Sejak bulan Juni 2010, bukit di Desa Joho, Kecamatan Kalidawir longsor dan menutupi jalan desa. Hingga kini belum ada solusi permanen yang bisa membebaskan warga setempat dari ancaman bahaya longsor. Padahal, kondisi tanah masih sangat labil, ditambah munculnya rekahan baru yang bisa memicu longsor sewaktu-waktu.
Longsor di Desa Joho dipicu amblesnya tanah di puncak bukit yang berada di jalan desa. Material tanah lalu terdorong ke arah jalan utama, dan membuat desa sempat terisolasi antara sebelah timur dan barat longsoran. Namun, delapan bulan berlalu, kondisi tersebut belum banyak berubah.
Menurut salah satu warga yang rumahnya di sisi jalan desa, Kuseri Widodo (53), hingga kini dirinya masih khawatir sewaktu-waktu terjadi longsor. Sebab, tanah di atas bukit nampak masih sangat labil dan selalu bergerak ke arah jalan. “Hampir setiap malam saya selalu tidur di emperan rumah. Jaga-jaga kalau terjadi longsoran lagi,” ujarnya.
Sedangkan sejak peristiwa ini terjadi, sudah empat rumah penduduk menjadi korban. Mereka terpaksa pindah, atau sekadar mengungsi ke rumah saudaranya. Jalan desa yang menjadi salah satu akses antardesa juga masih belum bisa dilalui dengan lancar.
Kabag Humas Pemkab Tulungagung, Maryani mengakui belum adanya solusi permanen mengatasi longsor di Joho. Pemkab telah menggandeng Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Jatim. Pihaknya masih menunggu rekomendasi dari BMKG, untuk solusi terbaik bagi Desa Joho.
Yang bisa dilakukan pemkab saat ini hanya mengeruk setiap material yang menutup jalan, maupun tanah dan bebatuan yang potensi longsor. beberapa pihak swasta telah diizinkan melakukan pengerukan dan mengambil material secara gratis di lokasi.st37
Sumber: Surya
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Posting Komentar