Seputar Tulungagung™  ~   Berita Tulungagung Hari Ini 

Tekan Impor, Gandum Dikembangkan

Senin, 28 Maret 2011 | 19.20.00 | 0 komentar

SURABAYA – Dinas Pertanian (Distan) Provinsi Jawa Timur (Jatim) berencana mengembangkan komoditas gandum untuk mengurangi ketergantungan impor terhadap komoditas yang menjadi bahan baku tepung terigu ini.

Selama ini pengembangan gandum di Jatim sudah dilakukan oleh beberapa petani di wilayah Lamongan, Sampang, dan Sumenep, namun volumenya masih kecil yaitu sekitar 1.500 ton per tahun dengan luas lahan kurang lebih 500 hektar. Distan Jatim berencana mengembangkan budidaya komoditas tersebut di beberapa wilayah dataran tinggi sekitar Gunung Bromo dan Gunung Semeru, yakni Lumajang, Pasuruan, Malang dan Probolinggo. Total lahan yang disiapkan seluas 2.000 hektare.

Hal itu diungkapkan Kepala Bidang Produksi Tanaman Pangan Distan Jatim, Achmad Nurfalakhi, Minggu (27/3). "Indonesia sangat tergantung pada impor, bila dikaitkan dengan komoditas gandum. Impor gandum kita bisa mencapai ribuan ton per tahun," ujar Achmad.

Selama tahun 2010, lanjut Achmad, realisasi impor gandum Indonesia mencapai 5,85 juta ton atau setara dengan konsumsi terigu 4,3 juta ton. Diperkirakan Achmad, setiap tahun konsumsi gandum nasional naik 6%. Ia menambahkan, dataran tinggi dipilih karena sejatinya jenis tanaman ini bisa hidup dengan baik jika ditanam di dataran dengan ketinggian lebih dari 1.000 meter di atas permukaan laut (DPL).

Distan menargetkan, lahan yang dikembangkan bisa berproduksi sekitar 2,5 ton per hektare. Dengan perkiraan itu, produksi akan mencapai 5.000 ton per tahun. “Angka ini masih sangat kecil dibandingkan kebutuhan gandum Jatim secara keseluruhan. Meski demikian, langkah ini minimal bisa sedikit mengurangi ketergantungan Jatim terhadap impor komoditas pertanian," ujarnya.

Meski potensial, Achmad mengatakan realisasi pengembangannya baru bisa dilakukan sampai Gunung Bromo dan Gunung Semeru berhenti bergolak. "Dulu kami berencana mulai awal tahun ini. Karena kondisi Gunung Bromo sedang bergolak, kami harus tunda sampai kondisi normal. Tapi, secara konsep kami sudah siap untuk melaksanakannya karena semua sudah dipersiapkan, lokasi lahan juga sudah ditentukan," tandasnya.

Selain gandum, Distan Jatim juga mengembangkan produksi mocaf (modified cassava flour) di beberapa sentra tanaman ubi kayu atau singkong seperti Pacitan, Trenggalek dan Malang. Tepung mocaf adalah tepung dari singkong yang bisa digunakan sebagai pengganti tepung gandum untuk bahan baku pembuatan roti, mi, bubur instan atau jenis makanan lainnya. Pengembangan ini menurut Achmad juga untuk menekan tingkat kebutuhan tepung dari gandum.

Kepala Bidang Pengolahan Hasil Pertanian Distan Jatim, Bambang Heryanto, menambahkan, kini kabupaten Trenggalek menjadi pilot project pengembangan tepung mocaf nasional. Diungkapkan Bambang, produksi mocaf Trenggalek sudah dipasarkan hingga ke daerah lain di Jatim dan Jawa Tengah untuk bahan baku pembuat mi instan. "Jika produk ini bisa dikembangkan dengan maksimal, maka langkah ini bisa meminimalisir ketergantungan impor gandum Indonesia, khususnya Jatim," ujarnya.

Lebih lanjut ia mengatakan, selama ini Jatim telah berkonsentrasi kembangkan produk olahan dari ubi kayu ini, dan atas akerja keras tersebut, akhirnya pada tahun 2010 Jatim telah mendapatkan alokasi dana dari pusat sebesar Rp5 miliar untuk pengembangan tepung mocaf di seluruh wilayah Jatim.

"Dana tersebut kami gunakan untuk pemberdayaan dan pembangunan pabrik pengolah tepung mocaf berbasis industri rumah tangga. Kami berharap, langkah ini akan bisa memangkas ketergantungan masyarakat terhadap komoditas gandum atau bahan olahan dari gandum," lanjut Bambang.

Langkah pengembangam tepung mocaf ini, kata Bambang, sangat tepat karena Jatim adalah salah satu provinsi penghasil ubi kayu terbesar di Indonesia. Data Distan menunjukkan, pada tahun 2010, target produksi ubi kayu Jatim mencapai 3,642 juta ton yang dikembangkan dari lahan seluas 239.760 hektar di enam kabupaten. Kabupaten Pacitan seluas 37.000 hektar, Ponorogo 23.000 hektar, Trenggalek 20.000 hektar, Sampang 17.000 hektar, Malang 20.000 hektar, dan Sumenep 16.000 hektar. Sejak tahun lalu, selain di Trenggalek, Jatim juga telah mengembangkan produksi mocaf di enam kabupaten, yakni Pacitan, Blitar, Ponorogo, Malang, Kediri, dan Tulungagung. den, kbc Sumber: surabayapost

Posting Komentar