Seputar Tulungagung™  ~   Berita Tulungagung Hari Ini 

Mengintip Upaya SMPN Tulungagung Pertahankan Prestasi Nasional

Minggu, 17 April 2011 | 20.23.00 | 0 komentar

Tulungagung- Setelah dua kali berturut-turut meraih predikat sekolah terbaik nasional berdasar nilai rata-rata ujian nasional (NUN) tahun 2009 dan 2010, SMPN 1 Tulungagung, Jawa Timur, sebenarnya tidak mau terlalu "terbebani" untuk meraih hasil capaian yang sama pada tahun ini.

Sinyalemen itu, meski tidak secara eksplisit, disampaikan Kepala SMPN 1 Tulungagung, Hariyanto Suminarso, dalam sebuah kesempatan bincang-bincang dengan ANTARA.

Ia tentu tak mengatakan sekolah yang dipimpinnya kehilangan motivasi untuk bersaing dengan sekolah-sekolah lain se-Indonesia untuk menjadi yang terbaik.

Hariyanto berdalih, fokus serta prioritas mereka dalam menghadapi ujian nasional (UN) tahun ini adalah mempertahankan nilai rata-rata NUN minimal 9,00, syukur-syukur jika bisa diatasnya atau bahkan lebih tinggi dibanding capaian tahun lalu.

"Secara kualitas, 'input' siswa (kelas IX) generasi sekarang berbeda dengan tahun lalu ataupun sebelumnya. Kami hanya ingin bersikap realistis, dan tidak ingin membebani siswa dengan capaian prestasi kolektif," ujarnya sedikit berargumentasi.

Menilik tutur bicaranya yang tidak mau muluk dalam mempertahankan prestasi nasional, sepertinya pernyataan mantan Kepala SMPN 3 Tulungagung ini lebih dimaksudkan untuk "merendah".

Kesan sangat wajar dan bisa dimaklumi. Sebab, Hariyanto belum lama menjabat sebagai Kepala SMPN 1 Tulungagung. Guru senior yang dikenal tegas dan memiliki disiplin tinggi ini baru sekitar tiga bulanan menjadi nahkoda lembaga pendidikan sekolah berstatus rintisan sekolah berstandar nasional (RSBI) tersebut.

Kontroversi yang mengiringi proses mutasi berbau politis waktu itu, tentu saja membuat Hariyanto bersikap ekstrahati-hati. Terlebih selama beberapa pekan terakhir beredar rumor yang menyebut bahwa dana "block grant" untuk program RSBI tahun 2011 senilai Rp1,3 miliar batal digelontorkan oleh Pemerintah Pusat.

Tetapi, kontroversi seputar pergeseran jabatan ini segera disanggah Hariyanto dengan bahasa yang halus. Ia berdalih, meningkatkan prestasi siswa secara keseluruhan jauh lebih penting daripada tujuan prestise menjadi nomor satu (1) di antara sekolah-sekolah lain di Jawa Timur maupun seluruh Indonesia.

"Kalau hasil ujian (UN) siswa bagus atau bahkan lebih bagus dibanding sebelumnya, tentu prestasi akan mengiringi," tuturnya, tetap tak mau mematok target terlalu muluk.

Dengan gaya bicaranya yang tenang namun pasti, Hariyanto mengaku tetap optimistis. Keyakinannya bahwa SMPN 1 Tulungagung akan mendapat hasil maksimal tidak lepas dari berbagai program kegiatan akademis "ekstra" yang mereka terapkan dalam rangka mengasah kemampuan siswa "menaklukkan" berbagai macam soal dalam proyeksi ujian nasional, 25-28 April nanti.

Salah satu program peningkatan kapasitas akademik siswa tersebut di antaranya adalah uji coba atau "try out" UN yang telah berlangsung sebanyak tujuh kali, sejak awal semester II atau sekitar November 2010 lalu.

Hasilnya cukup memuaskan. Meski grafik pada sejumlah mata pelajaran terlihat fluktuatif dari satu uji coba ke uji coba berikutnya, secara keseluruhan terus menunjukkan grafik peningkatan. Materi soal matematika dan IPA, misalnya, pada uji coba pertama yang dilakukan SMPN 1 Tulungagung bekerja sama dengan salah satu lembaga bimbingan belajar, masing-masing mendapat nilai rata-rata 73,9 dan 54,6.

Hasil uji coba selanjutnya, nilai rata-rata siswa terus membaik, kecuali pada kegiatan pengerjaan latihan soal kisi-kisi UN periode ke-4 dan 6 dimana hasil "try out" mata pelajaran matematika sedikit menurun.

"Pada 'try out' pertama hasilnya memang kurang bagus karena saat itu belum semua materi pelajaran dituntaskan melalui jam pelajaran normal. Maklum, saat itu baru awal semester genap (II)," kilah Humas SMPN 1 Tulungagung, Bambang Purwito, membela diri.

Selain itu, lanjut dia, materi soal yang diberikan saat uji coba latihan soal di sekolah biasanya memang dibuatkan lebih sulit dibanding materi UN sebenarnya. Standar soal yang diberikan saat uji coba latihan soal di internal sekolah dengan UN yang berskala umum jauh berbeda. Soal-soal UN diyakini lebih mudah karena parameternya adalah seluruh siswa di Indonesia, baik di kota, pelosok, maupun pedalaman.

"Kecenderungan grafik hasil 'try out' tahun lalu kurang lebih sama dengan tahun ini. Tapi buktinya, hasil UN kami ternyata meraih rata-rata terbaik nasional, semoga tahun ini juga (berprestasi)," cetus salah seorang guru mata pelajaran Bahasa Inggris, Leni Agustini.

Klinik
Upaya lain yang menandai betapa seriusnya SMPN 1 Tulungagung dalam membina para anak didiknya agar siap menghadapi UN adalah melalui klinik "upper-lowwer".

Klinik ini ditujukan untuk para siswa yang nilai akademisnya berada di urutan paling bawah di antara teman-teman sekelas ("lowwer") atau sebaliknya berada di urutan paling tinggi dibanding yang lain ("upper").

Untuk klinik yang disebut kedua (terakhir), pihak sekolah mengambil lima siswa peraih nilai tertinggi untuk setiap mata pelajaran yang di ujikan dalam UN.

Sedangkan klinik untuk kategori pertama ("lowwer"), pihak sekolah menentukan berdasar kebutuhan siswa. "Hanya siswa yang nilai akademisnya ("try out") masih kurang yang kami beri pelajaran ekstra di luar jam pelajaran reguler maupun tambahan (pendalaman)," terang Hariyanto.

Klinik khusus inilah yang selama ini mujarab dalam mendongkrak raihan nilai rata-rata UN pada tahun-tahun sebelumnya. Pada kelompok kelas klinik "lowwer", pihak sekolah berharap para siswa yang mendapat bimbingan khusus ini bisa menyelesaikan soal-soal rumit pada pelajaran tertentu yang mereka anggap sulit.

Sedangkan untuk program "upper", target yang ingin dicapai adalah memaksimalkan hasil NUN sehingga bisa meraih prestasi, baik secara individu di tingkat kabupaten, provinsi, maupun nasional.

"Kami menerapkan program 'upper-lowwer' ini setiap hari setelah jam pelajaran reguler maupun tambahan, yakni pada hari Senin hingga Jumat. Masing-masing kami kumpulkan dalam satu kelas untuk setiap mata pelajaran yang dibutuhkan," terangnya.

Usaha SMPN 1 Tulungagung untuk membantu prestasi akademik siswa tidak hanya berhenti di situ. Dalam beberapa kali kesempatan, baik secara formal maupun informal, pihak sekolah juga aktif berkoordinasi dengan orang tua atau wali murid.

Pendekatan secara personal ini terutama diberlakukan bagi siswa yang dinilai bermasalah dengan mata pelajaran tertentu sehingga ditemukan pola penanganan kasus secara komprehensif.

"Mustahil kami bisa membantu prestasi akademis siswa jika tidak mendapat dukungan dari pihak keluarga yang berada di luar sekolah," ujar Leni Agustini sembari memberi beberapa contoh kasus siswanya yang mendapat perhatian khusus.

Spiritualitas Siswa
Terlepas dari itu semua, ketatnya jadwal pendadaran pelajaran serta latihan soal ujian nasional selama hampir setahun penuh tak pelak membuat 394 siswa SMPN 1 Tulunggagung saat ini merasakan motivasi tinggi menghadapi UN, 25-28 April nanti.

Kesan tersebut sangat kuat terlihat setiap jam pelajaran efektif berlangsung, mulai pagi pukul 07.00 WIB hingga jam pelajaran reguler maupun tambahan rampung pukul 16.00 WIB.

Di dalam kelas, saat menunggu guru pelajaran datang, perbincangan para siswa lebih banyak didominasi masalah seputar UN yang jadwalnya kian dekat.

Sebagian juga aktif membuka-buka buku pelajaran dan mengerjakan soal-soal secara mandiri. Memang tidak semua bersikap serius. Sifat kekanak-kanakan mereka kerap muncul di setiap kesempatan waktu istirahat maupun saat menunggu sang guru datang.

"Kami hanya berusaha rileks tapi tetap fokus. Bagaimanapun, semua siswa di sini berdebar menghadapi ujian akhir nanti," ujar Septi, salah satu siswi kelas IX setempat.

Konsentrasi siswa menghadapi ujian akhir tidak hanya terlihat di dalam kelas saja. Di luar kelas, kebanyakan pelajar kelas IX ini ternyata lebih memilih menghabiskan waktu istirahat di mushola sekolah.

Intensitas spiritual itu konon meningkat seiring makin dekatnya jadwal UN. "Anak-anak yang beragama Islam biasanya memang memilih ke mushola dan menjalankan sholat dhuha bersama. Kebiasaan ini sudah berlangsung sejak lama dari generasi ke generasi," kata Leni Agustini.

Guru mata pelajaran Bahasa Inggris yang juga menjabat sebagai wakil kepala sekolah ini mengaku terkesan dengan upaya anak didiknya dalam membangun spiritualitas diri. Apalagi, selain kerap terlihat memadati mushola setiap jam istirahat maupun saat ibadah shalat wajib (dhuhur dan ashar), beberapa siswa mengaku saat ini lebih aktif menjalani ibadah sunah serta shalat malam (tahajud).

"Mereka terlihat bersemangat menghadapi ujian ini. Begitu bersemangatnya sampai-sampai mereka merasa harus membuat hitungan mundur untuk menandai banyaknya hari
menjelang UN dimulai pada 25 April nanti," kata Agustini bangga.

Kini, jadwal yang ditunggu kian dekat dan hanya menyisakan beberapa hari lagi. Meski beberapa latihan soal di dalam kelas masih dilakukan, secara keseluruhan pihak sekolah tidak lagi memforsir energi dan otak anak didiknya terlalu keras.

Sebaliknya, terapi psikologis lebih diintensifkan baik melalui serangkaian kegiatan istighatsah maupun konsultasi secara personal, baik oleh para siswa maupun guru setempat. Soal hasilnya bagaimana, tunggu saja hingga rangkaian UN selesai dan hasilnya diumumkan Mei mendatang.

Bagaimanapun, SMPN 1 Tulungagung masih layak difavoritkan sebagai kandidat peraih predikat sekolah berprestasi untuk kali ketiga secara nasional mengingat hasil "try out" mereka selalu di atas rata-rata 9,00.

Capaian hasil uji coba pada latihan soal UN yang kualitasnya lebih sulit dibandingkan UN sebenarnya ini memunculkan ekspektasi tinggi terhadap nilai rata-rata NUN yang lebih baik atau minimal sama dengan tahun 2010 lalu saat menjadi terbaik nasional, yakni 9,37.

Oleh: Destyan Su

Sumber: Antara Jatim

Posting Komentar