Puluhan nelayan di Pantai Sine, Kecamatan Kalidawir, Kabupaten Tulungagung tak berani melaut. Mereka memilih menjadi pengumpul sampah menyusul tingginya gelombang laut memasuki musim kering ini.
Munib, 40, salah satu nelayan asal Desa Kalibatur, Kecamatan Kalidawir mengaku sudah tiga bulan menggantung sauh. Bukan karena hasil tangkapan yang mulai surut, Munib memilih berdiam di rumah karena tak mampu menghadapi gulungan ombak. “Perahu kami bisa pecah ditelan ombak,” kata Munib, Minggu (25/7).
Pergantian musim yang selalu terjadi pada pertengahan tahun ini, menurut Munib menjadi momok bagi para nelayan. Sebab, pada masa itu tidak ada satupun nelayan yang berani melaut untuk mencari ikan. Ketinggian ombak bahkan bisa mencapai empat meter dengan hembusan angin laut yang kencang.
Untuk menghidupi keluarga sambil menunggu ombak reda, Munib dan puluhan nelayan lain di Pantai Sine memilih mengumpulkan sampah. Bukan mengorek tempat sampah seperti pemulung lainnya, Munib hanya menyusuri bibir pantai untuk mengumpulkan benda-benda yang terlempar ombak. Diantaranya adalah bekas minuman air mineral dan kemasan makanan. “Ada pengepul yang siap menerima,” kata Munib.
Sampah-sampah tersebut dibuang para pengunjung pantai yang terbawa kembali oleh ombak. Biasanya wisatawan banyak berkunjung di pantai pada hari libur. Selain berasal dari Tulungagung, mereka juga datang dari luar kota seperti Kediri dan Blitar.
Berbeda dengan kegiatan menangkap ikan yang menghasilkan uang besar, hasil penjualan sampah plastik ini sangat kecil. Dalam tiga hari rata-rata para nelayan hanya mendapatkan uang Rp 30.000–Rp 50.000 dari pengepul.
Selain mengumpulkan sampah, tak sedikit nelayan yang menyewakan perahu kepada wisatawan. Namun mengingat tingginya ombak, perahu ini hanya berputar-putar tidak jauh dari bibir pantai. Sementara sisa waktu yang ada dipergunakan untuk memperbaiki jala dan mengecat perahu.
Menurut data Dinas Kelautan dan Perikanan setempat jumlah nelayan di Pantai Sine ini kurang lebih 160 orang. Sedangkan jumlah warga yang bermukim di kawasan pantai sekitar 500 kepala keluarga. Selain penduduk lokal, terdapat pula nelayan asal Pasuruan, Banyuwangi, dan Madura yang menetap di Pantai Sine.
Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Pemkab Tulungagung Maryani mengaku masih mencari solusi untuk para nelayan. Sebab situasi cuaca akhir-akhir ini sangat tidak bisa ditebak. “Kasihan mereka kalau nganggur terlalu lama,” kata Maryani. HARI TRI WASONO
Sumber : TEMPO Interaktif
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Posting Komentar