TULUNGAGUNG – Petani lima desa di Kecamatan Pakel terpaksa memanen lebih dini tanaman padi mereka. Itu untuk menghindari kerugian lebih besar. Karena tanaman padi roboh setelah diterpa hujan disertai angin kencang dua hari lalu.
Sejumlah petani yang memanen dini tanaman padi mereka di Desa Ngebong, Sodo, Pakel, Gebang dan Kasreman. Luas lahan mencapai 311 hektare (ha).
Menurut Sutarji, 45, salah satu warga Kasreman, sebenarnya usia padi masih tergolong muda. Baru 85 hari. Namun jika dibiarkan, bakal merugi lebih banyak. Di Kasreman saja, tanaman padi yang dipanen dini mencapai sekitar 21 ha.
Kabid Sarana dan Prasarana Dinas Pertanian Tanaman Pangan Tulungagung Suwartono mengatakan, berdasarkan catatan, total lahan tanaman padi di Kecamatan Pakel yang rusak akibat diterjang angin mencapai 311 ha. “Petani memanen dini karena khawatir tanaman padi rusak akibat terendam air,” paparnya.
Suwartono berharap, cuaca beberapa hari ke depan cerah. Agar, tanaman padi yang dipanen dini bisa kering “Jika cuaca mendukung, warga dapat menjemur gabahnya sehingga mengurangi kadar air di padi. Dengan begitu, harga jual padi menjadi layak,” ungkapnya.
Menurut dia, jika pengeringan kurang maksimal, harga jual padi yang dipanen dini menjadi jatuh. “Jika kulitas gabah bagus, harganya bisa mencapai Rp 2.300 hingga Rp 2.400 ribu per kilogram (kg). Namun, jika kurang maksimal, harganya jauh di bawah itu. Misalnya, sekitar Rp 2.000 per kg,” imbuhnya.
Ketika dikonfirmasi mengenai beredarnya pupuk palsu, Suwartono menjawab, pihaknya sudah menguji tiga pupuk di laboratorium Unibraw Malang. Terdiri pupuk Primohara, Sondak dan NPK 16,”katanya.
Dia juga menyarankan petani untuk mengurangi penggunaan pupuk kimia. Selain itu, mendesak petani memaksimalkan pupuk organik. (radartulungagung)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Posting Komentar