Seputar Tulungagung™  ~   Berita Tulungagung Hari Ini 

Kediri Gelar Pameran Foto Layar Tancap Merapi

Kamis, 17 Maret 2011 | 16.24.00 | 0 komentar

Kediri – Kreatifitas para fotografer di Kediri, Jawa Timur mulai menggeliat. Hasil karya mereka merekam berbagai peristiwa seputar meletusnya Gunung Merapi tak lagi hanya menghiasi halaman media massa dan jejaring sosial dunia mata semata, tapi akan hadir di hadapan masyarakat secara langsung. Detik-detik menjelang erupsi hingga kepanikan warga Yogyakarta dan sekitarnya terekam dalam pameran foto bencana yang diselenggarakan "Komunitas Ngopi-ngopi" (Kanopi) Kediri, Ahad (20/3) lusa.

Arief Priyono, penggagas Kanopi menjelaskan, kegiatan ini merupakan upaya menyalurkan kegelisahan para fotografer di Kediri. Mengambil tema "Insting Foto Jurnalis di Tengah Bencana", Kanopi akan memamerkan tangkapan kamera fotografer The Associated Press (AP) Trisnadi Marjan. "Foto-foto ini diambil ketika dia meliput letusan Merapi," kata Arief yang sehari-hari menjadi juru foto Lembaga Kantor Berita Antara, Kamis (17/3).

Kanopi Foto Forum itu akan digelar di Larizzo Cafe Jalan Airlangga, Kota Kediri Minggu (20/3) sejak pukul 19.00 WIB. Sebanyak 60 fotografer dan club fotografi di Kediri dan sekitarnya akan menghadiri pameran ini. Diantaranya Community Lens in Kediri (CLIK), komunitas foto Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Kediri (Foster), Fotografer Kediri Raya, serta Fotografi Tulungagung.

Berbeda dengan pameran foto pada umumnya yang dicetak dan ditempelkan di dinding, pameran ini akan menampilkan gambar lewat slide show. Menggunakan layar lebar yang disorot seperti film layar tancap, penggalan letusan Gunung Merapi ditampilkan dengan ukuran besar. Konsep ini diselaraskan dengan ruang pamer. Pameran juga dirancang sebagai media kritik buat para komunitas fotografi yang sering mengabaikan kualitas karya.

Pesatnya perkembangan teknologi fotografi mempengaruhi perilaku masyarakat menjadi suka memotret. Dengan kamera poket atau telepon seluler, siapa saja bisa mengabadikan peristiwa. "Itu adalah karya foto," kata Arif. "Dengan pemahaman teknik fotografi yang baik, tentu akan menghasilakn karya lebih baik."

Arief memaparkan kondisi terkini perkembangan fotografi di kotanya. Teknik yang seharusnya perlu ketekunan belajar diabaikan. Fotografer cenderung bangga dengan predikat fotografer. Hanya dengan berbekal kamera canggih dan mahal, mereka berani menamakan diri sebagai fotografer. "Padahal pemahaman dan kemampuan teknisnya jauh di bawah standar," kata Arie. Menurut dia, fotografer tak sekedar merekam peristiwa atau obyek yang menarik, tapi juga harus memahami teknik pencahayaan, komposisi, spektrum, sehingga pesan yang ingin disampaikan pada publik lebih akurat.

Para fotografer di Jakarta mengapresiasi positif pameran foto di Kediri. Menurut Redaktur Foto Majalah Tempo, Bismo Agung, banyak karya fotografer daerah menjadi foto monumental dan bersejarah. Lewat pameran yang digelar Kanopi Kediri, secara otomatis kesadaran belajar dan meningkatkan kemampuan teknik akan terbangun. "Foto-foto dari seluruh pelosok negeri ini telah tersebar dan berhasil menyandera mata dunia," kata Bismo.

Oscar Motuloh, kurator Galeri Foto Jurnalistik Antara mengatakan, pada abad visual seperti sekarang ini, konten memori otak kecil tiap insan harus terasah. Dengan begitu bisa bersaing dalam peradaban informasi. "JAngan takut belajar. Mainkan kameramu seperti engkau memetik hari-harimu," kata Oscar. HARI TRI WASONO, DUM (Sumber: TEMPO Interaktif)

Posting Komentar