TULUNGAGUNG - Warga lingkungan III Pacitan, Kelurahan Ngunut, Kecamatan Ngunut, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, Kamis (2/9/2010), akhirnya menggelar aksi penggalangan cap jempol darah menolak pendirian stasiun pengisian dan pengangkutan bulk elpiji (SPPBE) di sekitar pemukiman mereka.
Aksi damai yang digalang sejumlah aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) tersebut, dimulai tepat sekitar pukul 12.00 WIB dengan mengambil tempat di salah satu rumah warga yang lokasinya persis berada di pinggir jalan raya. Tak ada pengawalan khusus dilakukan polisi menghadapi demo penggalangan cap jempol darah tersebut.
Mobil patroli dari Polres Tulungagung hanya sempat terlihat sebentar, sebelum akhirnya berjalan menjauh dari kerumunan warga.
“Kami terpaksa mempercepat aksi cap jempol darah ini sebagai protes atas upaya kriminalisasi yang dilakukan kepolisian terhadap warga kami yang kontra pendirian SPPBE,” ujar koordinator warga Lingkungan III Pacitan, Dwi Indrianto.
Aksi penggalangan massa untuk melakukan cap jempol darah itu sendiri dilakukan sangat sederhana. Dimulai dengan manuver sejumlah tokoh pemuda bersama tokoh masyarakat setempat dengan membuat spanduk warna putih berukuran 1,5 meter x 2,5 meter.
Seusai menulisi tema aksi di bagian atas spanduk menggunakan spidol biasa, warga lantas mengundang seluruh warga Lingkungan III Pacitan menggunakan pengeras suara.
Hasilnya cukup memuaskan. Hanya dalam tempo kurang dari sejam, ratusan warga terkumpul dan beramai-ramai membubuhkan cap jempol darah ke atas permukaan kain putih menyerupai spanduk yang dipasang di dinding halaman depan rumah warga tadi.
Pesertanya pun juga beragam. Berdasarkan pantauan di lapangan, seluruh warga Lingkungan III Pacitan maupun sekitarnya (kecuali anak-anak) tampak antusias mengikuti aksi tersebut. Mereka datang dan langsung mendaftar kepada panitia.
Prosesi pembubuhan cap jempol darah kemudian dilanjutkan dengan membuat luka kecil pada ujung ibu jari peserta aksi menggunakan kayu berduri yang disediakan panitia.
Setelah mengeluarkan setetes darah segar di ujung jari, peserta kemudian dipersilahkan untuk menempelkan ibu jari berdarah tadi ke atas permukaan kain putih yang telah di pajang di dinding halaman depan rumah warga tadi.
“Rencananya aksi penggalangan ini akan terus kami lakukan sampai Lebaran. Setelah itu kami akan pertimbangkan untuk melakukan opsi gerakan lanjutan jika tuntutan kami tetap tidak dipenuhi,” tandas Slamet Ibing (42), pemilik rumah yang juga menjadi pembubuh cap jempol darah pertama dalam aksi tersebut.
Sumber : surya.co.id
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Posting Komentar