Seputar Tulungagung™  ~   Berita Tulungagung Hari Ini 

Pasien Leukemia Didominasi dari Warga DAS Brantas

Senin, 12 Maret 2012 | 18.00.00 | 0 komentar

Kasus leukemia atau kanker darah tiap tahunnya terus meningkat di RSU dr Soetomo. Di Jatim pasien yang menderita penyakit mematikan tersebut sebagian besar ternyata berasal dari DAS Brantas. Kenapa?

OLEH:
BAGUS NOVARRIANTO
BUDI PRASETYO

Berdasarkan hasil penelitian salah satu dokter spesialis anak di RSU dr Soetomo, Prof H Bambang Permono, dr, Sp.A(K) menyebutkan, penderita leukemia yang dirawat di rumah sakit rujukan terbesar di Indonesia Timur tersebut sebagian besar berasal dari kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas. Penyebabnya, tingkat pencemaran di Sungai Brantas sudah melebih ambang batas.

Dari 104 pasien leukemia yang menjadi sampel penelitian, 70 persennya adalah pasien yang tinggal di DAS Brantas. Ditegaskan Bambang Permono, pasien leukemia terbanyak dari Surabaya yang merupakan hilir dari Sungai Brantas. “Di Surabaya, pasien berasal dari kawasan Wonokromo, Karangpilang, Ngagel, dan Jagir. Daeah-daerah tersebut adalah DAS Brantas” ujar Bambang Permono, Senin (12/3).

Sedangkan data terbaru di RSU dr Soetomo, tambahnya, selama tahun 2011 ada 260 pasien leukemia yang dirawat di rumah sakit milik Pemprov Jatim tersebut, 43 diantaranya meninggal dunia. Dari dari260 pasien tersebut, 26 persen dari DAS Brantas, mereka mulai dari usia balita hingga usia setingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP).

“Selama lima tahun terakhir, jumlah pasien leukemia yang dirawat di RSU dr Soetomo bertambah sekitar 60 pasien tiap tahunnya. Sedangkan untuk tahun 2011, 67 pasien yang dirawat berasal dari DAS Brantas,” tandasnya.

Sungai Brantas sendiri bermata air di Desa Sumber Brantas (Kota Batu), lalu mengalir ke Malang, Blitar, Tulungagung, Kediri, Jombang, Mojokerto. Di Kabupaten Mojokerto sungai ini bercabang dua manjadi Kali Mas (ke arah Surabaya) dan Kali Porong (ke arah Porong, Kabupaten Sidoarjo).

Menurut, Bambang Permono kondisi Sungai Brantas saat ini sudah memprihatinkan. “Kita semua tahu fungsi sungai Brantas sangat besar bagi kehidupan masyarakat, Brantas menjadi penyuplai air minum di Surabaya. Namun tingkat pencemarannya melewati ambang batas, Inilah yang menjadi penyebab tingginya kasus leukemia di DAS Brantas. Leukemia sendiri, salah satu pemicu tersbesarnya adalah pencemaran, sedangkan factor keturunan sangat sedikit kemungkinannya,” tandasnya.

Dijelaskannya, pencemaran di Sungai Brantas kebanyakan berasal dari limbah domestik, pertanian, taman rekreasi, pasar, hotel, rumah sakit, dan limbah industri. Terdapat sekitar 330 ton per hari limbah cair dihasilkan dari aktivitas manusia di sepanjang sungai terpanjang kedua di Pulau Jawa setelah Bengawan Solo tersebut. Dan sekitar 483 industri mempunyai pengaruh secara langsung terhadap Sungai Brantas dengan kontribusi pencemaran hingga 125 ton setiap harinya.

“Semakin majunya industri-industri di Surabaya dan sekitarnya, ternyata menimbulkan efek negatif terhadap para warga yang tinggal di sekitar DAS Brantas. Lingkungan yang tidak sehat, lebih cenderung mempengaruhi banyaknya penderita leukemia di Jawa Timur,” ujar Bambang Permono.

Lebih lanjut Bambang Permono mengungkapkan temuan terbaru, pencemaran yang menyebabkan leukemia, tren kasusnya juga cenderung meningkat di daerah-daerah yang menjadi alur aliran Sungai Brantas seperti Sidoarjo, Mojokerto, Jombang, dan Nganjuk. “Selain Surabaya, di daerah DAS Brantas hulu juga mulai tinggi kasus leukemianya,” ujarnya.

Menurutnya, memasuki era agrobisnis di Indonesia, juga menjadi salah satu pemicu tingginya penyakit leukiemia. Diduga pengembangan kualitas pupuk-pupuk untuk pertanian juga semakin meningkat dengan beragam bahan kimia, bisa memicu penyakit-penyakit yang berbahaya.

Bahan-bahan kimia yang terkandung dalam insektisida sangat berisiko terhadap anak-anak. “Industri-industri besar yang bergerak di bidang pertanian, diduga juga menjadi masalah baru. Penyebaran insektisida, pupuk urea, dan beragam obat-obatan pertanian yang lain tanpa ada penyuluhan akan efek sampingnya, sama juga membiarkan penyebaran penyakit, jadi saya harap para petani untuk lebih peka terhadap obat-obatan pertanian yang dibelinya,” paparnya.

Sekedar informasi, Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton) - Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah pencemaran di Kali Surabaya sudah sangat parah dan mengkhawatirkan. Penelitian sepanjang Juli hingga Agustus 2011 menunjukkan, terjadinya feminisasi ikan-ikan jantan berubah menjadi ikan betina sudah mencapai 84 persen. “Tingginya feminisasi dipicu tingkat pencemaran di Kali Surabaya,” kata Riska Darmawanti, Manager Bidang Penelitian dan Investigasi Ecoton di website resminya (www.ecoton.or.id).

Penyebabnya, karena ikan jantan terpapar oleh limbah urin perempuan yang mengkonsumsi pil kontrasepsi dan bahan-bahan kimia, seperti pestisida, PCB, logam berat, deterjen, plastilizer (bahan pembuat plastik), dan shampoo, serta obat-obatan kimia yang berperilaku menyerupai estrogen, hormon betina.

Ulie Muspar Dewanto, Kepala Divisi Air dan Sumber Air (ASA) III Perum Jasa Tirta I, membenarkan jika tingkat pencemaran aliran Sungai Brantas di bagian hilir sangat tinggi. Hal ini dikarenakan tingginya pembuangan limbah rumah tangga dan industri. Rinciannya, 62% limbah rumah tangga, sisanya limbah industri dan pertanian. Di samping itu, ada limbah dari erosi lahan akibat penebangan hutan di hulu aliran Sungai Brantas. “Di hilir terjadi penumpukan limbah,” tandasnya.

Tapi, tandas Ulie, pihaknya belum bisa memastikan jika pencenaran tersebut menjadi pemicu penyakit leukemia yang dialami warga di DAS Brantas. Karena sampai sekarang pihaknya belum meneliti korelasi antara pencemaran dengan leukemia.*



PROFIL SUNGAI BRANTAS


- Aliran: Sungai Brantas bermata air di Desa Sumber Brantas (Kota Batu), lalu mengalir ke Malang, Blitar, Tulungagung, Kediri, Jombang, Mojokerto. Di Kabupaten Mojokerto sungai ini bercabang dua manjadi Kali Mas (ke arah Surabaya) dan Kali Porong (ke arah Porong, Kabupaten Sidoarjo).

- Kali Brantas mempunyai DAS seluas 11.800 kilometer persegi.

- Panjang sungai utama 320 kilometer mengalir melingkari sebuah gunung berapi yang masih aktif yaitu Gunung Kelud.

Sumber: surabayapost.co.id | Senin, 12/03/2012

Posting Komentar