Seputar Tulungagung™  ~   Berita Tulungagung Hari Ini 

Adjie Telah Pergi

Kamis, 03 Maret 2011 | 01.37.00 | 0 komentar

Kini, tiada lagi perjamuan malam di meja kecil di salah satu pojok Gelanggang Remaja Bulungan, Jakarta Selatan, bersama Adjie, panggilan untuk sutradara teater dan sastrawan Ags Arya Dipayana yang tutup usia pada Selasa (2/3/2011) pukul 22.30 WIB karena serangan jantung saat mengikuti workshop wayang di Purwakarta.

Meja-meja kecil dengan bangku-bangku yang juga kecil adalah tempat yang dibuat Adjie untuk berkumpul dan juga menyambut teman-teman seniman, baik dari Jakarta maupun dari luar kota. Selain penganan kecil, teh poci adalah minuman yang selalu tersaji di meja kecil itu.

Di tempat yang diterangi lampu neon itu, sembari ngobrol, kerap juga Adjie yang selama ini dikenal sebagai pencipta lagu (salah satu yang terkenal lagu "Dengan Menyebut Nama Allah" yang dipopulerkan Novia Kolopaking), menyanyikan lagu-lagu milik Beatles, Koesplus, atau lagu-lagu ciptaan rekan-rekannya di Bulungan.

Pria kelahiran Tulungagung, Jawa Timur, 29 April 1961, itu adalah penggiat utama Gelanggang Remaja Bulungan. Adjie membentuk Teater Egg yang kemudian diubah menjadi Teater Tetas lebih dari tiga dekade lalu.

Di Teater Tetas, selain menulis naskah drama, Adjie juga menyutradarainya untuk berbagai pementasan di beberapa tempat.

Penggemar kopi hitam ini pernah mengenyam pendidikan di Fakultas Sastra Universitas Indonesia Jurusan Sastra Perancis. Sejak 1985 ia mulai aktif menulis naskah pertunjukan.

Naskah-naskah drama yang ditulisnya selalu berpijak pada spirit wayang. Beberapa nomor pertunjukan drma yang ditulisnya adalah "Raung Kuda Piatu", "Wisanggeni Berkelebat", "Seorang Anak Menangis", "Palaganada: Dari Negeri Cinta", "Jejak Surga", dan "Julung Sungsang".

Mulai berkesenian di bangku sekolah lanjutan dengan menulis cerita-cerita pendek, kemudian juga puisi. Sempat bekerja sebagai redaktur tamu di majalah Hai dan Zaman, kemudian sebagai copywriter di beberapa biro iklan sebelum akhirnya memilih menjadi “pengangguran”. Berkuliah di Fakultas Sastra Universitas Indonesia jurusan Sastra Prancis.

Karya-karyanya kemudian dipublikasikan di berbagai media, seperti majalah remaja Hai, harian Suara Pembaruan, majalah Zaman, majalah Matra, dan banyak lagi. Tahun 1976 mulai aktif di dunia teater, kemudian mendirikan Teater Egg (sekarang Teater Tetas) pada tahun 1978. Sejak 1985 mulai aktif menulis naskah drama untuk kepentingan pertunjukan. Kumpulan puisinya yang pernah terbit adalah sajak Pejalan Kaki, Tiga Cermin Kecil (Kumpulan Bertiga), Sehingga Kabut (Kumpulan Tunggal).

Selamat jalan, Djie. Meja kecil niscaya akan sepi tanpa dirimu. Tapi percayalah, semangatmu untuk kehidupan teater senantiasa akan menjadi pengingat betapa engkau pernah ada dan selalu akan ada pada riwayat perjalanan teater negeri ini. Kami mencatatnya.

Sumber: kompas.com

Posting Komentar