Seputar Tulungagung™  ~   Berita Tulungagung Hari Ini 

Petani Tulungagung Selatan Hentikan Produksi Jagung

Jumat, 11 Maret 2011 | 06.48.00 | 0 komentar

Tulungagung - Sebagian besar petani di Kabupaten Tulungagung bagian selatan mulai menghentikan produksi tanaman jagung di areal ladang/persawahan mereka karena takut serangan hama bulai dan jamur upas yang saat ini mewabah.

Kenyataan ini sebagaimana terlihat di kawasan pesisir pantai di Kecamatan Pucanglaban yang terletak di ujung sebelah timur Tulungagung hingga Kecamatan Besuki yang ada di ujung barat.

Pantauan ANTARA, Kamis, hanya sedikit petani yang bertahan menanam jagung hingga tumbuh dewasa. Selebihnya, mayoritas petani yang bercocok tanam di ladang tadah hujan maupun areal lahan hutan lebih memilih jenis tanaman "tahan banting" seperti ketela pohon dan ubi-ubian.

"Seluruh tanaman jagung di sini telah habis kami tebang. Serangan penyakit bulai dan jamur upas selama musim tanam ini benar-benar membuat kami di sini merugi dan terpaksa mengganti jenis tanaman dari jagung ke singkong karena lebih tahan hama," kata Karji, perangkat Desa Panggungkalak, Kecamatan Pucanglaban.

Belum ada konfirmasi resmi dari dinas pertanian setempat mengenai kebenaran serangan hama bulai maupun jamur upas yang sangat ditakuti petani di kawasan Tulungagung selatan tersebut.

Namun jika mengacu pengakuan sejumlah petani maupun perangkat desa di Kecamatan Pucanglaban, luas lahan pertanian jagung yang rusak akibat kedua jenis hama tersebut ditaksir mencapai ratusan hektare.

Tiga desa yang sudah dipastikan menghentikan produktivitas jagung antara lain adalah Desa Kaligawe, Desa Kaligentong, serta Desa Rejosari, Kecamatan Pucanglaban.

Desa atau daerah lain di kecamatan yang sama ataupun sekitarnya disinyalir juga mengalami nasib serupa karena persebaran hama bulai dan jamur upas menyebar ke arah barat mengikuti arah angin laut.

"Hampir semua tanaman jagung tidak ada yang tertolong. Kalaupun (masih) ada yang bertahan, petani harus rajin memantau kondisi batang atau daun tanaman apakah sudah ada gejala serangan. Bila ditemukan, harus segera dipotong agar tidak menyebar," ujar Suyono, petani di Desa Sabo.

Pada kasus hama bulai, terang dia, hilangnya hijau daun atau klorofil pada tanaman usia satu bulan membuat jagung tidak bisa berbuah. Berbagai upaya dilakukan untuk membasmi persebaran hama mematikan ini, tetapi tidak satupun upaya membuahkan hasil. Sebaliknya, tanaman jagung menjadi layu dan tidak bisa berbuah seperti diharapkan.

Kondisi lebih parah dialami petani sejak hama jamur upas mewabah. Efek yang ditimbulkan hama jenis ini disebut-sebut lebih parah. Menurut Subandi, salah petani yang lain di Desa Panggungkalak, jamur upas menyebabkan tanaman jagung yang memasuki masa berbunga mendadak layu dan mengering.

Hama ini diduga menyerang akar, sebelum akhirnya merambat ke bagian lebih atas tanaman. Kondisi ini semakin parah akibat musim hujan yang tidak menentu sehingga menyebabkan serangan hama lebih ganas dan meluas.

"Kami sudah melapor ke dinas pertanian tapi sejauh ini tidak ada upaya untuk melakukan penanganan ataupun pencegahan. Mereka justru bilang bahwa cara mengatasi hama tersebut hanya dengan membabat tanaman yang sudah terlanjur diserang," ujar Subandi.*

Sumber: antarajatim.com

Posting Komentar