Seputar Tulungagung™  ~   Berita Tulungagung Hari Ini 

Dijagal Saat Mati Misterius, Bangkai Dijual | Awas Daging Kerbau

Minggu, 20 Februari 2011 | 23.11.00 | 0 komentar

TULUNGAGUNG - Belasan kerbau di Dusun Sanan, Desa Pucangan, Kec Kauman, Tulungagung, mati mendadak secara misterius. Sayangnya, bangkai hewan itu dijagal dan dijual bebas di pasar. Padahal, ada kemungkinan kerbau-kerbau itu mati karena penyakit berbahaya.

Kawasan persawahan Pucangan selama ini menjadi area penggembalaan bagi para peternak kerbau. Ada puluhan hingga ratusan ekor kerbau digembalakan di lahan terbuka, tanpa dikandangkan.

Saat malam tiba, kerbau-kerbau ini tidur di dekat perumahan penduduk yang berpohon rindang. Ada kalanya, jika musim mengolah sawah seperti saat ini, kerbau ini difungsikan untuk membajak sawah.

Hewan pedaging ini sebenarnya milik peternak dari luar desa, yang dititipkan kepada warga setempat dengan sistem bagi hasil. Namun sejak sebulan terakhir, warga mulai resah, sebab belasan kerbau tiba-tiba mati tanpa diketahui sebabnya.

Makruf (47), warga Dusun Sanan, mengatakan, sebelum mati, kebanyakan kerbau-kerbau itu tidak menunjukkan tanda-tanda khusus. Pagi hari dipakai membajak, sore hari tiba-tiba kerbau ambruk lalu mati. Namun beberapa di antaranya sempat bertingkah seperti kerbau gila, berputar-putar tidak karuan lalu ambruk karena lemas dan mati. Sempat muncul dugaan mereka terkena pestisida.

Menurut Makruf, di Dusun Sanan ada 9 kerbau yang mati misterius. Sedangkan di persawahan desa tetangga, kondisi serupa juga kerap terjadi. Kematian terakhir terjadi, Jumat (18/2) sore.

Sayangnya, meski sudah berulang kali kejadian kerbau mati, namun si pemiliknya tak mau rugi. Bangkai kerbau dijual kepada jagal. Tukang jagal langsung memotong-motong bangkai di tengah sawah, lalu diusung ke mobil yang sudah menunggu di tepi jalan.

Biasanya, penjagal menyewa beberapa warga dengan bayaran Rp 30.000 untuk mengusung daging dari tengah sawah. Daging itu lalu dijual secara bebas ke pasaran. “Seharusnya bangkai kerbau itu diteliti di laboratorium, agar tahu apa penyebab kematiannya. Bukannya malah dipotong-potong dan dijual bebas ke masyarakat,” ujarnya.

Jika ada 10 kerbau yang mati dalam 1 bulan terakhir, dan berat per ekor rata-rata 500 kilogram, maka sudah ada 5.000 kilogram daging haram ini tersebar di tengah masyarakat. “Kami melihat sendiri, motongnya tidak di leher layaknya menyembelih hewan. Tapi langsung dipotong-potong dari kaki,” tegas Makruf.

Sekretaris Dinas Peternakan Tulungagung, Tatik Andayani menjelaskan, timnya sudah diturunkan ke lapangan untuk mengecek kerbau-kerbau mati itu. Namun hingga kini belum ada indikasi penyakit penyebab kematian.

Yang terjadi kebanyakan kerbau itu kelelahan dan kurang makan, lalu ambruk dan sekarat. Pemilik kerbau rata-rata mengatakan, hewan dipotong sebelum mati. Meskin demikian, tim Disnak akan meminta keterangan warga. Jika benar kerbau-kerbau itu disembelih dalam keadaan mati, maka baik si penjual maupun jagal yang mengedarkan daging bisa dikenai sanksi. st37

Sumber: surya.co.id

Posting Komentar