TULUNGAGUNG – Ratusan warga dari empat desa di wilayah Kecamatan Campurdarat, Kabupaten Tulungagung, kemarin, menggelar ritual upacara air.Lelaki, perempuan,anakanak, remaja hingga orang tua berkumpul menjadi satu di Telaga Buret,Desa Sawo.
Mereka berdoa bersama sekaligus menyampaikan rasa syukur kepada Sang Pencipta karena di tengah musim kemarau panjang saat ini,warga Desa Sawo, Gedangan, Gamping dan Ngentrong tidak pernah kekurangan air. ”Sepanjang apapun musim kemarau,Telaga Buret tidak pernah ke-kurangan air,”tutur Sumini,95,pimpinan ritual upacara air.
Warga menamakan upacara adat yang berlangsung setiap Selo (penanggalan Jawa) pada Jumat Legi atau Pon tersebut dengan istilah ulur-ulur.Sebagaimana adat Jawa, warga mengusung sesaji berupa tumpeng, lengkap dengan panggang ayam dan jajan pasar. Juga dilakukan pembakaran dupa ratus dan kemenyan. ”Intinya kita berdoa agar seluruh penghuni desa selamat diberi kesehatan,” terang Sumini.
Selanjutnya,warga memandikan sepasang patung, Sri Sedono dan Sri Rejeki yang menjadi simbol kemakmuran. “Acara terakhir makan bersama,” pungkasnya. Aktivis Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) Mangkubumi Tulungagung, Maliki Nusantara menilai, tradisi ulur-ulur merupakan bentuk kearifan lokal dalam menjaga lingkungan hidup.
”Selama tradisi ini dijaga alam akan tetap lestari,”ujarnya. Sementara Kepala DisbudparporaTulungagung Heru Dwi Tjahjono mengatakan, ritual ulur-ulur sudah berlangsung sejak ratusan tahun silam. Selain sebagai wisata,Telaga Buret juga berkontribusi besar bagi perkembangan ekonomi masyarakat sekitar. solichan arif
Sumber: seputar-indonesia.com | Saturday, 08 October 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Posting Komentar