Seputar Tulungagung™  ~   Berita Tulungagung Hari Ini 

"Kanopi" Pamerkan Foto Dampak Letusan Merapi

Senin, 21 Maret 2011 | 20.08.00 | 0 komentar

Kediri - Komunitas Ngopi-ngopi (Kanopi) memamerkan sekitar 50 foto dampak letusan Gunung Merapi (2.968 mdpl) 26 Oktober 2010 dalam kegiatan fotografi di Kediri, Jawa Timur, sebagai upaya memberi kesadaran akan bahaya dan keselamatan diri bagi fotografer saat pengambilan gambar di daerah bencana.

"Pameran ini sebagai diskusi bersama tentang pengambilan sudut yang baik dalam fotografi. Tetapi, juga disadarkan akan keselamatan diri saat pengambilan objek foto," kata Arief Priono, penggagas pameran itu ditemui saat kegiatan di Kediri, Minggu (21/3) malam.

Arief yang juga fotografer di LKBN Antara itu mengatakan, pengambilan sudut sebagai bahan fotografi harus diambil sisi yang menarik. Namun, berbagai pelengkap untuk keselamatan diri saat peliputan di daerah bencana juga harus diutamakan.

Fotografer The Associated Press (AP) Trisnadi Marjan yang didaulat menjadi pembicara dalam kegiatan diskusi itu mengatakan, insting seorang fotografer haruslah peka dan tinggi. Seluruh objek apapun, layak untuk dijadikan objek.

Ia mengungkapkan, saat peliputan bencana letusan pada 26 Oktober 2010 lalu, memerlukan teknik yang tepat. Berbagai trik juga harus dilakukan, agar mendapatkan gambar terbaik, juga keselamatan diri.

Ia menceritakan, dalam pengambilan gambar, seorang fotografer seharusnya tidak sendiri dan selalu membawa perlengkapan seperti HT (handy Talky), sepatu khusus tahan panas, masker, dan beberapa perlengkapan penunjang keselamatan lainnya.

"Yang penting, kunci kendaraan jangan dilepas, dan selalu menghadap ke jalan. Jika sewaktu-waktu ada letusan langsung meninggalkan lokasi," katanya.

Yudi Kusumo Mulyo, nara sumber lainnya mengatakan totalitas seorang fotografer sangat diperlukan. Selain mental yang memang harus kuat, juga harus mempunyai kepekaan dalam pengambilan objek menarik.

Ia mengaku prihatin dengan banyaknya peninggalan sejarah yang justru tidak dipedulikan. Bahkan, ada beberapa bangunan bersejarah yang kini hanya tinggal fotonya saja, karena bangunan yang ada sudah hancur.

Kegiatan pameran yang disertai diskusi itu diikuti beberapa komunitas penikmat fotografi, di antaranya Community Lens in Kediri (CLIK), komunitas foto Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Kediri (Foster), Fotografer Kediri Raya, serta Fotografi Tulungagung.

Karya fotografi milik Fotografer The Associated Press (AP) Trisnadi Marjan yang dipamerkan dalam kegiatan itu, tidak dicetak maupun ditempelkan di dinding, melainkan ditampilkan lewat gambar "slide show", menggunakan layar lebar dan disorot seperti film layar tancap.

Wartawan senior Tempo, Dwijo Utomo Maksum menilai kegiatan seperti ini penting dilakukan. Selain sebagai ajang diskusi, hal ini juga sebagai media mengasah keterampilan akan fotografi. "Kegiatan ini penting untuk melatih keterampilan," kata Dwijo. [Sumber: Antara Jatim]

Posting Komentar