MALANG - Candi Gayatri, yang juga disebut Candi Boyolangu, di Desa Boyolangu, masih menimbulkan daya tarik akhir-akhir ini. Mereka berasal dari komunitas peminat sejarah, mahasiswa, pelajar dan masyarakat umum.
Hal itu setidaknya bisa ditemukan dari kehadiran pengunjung di candi ini, di sebuah gang sempit depan pasar kecamatan. Jalan berupa gang menuju lokasi candi yang berada di tengah permukiman agraris warga setempat, oleh warga disebut Gang Gayatri.
Jono (60-an), petugas honorer Dinas Pariwisata Pemkab Tulungagung yang bertugas jaga dan tinggal beberapa puluh meter dari candi, saat ditemui Senin (9/4/2012), menjelaskan, dia hampir setiap dua hari hingga tiga hari sekali menerima kunjungan warga masyarakat.
Pada siang hari umumnya pelajar, mahasiswa atau pengajar dan peneliti. Sore dan malam hari, ia juga melayani warga masyarakat umum yang memiliki hajat tertentu, dan memerlukan berdoa di depan patung yang sesuai kecenderungan lantas dikeramatkan.
Hingga menjelang pertengahan April ini, buku tamu di ruang penjagaan candi, telah terisi 196 rombongan. Masing-masing rombongan bisa hanya beberapa orang hingga ratusan.
"Minggu lalu malah saya melayani sembilan bus pelajar, karena musim liburan. Parkir bus terpaksa di sepanjang gang hingga penuh sesak. Jumlah total rombongan tidak kami hitung persis, namun sekitar 1.500 2.000 sejak awal tahun ini," kata Jono.
Di Candi Boyolangu, arca Gayatri sudah menjadi korban vandalisme, karena kepala dan tangannya terpotong.
Menurut Yono, warga Boyolangu menemukan arca dan tatakan arca terpisah di lokasi candi saat ini tahun 1914. Bersama-sama warga berupaya mendirikan arca itu ke atas candi.
Selain arca Gayatri, masih ada sembilan arca lain yang dipindahkan ke Museum Tulungagung, hingga sekarang.
Sumber: KOMPAS.com | Senin, 9 April 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Posting Komentar