Seputar Tulungagung™  ~   Berita Tulungagung Hari Ini 

Lereng Wilis Retak 2 Km

Senin, 21 Februari 2011 | 17.58.00 | 0 komentar

Warga Resah, BMKG mensinyalir suara gemuruh akibat pergeseran lempeng tanah di perut bumi

NGANJUK, Seputar Tulungagung - Dua kecamatan di wilayah Kab. Nganjuk yang merupakan daerah lereng Gubung Wiklis terancam longsor, menyusul terjadinya keretakan tanah sepanjang 2 km. Retakan tanah itu terjadi wilayah Kecamatan Ngetos dan Sawahan, yang sebelumnya diawali suara gemuruh yang sempat meresahkan masyarakat setempat.

Sekadar diketahui, suara gemuruh dari perut bumi itu juga terjadi di sebagian wilayah Kec. Kare, Madiun, dan beberapa wilayah di Ponorogo. Bahkan fenomena alam itu sudah dilaporkan ke Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).

Memang, semula ada dugaan suara gemuruh dari perut bumi berasal dari Gunung Wilis. Apalagi wilayah Kec. Ngetos dan Sawahan Nganjuk sendiri merupakan daerah lereng gunung tersebut. Sehingga gemuruhnya suara bumi yang diikuti retakan tanah sepanjang 2 km itu sebagai indikasi akan meletusnya Gunung Wilis.

Asumsi itu rupanya dipatahkan pihak BMKG. Badan yang berkompeten meneliti fenomena alam itu justru mengatakan suara gemuruh itu bukan bersumber dari aktivitas gunung Wilis, tapi merupakan indikator adanya pergeseran lempeng tanah yang berada di dalam perut bumi. Juga dampak dari pergeseran lempeng itu tidak hanya dirasakan di wilayah Nganjuk, Ponorogo dan Madiun, juga bisa dirasakan sampai Kediri, Tulungagung.

Yang pasti, warga dua daeah itu pun mengaku resah. “Sebelum terjadi keretakan, sejak dua minggu ini terdengar suara gemuruh, bahkan beberapa kali terdengar ledakan yang bersumber dari Gunung Wilis,” ujar Suyaman, ,Senin (21/2) pagi tadi.

Warga Ngetos itu mengaku kawatir dengan fenomena alam ini. Warga lainya mengaku tidak bisa tidur karena ada suara gemuruh dan ledakan. “Sejak sepekan ini, banyak warna memilih untuk berjaga di balai dusun. Ya, berjaga-jaga jika terjadi bencana bisa segera menyelamatkan diri,” kata warga di sana. “Sebagian besar warga di sekitar lokasi tanah yang retak itu merasa ketakutan,” tambahnya.

Kabag Humas Nganjuk, Drs Djoko Wasisto mengatakan, memahami keresahan dan ketakutan masyarakat. “Ini memang kejadian alam yang tidak dapat diterka secara pasti penyebabnya. Juga dengan dampaknya mendatang. Namun melihat adanya retakan tanah, kami harap masyarakat yang tinggal di dua kecamatan itu harus ekstra hati-hati,” ujarnya .

Terhadap kejadian alam itu, pihaknya belum perlu mengambil langkah evakuasi terhadap warga yang tinggal di sekitar areal tanah yang terjadi keretakan.. “Kita harus melakukan kordinasi dulu dengan piha terkait,” katanya.

Ditambahkan, pemkab terus memantau perkembangan dua daerah tersebut. :Jika memang perlu langkah evakuasi akan segera dilakukan setelah melakukan kordinasi dengan terkait yang rencananya akan dilakukan siang nanti,” ujarnya.

Pantuan Surabaya Post di di Desa Kepel Kecamatan Ngetos, kedalaman lubang retakan mencapai dua hingga lima meter dengan lebar 5 hingga 10 meter. Retakan itu membelah tebing dan gundukan dataran tinggi yang ada di wilayah tersebut. Pohon pinus dan jati yang tumbuh di atas tanah yang retak pun banyak yang tumbang.

Selain di Desa Kepel Kecamatan Ngetos, juga ditemui 3 titik mengalami sama. Di antaranya di Dusun Sumber Tumpeng, Dusun Keduk dan Dusun Blokan,--ketiganya masuk wilayah Kecamatan Sawahan. Sehingga keretakan tanah itu membuat warga cemas, apalagi daerah itu selama ini dikenal rawan longsor.

Tampak di daerah itu, rumah dan bangunan di sekitar titik retak itu, juga mengalami keretakan dengan lebar sekitar 2-5 cm. md4

Sumber: surabayapost.co.id

Posting Komentar