Tulungagung - Pengiriman uang (remitansi) TKI ke Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, tahun 2011, diprediksi mencapai Rp900 miliar lebih.
"Angka ini kami estimasi berdasar nilai remitansi TKI di setiap desa yang rata-rata bisa mencapai Rp3 miliar sampai Rp4 miliar per tahun. Itu baru remitansi di satu desa, kalau satu kabupaten kisarannya bisa mencapai Rp600 miliar hingga Rp900 miliar," ujar Koordinator Wilayah Migrant Centre Tulungagung, Widi Harianto, Kamis.
Estimasi tersebut, lanjut Widi, juga mengacu pada data aliran transaksi keuangan dari TKI ke Kabupaten Tulungagung yang terekam/tercatat di Bank Indonesia cabang Kediri, tahun 2010.
Menurut keterangan Widi, pada kurun tahun tersebut BI mencatat bahwa nilai kiriman uang TKI ke Kota Marmer tembus hingga angka Rp600 miliar lebih.
Nilai itu sangat fantastis dan hampir setara dengan besaran dana alokasi umum (DAU) Kabupaten Tulungagung yang tahun ini (2011) mencapai Rp628 miliar.
"Sayangnya, tingginya angka remitansi ini tidak diimbangi dengan penyediaan anggaran program pemberdayaan bagi TKI yang memadai. Dalam beberapa kasus, dinsosnakertran (dinas sosial tenaga kerja dan transmigrasi) malah tidak punya program pembinaan secara khusus untuk para pahlawan devisa itu maupun keluarga mereka," sindir Widi.
Sinyalemen peningkatan jumlah remitansi dari para TKI asal Tulungagung yang bekerja di luar negeri tersebut secara eksplisit juga dibenarkan oleh Kabid Kepegawaian dan Hubungan Industrial Dinsosnakertran Tulungagung, Samrotul Fuad.
Namun, ia tak serta-merta membenarkan besaran devisa atau uang kiriman TKI yang disebut-sebut melebihi nilai DAU Kabupaten Tulungagung, yakni mencapai kisaran Rp900 miliar.
"Soal itu kami tidak (bisa) memastikan, namun indikasinya memang ada kecenderungan peningkatan jumlah TKI dari Kabupaten Tulungagung, tahun (2011) ini," jawabnya saat dikonfirmasi melalui telepon seluler.
Fuad menambahkan, saat ini pihaknya tengah berupaya melakukan pendataan jumlah TKI dari Kabupaten Tulungagung. Ia mengakui pendataan jumlah pahlawan devisa tersebut selama ini cukup sulit lantaran banyaknya TKI yang berangkat dari luar daerah sehingga tidak tercatat di dinsosnakertran, atau bahkan berangkat ke luar negeri dengan cara ilegal.
"Kalau yang tercatat di kami (dinsosnakertran) saat ini hanya sekitar 6.026 TKI, tapi jumlah sebenarnya bisa jadi jauh lebih besar lagi," ungkapnya.
Terlepas dari kendala dan proses pendataan yang tengah dilakukan pihak dinsosnakertran saat ini, LSM Migrant Centre Tulungagung sejak awal telah mengisyaratkan adanya tren peningkatan jumlah TKI ke luar negeri.
Sinyalemen itu temukan setelah melakukan serangkaian evaluasi terhadap hasil penelitian dengan menggunakan sampel 10 desa yang diambil secara acak di empat kecamatan Kabupaten Tulungagung, yakni Kecamatan Pucanglaban, Kalidawir, Sendang, serta Pagerwojo.
Dari penelitian itu, menurut keterangan Widi Harianto, tren peningkatannya mencapai kisaran 25 persen dari total TKI asal daerah tersebut yang pergi ke luar negeri, tahun 2010.
"Besarnya angka pengangguran, penyempitan lahan, serta kebijakan impor sapi yang berpengaruh langsung terhadap sektor riil peternakan dan pertanian telah menyebabkan orientasi warga untuk pergi ke luar negeri ikut meningkat," terangnya.(Destyan)
Sumber: Antara | Kamis, 29 Sept 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Posting Komentar