Seputar Tulungagung™  ~   Berita Tulungagung Hari Ini 

Dokter Spesialis di Jatim Tidak Merata

Rabu, 02 November 2011 | 01.08.00 | 0 komentar

Sekitar 75 % dokter spesialis berada di Kota Surabaya, Gresik, Sidoarjo, dan Malang

SURABAYA - Penyebaran dokter spesialis di wilayah Jawa Timur (Jatim) tidak merata. Mereka lebih memilih berjubel wilayah perkotaan, karena dianggap lebih potensial untuk mendapatkan pasien. Di sisi lain para dokter spesialis tersebut juga lebih memilih membuka praktik pribadi dan bekerja di rumah sakit swasta dengan gaji yang lebih besar dibandingkan rumah sakit pemerintah.

Dari 1.226 orang dokter spesialis yang ada di Jatim, sekitar 75% atau sekitar 970 orang tersebar di Kota Surabaya, Gresik, Sidoarjo, dan Kota Malang. Sementara daerah-daerah di Jatim seperti Pacitan, Trenggalek, Situbondo, Tulungagung, Bondowoso masih kekurangan dokter spesialis.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Jatim, Drs Mudjib Affan, MARS mengaku sangat prihatin dengan kondisi ini. Meski ia tidak menyangkal jika wajar seorang manusia ingin memiliki materi yang berlebih serta kehidupan yang nyaman, begitu pula dengan seorang dokter. Namun, selain kebutuhan akan materi, seorang dokter juga dituntut untuk mengabdikan diri untuk masyarakat khususnya masyarakat kurang mampu atau miskin.

“Saya sangat prihatin karena jumlah dokter di desa sangatlah kurang dari kebutuhan. Para dokter muda sekarang lebih memilih tinggal dan praktik di kota,” ujarnya Senin (31/10).

Lanjut Affan, pemerintah daerah melalui Dinas Kesehatan sebenarnya telah berupaya menambah jumlah dokter spesialis di sejumlah rumah sakit daerah namun banyak yang tidak bersedia ditempatkan di daerah-daerah. Padahal keberadaan mereka sangat dibutuhkan sebagai upaya pemerataan kesehatan. Pihaknya, juga sudah memberikan sebuah rangsangan. Diantaranya adalah bagi para dokter spesialis yang bersedia ditempatkan di daerah, dipersiapkan tunjangan tambahan selain gaji pokok.

“Tapi tetap saja banyak yang menolak. Sebagian besar kemudian malah memilih bekerja di rumah sakit swasta atau membuka praktik sendiri. Untuk dokter senior, ya tidak apa-apa kalau sudah memikirkan ke pelayanan swasta. Tapi untuk yang muda harus memiliki empati dan bersedia mengabdikan diri. Bukan semata-mata tergiur dengan materi saja,” tuturnya.

Menurut Affan, faktor lain yang membuat dokter tersebut tidak bersedia untuk ditempatkan di daerah. Salah satu alasan utamanya adalah terkait dengan fasilitas umum yang terdapat di kota yang bersangkutan. “Hal ini sebenarnya tidak perlu dijadikan alasan, sebab kini akses untuk menuju ke daerah-daerah tersebut tidaklah sulit. Ada yang jarak tempuhnya bisa dicapai hanya beberapa jam saja,” tegasnya.

Selain penyebaran yang tidak merata, jumlah dokter spesialis di Jatim juga masih kurang. Idealnya, seorang dokter spesialis menangani 10.000 orang, namun di Jatim harus menangani 100.000 orang. “Dengan penduduk 37 juta, Jatim seharusnya memiliki 1.855 dokter spesialis. Namun saat ini hanya 1.226 dokter spesialis saja. Jadi Jatim membutuhkan tambahan 629 dokter spesialis lagi. Terutama dokter spesialis bedah, kandungan, kelamin dan penyakit dalam,” paparnya. mla

Sumber: Surabaya Post | Selasa, 01/11/2011

Posting Komentar