Seputar Tulungagung™  ~   Berita Tulungagung Hari Ini 

Ulat Bulu Serang Jatim Hingga Agustus

Selasa, 12 April 2011 | 17.06.00 | 0 komentar

Surabaya - Daerah yang diserang ulat bulu di Jawa Timur telah meluas. Perkembangbiakan ulat tersebut diperkirakan akan berlangsung hingga empat bulan ke depan atau Agustus karena kondisi iklim yang mendukungnya.

"Kita terus melakukan penelitian dan penyemprotan desinfektan di wilayah Jatim," kata Kepala Dinas Pertanian Provinsi Jatim, Wibowo Eko Putro, Selasa (12/4).

Eko memperkirakan, serangan ulat bulu di sejumlah daerah itu akan terus berlangsung hingga 4 bulan ke depan atau hingga Agustus 2011. Menurutnya, perkiraan tersebut disebabkan masih tingginya kelembaban suhu akibat hujan yang masih terus berlangsung.

"Dari hasil penelitian sementara, faktor terjadinya serangan ulat bulu akibat tingginya kelembaban yang terjadi. Sehingga sangat mendukung perkembangan ulat untuk reproduksi di pohon buah terutama pohon mangga dan jambu," jelasnya. Dari data Dinas Pertanian Provinsi Jatim, sampai saat ini juga selain Probolinggi juga ada 4 daerah yang terserang wabah ulat bulu dengan jenis yang berbeda."Keempat kabupaten itu, Jombang, Mojokerto, Pasuruan, dan Banyuwangi. Untuk yang lainnya masih kita lakukan pendataan," imbuhnya.

Meski terus menyebar, kata Eko, pengendalian serangan ulat bulu di Kabupaten Probolinggo sudah menunjukkan hasil. Daun pohon mangga yang habis dimakan ulat, kini sudah bersemi."Kita harap dengan sisa musim hujan yang masih terjadi dapat membantu persemaian daun agar bisa berbungan dan berbuah lebih banyak," tandasnya. Eko juga berharap daerah yang belum diserang ulat bulu agar melakukan antisipasi dini.

Data yang dihimpun Surabaya Post selain Probolinggo, Jombang, Mojokerto, Pasuruan, dan Banyuwangi, hama ulat bulu juga diketahui terjadi Bojonegoro, Malang, Lumajang dan Tulungagung.

Hal tersebut dibenarkan Kepala Seksi Penghijauan Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Malang, Slamet Husnan. Di Kota Malang memang ditemukan ratusan ulat bulu berukuran kecil yang bertebaran di sudut-sudut alun-alun. “Karena itu kami mengantisipasi dengan melakukan penyemprotan insektisida. Kami juga berkoordinasi dengan Dinas Pertanian untuk melakukan penyemprotan ini,” katanya.

Warga Jalan Semeru, Klojen juga melaporkan adanya ulat bulu di wilayah mereka. Tiga pohon cemara berusia 4 tahun, dipenuhi ulat yang panjangnya mencapai 4 cm.

Kepala Laboratorium Hama Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Dr Ir Totok Himawan mengatakan, dampak erupsi Gunung Bromo diduga memiliki andil dalam meledaknya populasi ulat bulu di wilayah tersebut.“Abu letusan Bromo mengganggu parasit yang ada di telur ulat, sehingga jumlah telur yang menetas cukup banyak,” kata Totok.

Dia menambahkan, hal ini berbeda di wilayah Malang yang relatif tidak terdampak abu Bromo. Sehingga parasit yang ada di telur mampu mengontrol jumlah yang menetas meski saat ini menjelang musim kemarau, saat yang tepat bagi ulat untuk bertelur dan menetas.

Terkait jenis, ulat di Probolinggo jenisnya sangat berbeda dibanding dengan di Malang. Di probolinggo termasuk jenis Arctornis dan berada di pepohonan Mangga. Ulat bulu di Malang memang masih satu family, tapi jenisnya Orgia atau Lymantria.

Tak hanya di Jatim, ulat bulu setelah menyerang Bali kini juga ditemukan di Lombok.Di Lombok, sejak tiga hari lalu, ribuan ulat bulu menyerang pohon kedondong di lahan milik Ahmad Kosasih di Desa Apitaik, Kecamatan Pringgabaya, Lombok Timur.

Di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, ulat bulu menyerang bangunan sekolah. Salah satu gedung sekolah yang diserang ulat bulu adalah SD Negeri I Candiroto Brangsong, Kendal. Agar ulat bulu tidak masuk ke ruang kelas, pihak sekolah hanya menyapu halaman sekolah yang dipenuhi ulat berbulu, kemudian membakarnya meskipun beberapa saat kemudian, ulat bulu kembali menempel di tembok pagar sekolah.

Senjata Biologis?

Wabah ulat bulu yang meluas di kawasan timur Pulau Jawa dan kini sudah menyeberang ke Pulau Bali dan Lombok diduga sengaja disebar sebagai senjata biologis. Tanpa ada gejala alam sebelumnya, nyaris seluruh pelosok di puluhan kecamatan tertutup kawanan ulat bulu. Pohon-pohon mangga yang sudah siap panen pun habis digerogoti. Sebenarnya wabah yang merusak tanaman di Indonesia, bukan baru kali ini terjadi. Jose Rizal Jurnalis, Ketua Medical Emergency Rescue Committee (Mer-C), mengungkapkan bahwa pada zaman pemerintahan Presiden Soeharto, Indonesia juga pernah mengalami serangan biologis.

“Zaman Pak Harto, pernah ada padi antihama wereng, ternyata memang ada dan wereng itu bisa merusak padi,” ujarnya.“Kemudian saya pernah dengar juga di Kuba pernah ditangkap Pemerintah Kuba, sebuah pesawat asing yang mencoba menebarkan sesuatu,” kata dia.

Lalu siapakah pihak Asing yang sengaja menebar hama di beberapa negara itu?“Kalau saya feeling saya, itu memang disengaja, tapi saya kan bukan intelijen, jadi saya tidak tahu siapa yang melakukan,” imbuhnya.

Menurut Wikipedia, serangan organisme secara tak wajar memang masuk dalam salah stau jenis senjata biologi. Senjata ini menggunakan patogen (bakteri, virus, atau organisme penghasil penyakit lainnya) sebagai alat untuk membunuh, melukai, atau melumpuhkan musuh.

Sejarah penggunaan senjata biologi dimulai pada tahun 400 SM. Peristiwa penting dalam sejarah kuno penggunaan senjata biologi terjadi ketika bangsa Mongol mengusir bangsa Genoa dari kota Kaffa di Laut Mati dengan memanfaatkan mayat-mayat manusia yang terinfeksi wabah pes. Ketika bangsa Genoa menyingkir hingga ke Venice, mereka tetap diikuti oleh kutu dan tikus yang terinfeksi pes sehingga akhirnya menimbulkan "kematian hitam" (black death) di wilayah Eropa.

Pada Perang Dunia I, Jerman menggunakan dua bakteri patogen, yaitu Burkholderia mallei penyebab Glanders dan Bacillus anthracis penyebab Antrax untuk menginfeksi ternak dan kuda tentara Sekutu.

Sebelumnya, kekhawatiran Indonesia diserang senjata biologis juga diungkapkan manta Menteri Kesehatan SIti Fadilah. Fadilah berhasil menguak konspirasi AS dan badan kesehatan dunia itu dalam mengembangkan senjata biologi dari virus flu burung, Avian influenza (H5N1).

Setelah virus itu menyebar dan menghantui dunia, perusahaan-perusahaan dari negara maju memproduksi vaksin lalu dijual ke pasaran dengan harga mahal di negara berkembang, termasuk Indonesia . Konspirasi tersebut, kata Fadilah, dilakuakn negara adikuasa dengan cara mencari kesempatan dalam kesempitan pada penyebaran virus flu burung. “Saya mengira mereka mencari keuntungan dari penyebaran flu burung dengan menjual vaksin ke negara kita,” ujarnya.zar,dtc,ins

Sumber: surabayapost.co.id

Posting Komentar