Seputar Tulungagung™  ~   Berita Tulungagung Hari Ini 

200 Hektare Lahan Kopi Direhabilitasi

Senin, 06 Juni 2011 | 20.29.00 | 0 komentar

SURABAYA – Dinas Perkebunan Jatim akan melakukan rehabilitasi 200 hektare lahan kebun kopi robusta. Rehabilitasi lahan tanam kopi robusta akan dilakukan di empat kabupaten, yakni Madiun, Pacitan, Ponorogo, dan Tulungagung.

Kepala Dinas Perkebunan Jatim, Ir Samsul Arifin MMA mengatakan, rehabilitasi ini dilakukan untuk mengganti bibit kopi robusta yang sudah tua atau rusak secara bertahap. Rencananya tiap hektarenya akan ditanami 125 batang dan diberi pupuk majemuk 10 kg per hektare.

Lahan tersebut akan ditanami kembali bibit kopi robusta sebanyak 5.000 batang. Selain itu pihaknya menyediakan pupuk majemuk sebanyak 400 kg. Di Tulungagung lahannya lebih luas, yakni 80 hektare dan ditanani bibit sebanyak 10.000 batang dan diberi pupuk majemuk sebanyak 800 kg.

“Pemprov Jatim memang tengah gencar mengarahkan petani agar menanam komoditas kopi yang memiliki keuntungan maksimal, seperti robusta,” kata Samsul, Minggu (5/6).

Selain itu petani akan terus difasilitasi guna mempermudah akses pasar dan kerjasama dengan pabrik/eksportir. Petani kopi umumnya masih sering menjual hasilnya dalam bentuk glondong basah atau ose. Sebagian besar mereka juga telah mengolah dengan sistem olah kering. Keduanya itu dilakukan karena sarana pengolah kopi basah milik petani masih kurang.

Selain itu petani juga belum terbiasa melakukan petik merah, sehingga insentif harga olah basah di beberapa daerah tidak terlalu besar dan keuntungannya masih kurang. Jika dipersentase, tujuan penjualan kopi di Jatim sebesar 69 persen ke pedagang pengepul, 27 persen ke pedagang lokal, dan 4 persen langsung ke pabrik kopi.

Petani diharapkan dapat melaksanakan pemasaran secara bersama baik dalam betuk kopi olahan maupun yang lainnya. Jika hal itu dilakukan, tuturnya, petani kopi nantinya juga akan memiliki nilai tawar terhadap kebutuhan pasar.

Hingga tahun 2009, areal tanaman kopi mati/rusak di Jatim mencapai 5.379 hektare atau 10,5 persen dari sekitar 26 ribu hektare lahan kopi yang ada. Areal tanaman kopi yang menghasilkan sebagian besar umurnya sudah cukup tua kurang lebih 25 tahun.

Umumnya, tanaman kopi di Jatim masih banyak dijumpai tanaman lancuran. Bukan klon unggul dan populasi tanaman tidak penuh. Sejumlah kebun kurang terpelihara dengan baik dan pemangkasan belum baik. Pun demikian dengan pemupukan yang masih sangat kurang. Selain itu sanitasi kebun kurang bersih. “Rehabilitasi menjadi solusi yang dapat dilakukan untuk memperbaiki lahan dan kualitas serta kuantitas hasil produksi,” ujarnya.

Sementara itu, hasil produksi kopi mencapai 60 ribu ton/tahun. Namun yang diekspor bisa lebih, yakni mencapai 70 ribu ton. Kelebihan itu ternyata masih ada kopi asal luar provinsi lain yang masuk ke Jatim dan diekspor atas nama kopi dari Jatim. Konsumsi kopi bagi masyarakat Jatim sendiri mencapai sekitar 15 ribu ton/tahun. Jika Jatim mampu menghasilkan 60 ribu, maka sisanya bisa diekspor.

“Kopi dari Jatim memiliki citarasa yang unik, sehingga banyak diminati pasar dari Eropa. Atas potensi ekspor yang cukup bagus itu, rupanya daerah lain banyak yang memanfaatkan pasar tersebut,” katanya. yop

Sumber: surabayapost.co.id

Posting Komentar