Seputar Tulungagung™  ~   Berita Tulungagung Hari Ini 

Dinas Pertanian Tulungagung Genjot Panen Padi "SRI"

Selasa, 18 Oktober 2011 | 22.43.00 | 0 komentar

Tulungagung - Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Tulungagung tengah menggalakkan "System Rice of Intensification" (SRI) untuk menggenjot hasil padi petani setempat.

Menurut Kepala Disperta Tulungagung, Tatang Suhartono, Senin, SRI telah dikembangkan sejak dua tahun terakhir dan terbukti mampu menggenjot hasil panen dengan biaya yang sangat efisien.

"Inti dari SRI adalah pengolahan lahan, cara pemeliharaan tanaman dan suplai kebutuhan air di saat diperlukan saja. Cara ini terbukti efektif meningkatkan hasil panen tanaman padi," terangnya.

Tatang menjelaskan, dari penelitian yang dilakukan didapat data bahwa kandungan unsur hara di banyak lahan pertanian di Tulungagung berada di bawah dua persen. Padahal, kondisi ideal untuk pertanian seharusnya minimal lima persen.

Kondisi ini tidak lepas dari perilaku petani yang terus mengandalkan pupuk kimia dalam bercocok tanam.

Untuk memulihkan kondisi ini, SRI menekankan penggunakan pupuk organik, seperti kompos dan pupuk kandang sebelum berocok tanam padi.

"Dalam SRI, pupuk yang dipakai utamanya adalah pupuk organik. Tujuannya mengembalikan unsur hara yang selama ini terkikis akibat penggunaan pupuk-pupuk kimia," katanya.

Lanjut Tatang, perlakukan kedua dari SRI, benih yang biasa disemai pada lahan terbuka selama minimal dua minggu kini cukup disamai di bakul-bakul kecil selama tujuh hari saja. Selain menghemat tempat, cara ini juga sangat menghemat waktu persemaian.

Benih lalu ditanam dengan cara satu lubang diisi satu benih padi yang sudah disemai dengan jarak sekitar 35 centimeter untuk setiap lubang.

Dengan cara ini ternyata benih mampu tumbuh lebih cepat dan mengeluarkan rumpun lebih banyak dibanding dengan persemaian konvensional.

"Dari satu benih tersebut ternyata mampu menghasilkan 40 hingga 60 rumpun padi, lebih banyak dari penyemaian konvensional. Dengan cara ini pula, waktu untuk tumbuh juga lebih cepat, karena pada persemaian konvensional butuh dicabut dulu sebelum ditanam kembali," imbuhnya.

Selain menghemat benih, masa semai, SRI juga terbukti mampu mengangkat hasil tanaman padi yang lebih banyak dari pada sistem konvensional. Jika dalam satu hektar lahan bisa menghasilkan rata-rata delapan ton tanaman padi, dengan SRI bisa menghasilkan sepuluh hingga sebelas ton.

Saat ini, dari total luas lahan pertanian padi yang mencapai sekitar 49.465 hektare, dinas pertanian melakukan percobaan sistem intensifikasi pertanian (SRI) pada area persawahan seluas 25 hektare saja di Desa Wates, Kecamatan Sumbergempol.

Hasilnya, setelah dilakukan panen raya, Senin pagi tadi, Tatang menegaskan bahwa pihaknya akan menjadikan SRI sebagai sistem tanam acuan untuk lahan padi di Kabupaten Tulungagung secara keseluruhan. (Destyan)

Sumber: Antara | 17 Okt 2011

Posting Komentar