Tulungagung - Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur memastikan serangan hama tikus yang menyerang tanaman padi di sejumlah area persawahan masih bisa dikendalikan dan tidak akan menyebabkan petani kembali gagal panen.
Kepala Dinas Peranian dan Tanaman Pangan Kabupaten Tulungagung, Tatang Suhartono, Kamis, saat ini ada sekitar 50 ribu hektare lahan pertanian yang ditanami padi. Dari jumlah tersebut, hanya 160 hektare atau kurang dari satu persen yang diserang oleh hama tikus.
"Dari total lahan pertanian tanaman pangan, hanya kurang dari satu persen yang diserang tikus. Jadi secara menyeluruh serangan tikus masih terkendali dan tidak akan mengganggu produksi padi," terang Tatang.
Namun Tatang menambahkan, dari 160 hektare lahan padi yang terserang tikus, 12 hektare di antaranya rusak parah dan puso atau gagal panen. Apalagi serangan tersebut tidak terkonsentrasi di satu tempat, melainkan tersebar di beberapa kecamatan.
"Dari angka 160 hektare yang terserang padi tersebar di hampir 15 kecamatan dari 19 Kecamatan yang ada sehingga boleh dikatakan, di setiap kecamata hanya ada secuil lahan yang diserang tikus," ujarnya.
Namun Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan tidak mengabaikan setiap serangan dan mengupayakan pemberantasan sejak dini. Selain itu, petani juga harus aktif untuk melaporkan setiap serangan di wilayahnya agar tidak sampai menimbulkan dampak kerusakan yang parah.
"Sudah ada petugas peyuluh pertanian di setiap kecamatan. Petani seharusnya tidak ragu-ragu untuk melaporkan setiap serangan kepada mereka, agar secepatnya diambil tindakan," imbuhnya.
Disinggung ledakan populasi tikus yang terjadi belakangan, Tatang menjelaskan, perkembangbiakan tikus sangat diuntungkan dengan kondisi iklim yang basah dan lembab. Kondisi tersebut turut memicu tikus untuk birahi dan melakukan proses regenerasi.
"Wereng atau tikus sama-sama berkembang luar biasa saat musim hujan, saat lingkungan tengah basah lagi lembab. Selama musim ini mereka akan birahi dan terpicu untuk berkembang biak," terangnya.
Di saat yang sama, lanjutnya, petani menanam padi terus menerus selama air melimpah di sawah dan tidak menyelingi dengan tanaman yang lain. Kondisi ini akhirnya membuat siklus kawin tikus yang biasanya terputus saat musim palawija, menjadi berkelanjutkan.
"Sawah yang melimpah dengan air membuat petani mau tak mau harus menanam padi secara terus-terusan. Kondisi ini yang mendukung tikus untuk terus berkembang biak," pungkasnya.
Sumber: Antara
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Posting Komentar