Seputar Tulungagung™  ~   Berita Tulungagung Hari Ini 

SMPN Tulungagung "Isolasi" Siswa Telat Bayar Iuran

Selasa, 07 Juni 2011 | 22.01.00 | 0 komentar

Tulungagung - SMP Negeri 2 Kauman, Tulungagung mengeluarkan kebijakan unik dalam pelaksanaan ujian sekolah setempat, yakni "mengisolasi" 200 siswa yang kedapatan belum melunasi iuran sekolah di beberapa ruang terpisah.

"Ini hanya upaya sekolah untuk menertibkan para siswa yang kerap menghabiskan uang iuran untuk jajan atau bahkan hura-hura tidak perlu," kata Kepala SMPN 2 Kauman, Endrowati, Selasa.

Ia dengan tegas menolak dikatakan kebijakan unik tersebut sebagai tindakan diskriminasi. Alasannya, seluruh siswa masih diberi kesempatan mengikuti ujian sekolah.

Kalau pun kemudian ada sebagian siswa yang dikumpulkan di ruang terpisah, hal itu lebih dimaksudkan untuk memberi pembelajaran sekaligus efek jera karena menghabiskan jatah uang iuran dari orang tua untuk hal lain.

"Kami sudah melakukan beberapa kali penelusuran dan hasilnya diketahui bila sebagian siswa yang belum membayar iuran itu karena uang dari orang tua mereka gunakan untuk jajan ataupun hal lain," terangnya membela diri.

Pemisahan ruang ujian untuk siswa yang telah melunasi kewajiban pembayaran uang iuran sekolah dengan siswa yang masih nunggak mulai diberlakukan SMPN 2 Kauman, Sabtu (4/6).

Kebijakan itu awalnya tidak banyak mendapat resistensi, baik dari anak didik maupun walimurid.

Namun setelah berjalan hampir dua hari, kecaman mulai bermunculan dari para orang tua maupun kelompok organisasi kemasyarakatan.

Salah seorang orang tua siswa berinsial AM (43) mengatakan, memisahkan anak yang belum bayar iuran di ruang khusus dinilainya terlalu berlebihan.

Meski begitu, ia mengakui anaknya belum bayar iuran sekolah yang nilainya mencapai Rp100 ribu karena memang belum punya uang.

"Saya malu kalau harus mengatakannya. Tapi bagaimanapun 'menghukum' dengan cara memisah ruang ujian anak saya hanya karena belum membayar kewajiban iuran sekolah itu jelas tidak benar," kecamnya.

AM mengaku, karena kejadian tersebut anaknya sempat frustasi dan marah-marah kepadanya menuntut biaya atau iuran sekolah segera dibayarkan.

Ketua Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) cabang Tulungagung, Iwan Adi Kusuma mengecam cara yang diambil SMPN 2 Kauman.

Menurutnya, cara tersebut kurang manusiawi dan cenderung deskriminatif.

"Saya kira (mempermalukan siswa) itu bukan cara mendidik yang baik," kritik Iwan.

Sekolah yang mayoritas siswanya dari keluarga petani ini mempunyai sekitar 600 siswa didik.

Sebelum kebijakan "isolasi" ini diberlakukan pada hari Sabtu (4/6), pihak sekolah sempat mengumumkan adanya 200 siswa kelas VII dan VIII yang belum melunasi uang iuran.

Mereka kemudian mengancam para siswa tersebut akan mengikuti ujian di ruang terpisah dengan tidak memakai nomor urut.

Sumber: ANTARA

Posting Komentar