Surabaya, Seputar Tulungagung - Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur memproyeksi provinsi ini mengalami deflasi mulai Maret 2011. Kondisi yang akan menstabilkan atmosfer inflasi yang berlangsung mulai Januari. Kendati demikian, deflasi yang terjadi tidak akan mampu mengubah atmosfer perekonomian daerah. Ini karena masih tingginya sejumlah harga bahan kebutuhan pokok di wilayah ini.
“Sesuai tren Indeks Harga Konsumen (IHK) beberapa tahun terakhir, setiap Januari Jatim selalu mengalami inflasi,” kata Kepala BPS Jatim, Irlan Indrocahyo di Surabaya, Senin (31/1).
Prediksi terjadinya inflasi pada bulan pertama tahun ini, menurut dia, dipicu kenaikan harga cabai rawit di Jatim dan beras. Di sisi lain, permintaan pasar terhadap kedua komoditas tersebut tetap tinggi. Namun, pada bulan Februari ke depan ia yakin inflasi yang terjadi saat itu lebih rendah dibandingkan pencapaian inflasi Januari ini.
“Sementara itu, pada bulan Maret 2011 Jatim justru mengalami deflasi meningat pada periode tersebut memasuki masa panen raya. Selanjutnya mulai April hingga Oktober 2011 angka inflasi semakin meningkat dan mencapai puncaknya pada bulan Desember,” tambahnya.
Puncak inflasi, dikatakan, juga terjadi pada bulan Desember 2010. Saat itu, IHK Jatim berada di posisi 1,02 persen. Penyebab inflasi Desember 2010 dipengaruhi kenaikan indeks pada kelompok makanan sebesar 3,35 persen antara lain cabai rawit, beras, minyak goreng, emas perhiasan, telur ayam ras, jeruk, tarif kereta api, ikan tongkol, dan kentang.
“Jika kinerja secara nasional, penyumbang terbesar inflasi adalah cabai rawit, beras, dan emas perhiasan,” katanya.
Pada bulan Desember 2010, tambah dia, inflasi tertinggi terjadi di Jember 1,82 persen. Lalu, diikuti Banyuwangi 1,58 persen, Tulungagung 1,27 persen, dan Kediri 1,13 persen.”Di samping itu inflasi terendah terjadi di Probolinggo sebesar 0,46 persen,” katanya.
Mengenai kenaikan harga bahan kebutuhan pokok di Jatim, Kepala Perdagangan Dalam Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jatim, Arifin T. Hariadi, mengemukakan, harga beras jenis bengawan di Surabaya selama 2010 rata - rata mencapai Rp7.614,00 perkilogram. Padahal, ketika tahun 2009 harga komoditas serupa hanya Rp6.283,00 perkilogram.
“Namun, per awal Januari 2011 (1/1) harga beras bengawan meningkat menjadi Rp8.900,00 perkilogram. Peningkatan harga beras tersebut dikarenakan pengaruh anomali cuaca,” katanya.
Selain itu, ulas dia, rata - rata harga beras jenis IR 64 selama 2010 mencapai Rp6.247,00 perkilogram atau meningkat dibandingkan rata - rata harga beras sejenis tahun 2009 senilai Rp5.562,00 perkilogram. Bahkan, per awal Januari 2011 (1/1) rata - rata harganya sudah naik menjadi Rp7.800,00 perkilogram.
“Bahkan, pengaruh anomali cuaca ikut meningkatkan harga komoditas lain seperti cabai rawit,” katanya.
Akibatnya, lanjut dia, kenaikan harga cabai rawit bisa memicu inflasi tahun ini. Harga cabai rawit di Surabaya, per awal Januari 2011 (4/1) mengalami kenaikan menjadi Rp75.000,00 perkilogram. Selanjutnya, harga komoditas tersebut mencapai puncak pada pertengahan Januari ini di posisi Rp95.000,00 perkilogram.
Inflasi (Indeks Harga Konsumen/IHK) berpotensi membayangi kinerja pengusaha departemen store di Tanah Air pada tahun 2011. Ini karena kian tingginya harga sejumlah komoditas saat ini.
“Pada tahun ini, kenaikan inflasi dikhawatirkan menjadi kendala penjualan sektor ritel,” kata Kepala Regional Jawa Timur dan Kalimantan PT Matahari Department Sore, Tjipto Suparmin.
Menurut dia, semakin mahalnya harga barang pokok, terutama bahan baku makanan, menyebabkan konsumen menahan diri untuk melakukan transaksi produk fashion. “Untuk menyiasatinya, kami dan pelaku departemen store lain yang 90 persen item merupakan produk lokal siap menerapkan program ‘gimmick marketing’ seperti potongan harga,” ujarnya.
Dikatakan, upaya tersebut dilakukannya dengan dukungan ketersediaan beragam barang fashion yang “up to date” atau mengikuti perkembangan zaman.”Bahkan, kami menawarkan berbagai jenis produk fashion tersebut dengan harga kompetitif,” katanya. ins,ima
Sumber; surabayapost.co.id
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Posting Komentar