Trenggalek - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) memastikan aktivitas gempa sporadis akibat pergeseran blok batuan dalam tanah yang melanda sejumlah wilayah di Kabupaten Trenggalek dan Ponorogo, Jatim, mulai menurun.
"Sementara ini kami tidak menemukan adanya aktivitas gempa ataupun dentuman sama sekali," kata Kabid Gempa dan Bencana Geologi PVMBG, Gede Swastika, saat presentasi hasil penelitian di Pendopo Kabupaten Trenggalek, Sabtu.
Namun, hasil analisis yang dipresentasikan itu masih bersifat sementara dan terus ditindaklanjuti.
Ahli geofisika asal Bali itu mengatakan analisis didasarkan pada hasil pendeteksian gempa menggunakan dua perangkat seismograf yang berlokasi di Desa Pringapus, Kecamatan Dongko dan Desa Timahan, Kecamatan Kampak yang telah mereka unduh.
Masih ada dua perangkat seismograf lagi yang belum dicabut, yakni di Desa Botoputih, Kecamatan Bendungan dan Desa Dukuh, Kecamatan Watulimo.
"Sore ini dua perangkat seismograf tersebut diambil dan akan kami `download` hasilnya. Namun, jika mengacu hasil sementara dari dua alat yang telah diambil sebelumnya, bisa dipastikan aktivitas gempa tektonik di Trenggalek sudah menurun," tandasnya.
Ia kemudian menjelaskan panjang lebar mengenai fenomena dentuman disertai getaran seismik yang selama ini sering didengar dan dirasakan sebagian warga di kawasan pesisir Trenggalek maupun daerah lainnya seperti di Ponorogo, Madiun, Nganjuk, serta Tulungagung.
Hasil penelitian secara visual yang kemudian dikorelasikan dengan data topografi tanah atau batuan di sekitar lereng Gunung Wilis, terutama di Pacitan, Ponorogo, Trenggalek, Madiun, Kediri, dan Tulungagung, menyebutkan gempa terjadi karena ada pergerakan blok-blok batuan di dalam tanah yang menyebabkan benturan-benturan.
Energi yang dilepas akibat benturan antarblok batuan dalam skala besar itulah yang kemudian menyebabkan munculnya suara dentuman bergemuruh disertai getaran tanah dengan intensitas kecil antara 1-3 skala Richter.
Gede Swastika menegaskan fenomena gempa yang dirasakan masyarakat Trenggalek, Ponorogo, maupun sejumlah daerah lain di sekitar lereng Gunung Wilis bukanlah aktivitas vulkanik, tetapi murni gerakan tektonik yang terjadi akibat pergerakan antarblok batuan.
"Pergerakan blok batuan atau blok tanah di lapisan bumi terluar ini bisa terjadi karena curah hujan tinggi ataupun karena memang ada gaya tektonik antarblok batuan yang disebut sesar atau patahan" tambah salah satu ahli Geologi PVMBG yang ikut dalam tim penelitian di Trenggalek, Heri Purnomo.
Namun, aktivitas itu diprediksi tidak akan menimbulkan bencana besar karena pergerakan blok batuan atau blok tanah hanya bersifat melokal.
"Aktivitas tektonik seperti ini biasanya akan berhenti jika sudah mencapai titik keseimbangan baru," tandasnya.(*)
Sumber: (ANTARA News)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Posting Komentar