ketua Majelis Hakim, Teguh Harianto, sesaat menjelang penutupan sidang lanjutan perkara kecelakaan lalu lintas yang melibatkan politisi muda yang dikenal keras dan temperamental tersebut.

"Kami sudah berdiskusi dengan dua anggota majelis hakim dan kesimpulannya permohonan (penangguhan penahanan) itu kami nyatakan ditolak dengan alasan untuk mempermudah sekaligus mempercepat proses persidangan kasus ini," tandas Ketua Mejelis Hakim PN Tulungagung, Teguh Harianto.

Suharminto sejak awal memang berharap permohonan penangguhan penahanan atas dirinya bisa dikabulkan majelis hakim. Selain mengatasnamakan keluarga dan berjanji untuk tidak mempersulit proses persidangan, permohonan penangguhan penahanan itu juga ditandatangani oleh pejabat Sekretaris Daerah Tulungagung, Maryoto Bhirowo.

Namun upaya itu rupanya tidak membuahkan hasil. Majelis hakim yang diketuai Teguh Harianto memiliki alasan berbeda dengan pihak kepolisian maupun kejaksaan yang tidak melakukan penahanan selama melakukan pemeriksaan, yakni untuk mempercepat proses persidangan.

"Mengacu pada pengalaman yang sudah-sudah, kami tidak ingin persidangan ini nantinya terganggu dengan alasan terdakwa yang mengaku sakit saat digelarnya proses persidangan. Kami sudah melihat rekam jejak kasus/perkara di Tulungagung dan kenyataannya fenomena semacam itu sangat banyak. Majelis hakim tidak ingin hal-hal semacam ini terulang," ujarnya menegaskan.

Menanggapi penolakan permohonan penangguhan penahanan itu, Suharminto melalui kuasa hukumnya, Darusman dan M Maarif, mengaku bisa menerima alasan yang disampaikan majelis hakim.

Meski sempat kecewa, Suharminto berkomitmen untuk menjalani prosedur hukum yang berlaku. Namun ia tetap berkeyakinan bahwa dirinya tidak bersalah.

Pembelaan diri itu setidaknya tersirat dari pengakuan saksi meringankan yang diajukan tim kuasa hukumnya, usai pemeriksaan saksi ahli atau "verbalisan" dari kepolisian.

Menurut keterangan kedua saksi "adechart" (meringankan) itu, posisi kendaraan (sepeda motor) terdakwa dan korban yang melaju dari arah berlawanan sama-sama berada di tengah.

Mereka juga bersaksi bahwa korban yang cacat tangan sebelah kiri tersebut berkendara dengan kecepatan tinggi hingga akhirnya terjadilah tabrakan "adu banteng" yang menyebabkan korban Sumani (53) tewas seketika di lokasi kejadian.

"Kalau melihat fakta-fakta yang diungkapkan saksi-saksi tersebut, itu artinya posisi kedua kendaraan sama-sama bersalah, tidak bisa dibebankan kepada satu orang (Suharminto) hanya karena dia kebetulan selamat dan masih hidup. Ingat, penyidikan atas kasus kecelakaan ini tidak boleh dimanipulasi untuk kepentingan tertentu," ujar Darusman usai persidangan. (Destyan)


Sumber: Antara | 14 Sept 2011
Rabu, 14 September 2011 | 0 komentar

Hakim "Ajari" Polisi Tulungagung Cara Menyidik

Tulungagung - Hakim Pengadilan Negeri Tulungagung, Jawa Timur, sempat mengajari saksi verbal lisan dari kepolisian mengenai cara menyidik yang benar saat sidang lanjutan kasus kecelakaan lalu-lintas dengan terdakwa Suharminto, anggota DPRD setempat, Rabu.

"Kami bukan bermaksud menyalahkan siapa-siapa atau menyudutkan instansi tertentu. Tetapi kenyataannya, fenomena semacam ini (cara penyidikan yang tidak benar) sudah berlangsung puluhan tahun sehingga harus diluruskan," kata ketua majelis hakim PN Tulunggaung, Teguh Harianto.

"Training" gratis tersebut dia sampaikan hanya sesaat setelah membuka sidang lanjutan perkara kecelakaan lalu lintas yang melibatkan salah seorang anggota DPRD setempat dari fraksi PDIP, Suharminto, dengan agenda pemeriksaan saksi-saksi.

Sidang berlangsung mulai pukul 10.30 WIB hingga 12.30 WIB di ruang sidang utama PN Tulungagung dan disaksikan oleh puluhan simpatisan/pendukung Suharminto serta kader PDIP. Secara umum, proses persidangan dengan agenda pemeriksaan saksi-saksi tersebut berlangsung tertib dan lancar.

Begitu sidang dinyatakan dibuka, Kusmindar yang saat itu tampil sendirian sebagai jaksa penuntut umum (JPU) lantas meminta kesempatan kepada majelis hakim untuk menghadirkan dua orang saksi ahli (saksi "verbalisan") dari pihak kepolisian (penyidik), bersamaan dengan diperiksanya dua orang saksi kunci kecelakaan.

Saksi ahli dimaksud masing-masing adalah Briptu Wahyuningtyas serta Briptu Galih Setiawan. Keduanya merupakan tim penyidik yang melakukan investigasi sekaligus pemeriksaan langsung terhadap terdakwa Suharminto maupun saksi beberapa saksi lain yang dianggap mengetahui kronologi kejadian serta melihat langsung peristiwa tabrakan "adu banteng" tersebut.

Namun harapan jaksa supaya saksi "verbalisan" tersebut bisa menguatkan materi dakwaan dan menegaskan unsur pelanggaran hukum yang dilakukan terdakwa Suharminto tampaknya bertepuk sebelah tangan.

Alih-alih bisa menjelaskan detail hasil investigasi pihak kepolisian dalam kasus kecelakaan maut itu, Ketua majelis hakim Teguh Harianto dan hakim anggota Dina Pelita Asmara justru mencecar teknis penyidikan polisi yang menurut mereka tidak benar.

Pantauan ANTARA, setidaknya ada tiga hal yang sempat menjadi sorotan majelis hakim. Pertama, polisi dinilai tidak fair dalam melakukan penyidikan terhadap saksi Sunarto dan Bagus.

Sebagaimana hasil konfrontir keterangan yang dilakukan majelis hakim, polisi diketahui telah "menuntun" atau mengarahkan jawaban saksi Sunarto dan Bagus agar sesuai hasil kesimpulan/olah tempat kejadian perkara yang dilakukan tim penyidik.

Kedua, polisi dinilai lalai dalam melakukan kewajiban selaku tim penyidik untuk membacakan ulang seluruh materi pemeriksaan kepada masing-masing saksi, sebelum memerintahkan mereka menandatangani berita acara pemeriksaan (BAP).

Ketiga yang tak kalah parah adalah adanya pengakuan berbeda antara saksi Sunarto dengan pihak tim penyidik. Polisi dalam BAP menyebut bahwa saksi Sunarto saat kejadian berada di depan rumah dan melihat langsung peristiwa kecelakaan yang menyebabkan salah satu pihak pengendara tewas.

Padahal, dalam persidangan sebelumnya, saksi Sunarto membantah mengakui dirinya berada di depan rumah dan melihat insiden maut tersebut.

"Saksi juga membantah mengenal terdakwa, padahal dalam BAP seolah dia faham betul siapa itu saudara Suharminto, latar belakangnya hingga pekerjaannya saat ini sebagai anggota dewan," ujar hakim Teguh. (Destyan)

Sumber: Antara | 14 Sept 2011
| 0 komentar

Iklan

Terkini

Pendidikan