SURABAYA – Hingga Juni 2011 kerusakan sawah akibat serangan wereng coklat mencapai 8.900 hektar. Pada 2010, hama tersebut merusak sekitar 21.600 ha lahan dari luas tanam 2,06 juta hektar. Kerusakan tanam itu juga termasuk tanaman puso seluas 1.605 ha luas tanam. Diprediksi pada masa panen bulan Mei hingga Agustus 2011, hasil panen akan turun sebesar 40 persen dari target 3.810.657 ton.
“Kita akan terus pantau dan kawal hingga panen, karena dalam kondisi memasuki kemarau seperti ini akan memicu wereng batang cokelat meledak populasinya,” kata Hadi Prasetyo, Asisten II Bidang Ekonomi Pemprov Jatim, Kamis, (30/6).
Daerah di Jatim yang menjadi wilayah endemis serangan wereng adalah Nganjuk, Tulungagung, Trenggalek, Gresik, Bojonegoro, Lamongan, Madiun, Jember, dan Banyuwangi. Di Jatim, luas tanam petani setempat mencapai 450 ribu hektar untuk padi, jagung 530 hektar, kedelai 135 hektar.
Hadi mengatakan untuk mengantisipasi ledakan populasi wereng batang coklat, Jatim menerjunkan 700 orang pengamat OPT. Nantinya, pengamat OPT akan melakukan pengamatan bersama Dinas Pertanian Kabupaten/Kota, penyuluh, serta mantra tani. Ketika ditemui gejala serangan hama wereng, maka pemerintah bersama masyarakat melakukan gerakan pengendalian.
Ia melanjutkan, saat ini para petani telah melakukan pergiliran tanaman dari padi ke jagung atau kedelai. Hal itu, kata dia, merupakan salah satu cara untuk memotong siklus hidup hama. Sehingga ketika memasuki sub round III pada bulan September hingga Desember yang masa panennya pada Januari 2012 tanaman akan lebih aman dari serangan hama wereng.
Dengan langkah itu, lanjut Hadi, diharapkan Jatim dapat memproduksi padi hingga 11,77 juta ton GKG (Gabah Kering Giling) pada 2011. Jika kerusakan akibat hama wereng bisa diminimalisir dan cuaca mendukung, target tersebut diharapkan naik menjadi 12,050 ton GKG.
“Target 2012 yang ditugaskan Jakarta 13,5 juta ton GKG yang kami tawar sesuai potensi Jatim menjadi 12,537 juta ton GKG. Jika OPT tahun ini bisa diantisipasi, kita yakin bisa mendekati target,” katanya.
Sementara itu, Gubernur Jatim Sokearwo secara optimis menyatakan serangan wereng tidak akan terlalu menganggu target produksi beras di Jatim. Saat ini masih tersedia stok beras yang sangat memadai terutama menjelang bulan Ramadhan dan Lebaran. Meskipun ketersediaan beras di gudang Bulog serapannya dari petani pada subround I 2011 minim.
“Hasil panen Subround I sudah berada di tangan pedagang dan pengusaha. Stok Bulog kekurangan luar biasa. Sekarang sudah panen raya dan Bulog tidak mungkin membeli beras petani,” kata Soekarwo.
Pakde Karwo, sapaan akrabnya menjelakan Bulog tidak mau membeli petani karena harga beras petani yang ditetapkan Rp 2.640. Padahal, kata dia, saat ini sudah ada SK dari Presiden yang menetapkan harga beli gabah kering mencapai Rp 2.640 hingga Rp 2.950.
“Bulan ini tidak ada panen, tinggal musim kering satu dan dua. Bulog jelas tidak bisa memenuhi,” katanya.
Ia justru khawatir akibat kekurangan stok, Bulog akan membuka keran impor. Ia juga akan menolak keras impor beras karena stok beras di Jatim masih melimpah. Sementara itu, menipisnya stok beras ini mengakibatkan harga beras di pasaran beranjak naik antara Rp500-Rp1.000/ kg. yop
Endemis Serangan Wereng :
- Nganjuk
- Tulungagung
- Trenggalek
- Gresik
- Bojonegoro
- Lamongan
- Madiun
- Jember
- Banyuwangi.
Sumber: surabayapost.co.id
Posting Komentar