Seputar Tulungagung™  ~   Berita Tulungagung Hari Ini 

Nelayan Tapal Kuda Curi Ikan-Ikan di Tulungagung

Senin, 24 Januari 2011 | 16.41.00 | 0 komentar

Gelombang besar dan angin kencang membuat sebagian besar nelayan pantai selatan Kabupaten Tulungagung menggantungkan hidup dari rumpon (rumah ikan). Namun, sebagian besar ikan yang berkumpul di rumpon telah dicuri para nelayan dari luar daerah.

Tidak sedikit nelayan dari Kabupaten Probolinggo, Situbondo, atau daerah tapal kuda menyusuri pantai Tulungagung hanya untuk berburu ikan dalam rumpon. Akibatnya, rumpon tidak pernah menghasilkan ikan secara maksimal.

"Pada musim seperti ini tentu sangat merugikan nelayan kita," ujar Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Tulungagung Hendrik Setiyawan Minggu (23/1/2011).

Untuk membantu kehidupan nelayan, DKP membangun rumpon di perairan pantai Sine, Desa Kalibatur, Kecamatan Kalidawir. Sedikitnya ada sebanyak delapan rumpon yang sudah terbangun di radius 40-60 mil dari garis pantai dengan kedalaman sekitar 1.000 meter.

Sementara ini, pemasangan (rumpon) memang masih dilakukan di pantai Sine. Hal itu mengingat Sine memiliki hasil ikan paling besar dibanding pantai Popoh, Sidem dan lainya. "Para nelayanya juga lebih bersemangat," terang Hendrik.

Setiap rumpon yang terdiri dari bangunan beton dengan ukuran luas tertentu, pemerintah mengalokasikan anggaran sekitar Rp 50 juta. Dari setiap rumpon, nelayan bisa menangkap ikan sebanyak 3-5 ton. "Diharapkan ini menjadi semacam lumbung bagi nelayan pada saat musim paceklik tiba," jelas Hendrik.

Namun, lokasi yang jauh, ditambah alam yang tidak bersahabat, membuat nelayan tidak ada yang sukarela melakukan pengamanan rumpon.

Ditambahkan Sunaryo sekretaris DKP, situasi lengang tak terjaga tersebut seringkali dimanfaatkan oleh nelayan dari daerah lain untuk melakukan pencurian ikan rumpon. Sebab, berburu ikan di rumpon lebih mudah daripada di laut lepas.

"Ini yang membuat rumpon tidak bisa lagi diharapkan hasilnya, "terangnya.

Selain penjagaan, dalam permasalahan ini, diakui Sunaryo, cukup sulit untuk menemukan solusi yang tepat. Yang bisa dilakukan DKP adalah mengoptimalkan cara-cara lain agar nelayan bisa tetap menangkap ikan. Misalnya, dengan memberi bantuan berupa lampu bawah air yang berfungsi untuk memburu ikan pada saat bulan gelap.

"Karakter ikan adalah memburu cahaya. Itu bisa digunakan nelayan untuk tetap bisa menangkap ikan meski sedang tidak ada bulan," ujarnya.

Rata-rata hasil tangkapan ikan nelayan Tulungagung dalam setiap tahunnya mencapai 7.000 ton. Jumlah ini tentunya akan lebih besar jika tidak ada nelayan dari luar daerah melakukan pencurian ikan. Menurut Sunaryo selain lampu, pada tahun 2011 ini DKP rencananya memberikan bantuan dua unit kapal penangkap ikan dengan harga Rp 2 miliar per unitnya. (Ugo)(Solichan Arif/Koran SI/lsi)

Sumber: okezone.com

Posting Komentar