SURABAYA– Serangan serangga Tomcat terus menyebar ke sejumlah daerah. Bukan hanya di Jawa Timur, namun kini ke Yogyakarta dan Jawa Barat. Jumlah warga yang menjadi korban kumbang beracun ini juga terus bertambah.
Hingga kemarin, laporan serangan Tomcat terus mengalir ke Dinas Kesehatan Jatim, di antaranya dari Sidoarjo, Gresik, Sampang,Tulungagung,Situbondo, dan Jember. Di Surabaya, serangga genus Paederus ini tidak sebatas menyerbu sejumlah apartemen,namun kini menyerang rumah susun Tanah Merah. Menyikapi semakin merajalelanya Tomcat, Dinkes Jatim telah membuat surat edaran kepada 38 kabupaten/kota di Jatim.
“Kami imbau seluruh daerah untuk waspada karena Tomcat mulai memasuki kawasan permukiman,” ujar Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Masalah Kesehatan Dinkes Jatim Achmad Jaely kemarin. Dia menegaskan, Dinkes Jatim berupaya mengurangi populasi hewan predator wereng tersebut dengan melakukan penyemprotan insektisida ramah lingkungan.”Kami telah mengajukan izin kepada Kementerian Kesehatan untuk melakukan hal itu,”sebut dia.
Kepala Dinkes Surabaya Esty Martiana Rachmie menyatakan, jumlah warga yang berobat karena terkena racun Tomcat terus bertambah, dari semula 130 orang, kemarin mencapai 162 orang.Menurut dia, seluruh puskesmas telah disiagakan untuk mengantisipasi meningkatnya jumlah korban. Pengobatan penyakit ini digratiskan.
Direktur Eksekutif Ecoton (Ecological Observation and Wetlands Conservation) Surabaya Prigi Arisandi mengatakan, ada dua kemungkinan merebaknya populasi kumbang Tomcat, yakni kondisi alam yang menguntungkan bagi perkembangbiakan serangga tersebut dan ketiadaan predator. “Predator Tomcat bisa tokek atau burung. Mungkin karena burung atau tokeknya langka, mengakibatkan populasi Tomcat tidak terkontrol,”terangnya.
Pakar serangga dari Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) Auni Rauf mengungkapkan, ada kemungkinan serangan Tomcat di Surabaya akibat habitatnya yang mulai terusik akibat pembangunan.“ Kenapa banyak terdapat di sana,bisa jadi wilayah itu merupakan habitatnya,” kata dia kemarin.
Auni menjelaskan, ada beberapa kemungkinan yang bisa menjelaskan terjadinya ledakan (outbreak) kumbang Tomcat ini, di antaranya, terjadi peningkatan populasi kumbang Tomcat menjelang berakhirnya musim hujan. Pada saat yang bersamaan terjadi kegiatan panen, sehingga kumbang Tomcat pada beterbangan dan bergerak menuju ke tempat datangnya sumber cahaya di pemukiman.
“Pada malam hari,serangga ini aktif terbang dan tertarik pada cahaya lampu. Inilah sebetulnya yang sekarang terjadi di kompleks apartemen di Surabaya,”katanya. Dia mengungkapkan, masyarakat tidak perlu terlalu khawatir dengan ledakan populasi Tomcat ini karena kumbang ini tidak menggigit atau menyengat.
Meski begitu, harus tetap diwaspadai karena bila mereka terganggu atau secara tidak sengaja terpijit akan mengeluarkan cairan yang bila kena kulit akan menyebabkan gejala memerah dan melepuh seperti terbakar (dermatitis). Tidak hanya merebak di Surabaya,serangga ini ditemui di beberapa daerah. Sebanyak 12 warga Gang Sidorukun,RT 48 RW 07 Kelurahan Tahunan, Kecamatan Umbulharjo Yogyakarta mengeluhkan kulitnya melepuh setelah mengalami serangan serangga sejak beberapa hari lalu.
Di Sukabumi, warga Kampung Aminta Azmali,Kelurahan Sriwedari,Kecamatan Gunung Puyuh, dicemaskan dengan penemuan serangga Tomcat. Sejauh ini Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) setempat masih melakukan penelitian terhadap serangga tersebut. deny bachtiar/aan haryono/ abdul rouf/mahadeva/ tonikamajaya/ant
Sumber: seputar-indonesia.com | Thursday, 22 March 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Posting Komentar