Seputar Tulungagung™  ~   Berita Tulungagung Hari Ini 

BPBD Tulungagung Pantau Dua Kecamatan Rawan Longsor

Rabu, 09 November 2011 | 19.25.00 | 0 komentar

Tulungagung - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tulungagung, Jawa Timur memperketat pemantauan terhadap dua kecamatan di daerah tersebut yang memiliki tingkat kerawanan tinggi terhadap bencana tanah longsor.

"Dua kecamatan yang selama ini kerap menjadi langganan rawan longsor setiap kali musim hujan adalah Kecamatan Pagerwojo serta Sendang," kata Kepala BPBD Tulungagung, Agus Purwanto, Selasa.

Selain pengalaman tahun-tahun sebelumnya, Agus menyebut faktor berkurangnya vegetasi tanaman serta kontur tanah yang cenderung labil di salah satu kawasan lereng Gunung Wilis tersebut menjadi alasan BPBD untuk meningkatkan kewaspadaan bencana.

Sebab, pergerakan tanah di daerah tersebut ditengarai cukup tinggi, terutama ketika curah hujan tinggi.

Kekhawatiran atas bencana alam di kawasan perbukitan yang berbatasan langsung
dengan Kabupaten Trenggalek dan Kediri tersebut setidaknya terbukti saat salah satu lereng bukit di Desa Penjor, Kecamatan Pagerwojo longsor pada Kamis (3/11) dinihari hingga menutup akses utama perkampungan tersebut.

Meski tidak sampai menimbulkan korban jiwa, timbunan tanah yang ditimbulkan mencapai lebih dari enam meter dan ketebalan 1,5 meter menutupi jalan raya Desa Penjor.

Akibatnya, aktivitas warga sempat terganggu beberapa lama, sebelum akhirnya puluhan penduduk bersama aparat keamanan dari unsur TNI-Polri dan Dinas PU Tulungagung bahu-membahu menyingkirkan material longsoran tersebut.

Kabupaten Tulungagung memiliki sejumlah daerah yang rentan bencana alam baik tsunami, tanah longsor, gempa bumi, banjir bandang, angin puting beliung, hingga bencana kekeringan.

Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim (LPBI) NU Tulungagung bahkan menyebutkan, jumlah kecamatan di daerah tersebut yang memiliki potensi tinggi menjadi sasaran bencana alam ada sekitar 11 dari total 19 kecamatan yang ada.

Sejauh ini BPBD Tulungagung belum memiliki peta rawan bencana secara detail, karena belum memiliki anggaran operasional untuk menyusun database secara utuh dan komprehensif. (Destyan)

Sumber: antarajatim.com | 08 Nov 2011

Posting Komentar