Seputar Tulungagung™  ~   Berita Tulungagung Hari Ini 

Antrean Mengular 2 Kilometer

Jumat, 19 April 2013 | 01.57.00 | 0 komentar

TULUNGAGUNG- Antrean ken­daraan untuk mendapatkan solar bersubsidi semakin parah. Antrean tidak hanya terlihat saat siang hari, Namun hingga tengah malam. Se­perti terlihat di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) Jepun Selasa malam (16/4) lalu. Antrean kendaraan mengular hingga sekitar dua kilometer. Yakni hingga depan Kafe Justomi.
Dari pantauan di lokasi, tidak hanya kendaraan besar seperti truk dan bus yang mengatre, kendaraan plat hitam juga ikut mengular. Tidak sedikit pemilik kendaraan keluar dari mobil untuk mengetahui banyaknya kendaraan yang mengantre. Dan ketika petugas SPBU mulai melayani pembelian solar, bunyi klakson terdengar dari beberapa kendaraan. Para pembeli ini tidak mau membeli solar dex atau pertamina dex. Alasannya, harganya lebih mahal yakni sekitar Rp 10 ribu per liter.
Hariadi Praswanto, 48, salah satu pembeli solar yang juga mengantre mengaku semua SPBU kehabisan solar bersubsidi. Untuk mendapatkannya harus antre berjam-jam bahkan hingga menginap di SPBU. “Saya sudah antre dari pukul 18.00. saat tiba di SPBU ternyata kendaraan sudah banyak yang mengantre,” ungkapnya.
Hal senada juga diungkapkan Ahmad Rofik, 50, sopir truk ekspedisi. Menurutnya, kelangkaan solar berdampak pada keterlambatan pengiriman barang. Sebab, tak sedikit truk yang menghabiskan waktunya untuk mengantre. Padahal, semestinya bisa digunakan untuk perjalanan. “Mestinya sudah berangkat mengantar barang, ini malah masih antre di SPBU,” katanya.
Saat ditanya terkait peralihan ke solar nonsubsidi, pria berkumis itu menjawab keberatan. Pasalnya, harga solar nonsubsidi jauh lebih mahal dari solar bersubsidi. Jika itu dilakukan, harga barang dipastikan mengalami kenaikan lantaran biaya trasportasi membengkak. “Harganya saja dua kali lipat dibanding solar bersubsidi. Ya jelas saja memperbesar biaya. Pemerintah harus bertindak, jangan malah menyengsarakan rakyat dengan mengurangi solar,” jelasnya.
Antrean kendaraan biasa terjadi beberapa jam sebelum truk tangki solar tiba di SPBU. Dan antrean baru usai setelah stok solar SPBU habis. Agar merata, tak jarang pihak SPBU memberlakukan pembatasan jumlah pembelian solar. Selain itu, ada prioritas kendaraan. Di antaranya kendaraan bermuatan sembako dan sayuran. Untuk pembelian mengunakan jeriken, tidak semua SPBU melayani. Sebab, lebih mendahulukan kendaraan yang lama mengantre. “Jeriken tetap dilayani asal ada surat keterangan dari kelurahan. Namun lantaran antrean kendaraan banyak, menjadi lebih diprioritaskan,” jelas Wulandari salah satu petugas SPBU.
Seperti diberitakan, pemerintah mengurangi jatah pengiriman solar bersubsidi per 1 April. Setiap SPBU hanya mendapat delapan kiloliter per hari. Padahal sebelumnya SPBU mendapat sekitar 32 kiloliter dan bisa meminta tambahan jika kekurangan. Tak pelak banyak SPBU kehabisan stok. (wen/and)
Sumber: radartulungagung.co.id |

Posting Komentar