Seputar Tulungagung™  ~   Berita Tulungagung Hari Ini 

Dentuman Misterius di 5 Kabupaten | Gubernur Minta Warga Pasang Kentongan

Minggu, 27 Februari 2011 | 02.21.00 | 0 komentar

SURABAYA - Gubernur Jawa Timur Soekarwo meminta masyarakat mengaktifkan kembali sistem keamanan lingkungan (siskamling) dengan memasang kentongan di setiap rumah. Ini sebagai antisipasi dini bila munculnya fenomena dentuman dan suara gemuruh di beberapa lokasi seperti Trenggalek, Tulungagung, dan Ponorogo hingga patahan Grindulu, Pacitan, yang membuat warga waswas membawa dampak lebih serius.

“Masyarakat sebaiknya jangan terlalu panik, tapi tetap waspada. Alat early warning system (sistem peringatan dini) seperti kentongan yang mudah dijangkau masyarakat harus disiapkan. Jangan hanya mengandalkan alat elektronik, kalau mati kan harus ada yang manual,” kata Soekarwo kepada wartawan, Jumat (25/2).

Seperti diketahui, sejak beberapa hari terakhir dentuman misterius muncul di beberapa daerah. Misalnya, di Kecamatan Munjungan, Kampak, Watulimo dan Dongko (wilayah Trenggalek). Atau Kecamatan Ngebel, Pulung, Pudak, dan Sooko (Ponorogo), serta Tulungagung dan Nganjuk.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jatim mencatat sedikitnya 5 daerah merasakan fenomena itu. Berdasar laporan tim Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencara Geologi (PVMBG), fenomena itu juga terasa hingga Malang. Munculnya suara gemuruh dari dasar bumi ini membuat warga resah, apalagi PVMBG memprediksi meluasnya aktivitas sporadis ini bisa memicu gempa besar.

Soekarwo mengatakan, pemerintah belum memutuskan apakah akan menetapkan Trenggalek-Ponorogo daerah rawan bencana atau tidak. Keputusan mengenai itu masih menunggu second opinion dari para ahli yang akan dimintai pendapatnya. “Saya sudah minta ITS, ESDM dan BMKG juga meneliti,” imbuhnya.

Pendapat alternatif, menurut pria yang akrab disapa Pakde Karwo ini, untuk meyakinkan masyarakat supaya tak terlalu overprotection. “Jangan overprotection dan juga jangan dibesar-besarkan, takutnya melebihi kenyataan yang ada,” ujarnya.

Soekarwo juga telah melayangkan surat ke seluruh bupati/wali kota untuk mengaktifkan BPBD. “Bagi yang belum punya kantor segera membentuk, yang belum punya perda harus segera menyusun,” ujarnya.

Meski meminta tak overprotection, Gubernur tampaknya sedikit khawatir fenomena ini akan menghambat realisasi proyek pembangkit listrik energi panas bumi (geotermal) dan proyek Jalan Lintas Selatan (JLS) yang dibangun hingga Pacitan.

Maklum, dentuman misterius itu tak jauh dari Telaga Ngebel, Ponorogo, yang sedang ditawarkan Pemprov kepada investor untuk proyek geotermal. Demikian pula yang terjadi di Watulimo, Trenggalek, yang berada di sekitar lokasi proyek JLS di ruas Pacitan-Trenggalek. “Kami belum bisa memutuskan apakah proyek itu dilanjutkan atau tidak, karena masih menunggu hasil pengkajian lebih lanjut,” kata Soekarwo.

Sebelumnya, PVMBG telah melakukan pengkajian dengan memasang alat seismograf di Desa Dukuh, Kecamatan Watulimo, Trenggalek, terkait kemungkinan dentuman itu berpengaruh pada sesar Grindulu, Pacitan. Sesar Grindulu merupakan salah satu dari tiga patahan terbesar di Jawa.

Sementara itu, ribuan warga lereng Gunung Wilis yang ada di empat kecamatan di Kabupaten Madiun, yakni Dolopo, Dagangan, Kare, Gemarang- semakin resah dengan gejala alam itu. Seperti diungkapkan Taminem (45), warga Desa Ngranget, Kecamatan Dagangan, dia dan keluarganya mendengar suara gemuruh disertai getaran setiap malam hingga dini hari.

Hal sama diungkapkan, warga lainnya. Fenomena itu sudah menjadi bahan pembicaraan warga. Namun belum ada tindakan dari pemkab setempat untuk mengurangi kekhawatiran warga. Sejumlah warga bahkan ketakutan jika suara dan getaran itu adalah tanda-tanda awal bakal meletusnya Gunung Wilis. “Tiap malam kami ketakutan, apalagi selain Gunung Wilis anak gunungnya kan melingkari warga Kabupaten Madiun di bagian atas sini,” tegas Waginem, warga lainnya.

Kabid Gempa Bumi dan Gerakan Tanah PVMBG Bandung, Gede Suantika mengatakan, suara gemuruh dan dentuman itu merupakan dinamika geologi, yakni gerakan massa tanah atau blok batuan. Gejala ini biasanya tidak menimbulkan bencana dan akan berhenti dengan sendirinya, begitu keseimbangan baru tercapai.
Sumber: surya

Posting Komentar