Tulungagung - Pesanan genteng yang masuk ke Sumberingin Kulon, kecamatan Ngunut, kabupaten Tulungagung rata-rata 50.000 genteng tiap bulan, bahkan bisa lebih dari dua kali lipat. Namun, pada musim hujan para produsen biasanya hanya memproduksi 60% jumlah tersebut karena minim sinar matahari pengering genteng.
Meski hanya industri rumahan, jumlah produksi genteng di Sumberingin Kulon tak main-main. Satu pebisnis genteng ini bisa memproduksi hingga 50.000 unit genteng sebulan.
Jika 150 kepala keluarga di Sumberingin bisa menghasilkan 50.000 unit genteng saban bulannya, artinya desa kecil ini sanggup menyediakan sekitar 7,5 juta genteng saban bulan. "Kalau musim kemarau bahkan bisa lebih dari itu," kata Sukamto, salah seorang pengusaha genteng di Sumberingin.
Namun, Sukamto dan 149 kepala keluarga lainnya hanya bisa memproduksi maksimal 30.000 genteng ketika musim hujan. "Soalnya genteng yang sudah dicetak lama keringnya baru bisa kami bakar," kata Mahpud.
Pria kelahiran Ngunut tahun 1973 ini menjelaskan, saat musim kemarau, mengeringkan genteng sampai siap dibakar hanya membutuhkan waktu sekitar dua hari. Sementara ketika musim hujan, genteng baru siap dibakar setelah lima sampai enam hari melalui masa pengeringan.
Sejatinya, proses mencetak genteng hanya perlu waktu sehari. Proses pembuatan genteng paling lama adalah pengeringan genteng menjadi setengah matang sebelum genteng siap dibakar dalam tungku sehari penuh.
Genteng yang masih basah setelah dicetak tidak boleh langsung dibakar karena genteng bakal pecah dan tidak tahan lama. Karena itulah, industri genteng di Sumberingin sangat memerlukan sinar matahari.
Makanya, para produsen genteng ini bersusah hati ketika musim hujan. Pasalnya, pesanan genteng sangat tinggi baik dari Tulungagung atau wilayah lain.
Mahpud dan Sukamto mengakui permintaan genteng selalu ada setiap bulan. "Tergantung kami bisa nya berapa, pasar pasti menyerap habis," kata Sukamto. Biasanya permintaan datang dari konsumen yang memang hendak membangun rumah.
Konsumen memerlukan sekitar 3.000 genteng untuk membangun satu rumah sederhana. Sedikitnya empat sampai lima pesanan genteng datang dari konsumen setiap bulan. Sisanya pesanan dari pabrik-pabrik besar.
Selain melayani pesanan retail seperti itu, industri genteng rumahan di Sumberingin juga kerap melayani pesanan untuk gedung-gedung pemerintahan di Tulungagung, Surabaya, Magelang, dan Bali. Tentu saja pesanan gedung ini jauh lebih banyak jumlahnya.
Kualitas genteng yang kuat dengan harga bersaing asal Desa Sumberingin memang sudah terkenal seantero Jawa Timur. Genteng asal Desa Sumberingin terbagi menjadi beberapa macam.
Misalnya saja genteng original alias genteng biasa yang kecil dijual dengan harga
Rp 1.000 per genteng. Ada juga genteng prentul dengan harga Rp 1.300 per genteng. Genteng gelombang yang memiliki dua lengkungan dan lebih besar harganya Rp 1.700 per genteng. Sementara genteng mantili yang datar dan lebar dijual dengan harga Rp 2.600 per unit.
Genteng termahal adalah genteng glasir, yaitu genteng yang dilapisi dengan cat bening nan mengkilap khusus di lapisan atas. Genteng ini harganya mencapai Rp 3.400 per buah. Genteng jenis ini unggul lantaran tak mudah bocor, tak berlumut dan tak mudah retak terkena sinar matahari. Sukamto mengatakan permintaan akan produk-produk gentengnya bervariasi dan merata di setiap jenisnya.
Jika permintaan sedang tinggi, Sukamto dan Mahpud harus lembur hingga pesanan terselesaikan dalam waktu yang sudah ditentukan. "Kadang pesanan genteng bisa mencapai 150.000 buah yang harus selesai dalam waktu dua bulan," kata Mahpud. Jika demikian, Mahpud yang punya 10 karyawan ini harus bekerja keras memproduksi genteng siang dan malam.
Pelaku industri genteng di Sumberingin sudah memiliki truk sendiri untuk mengangkut barang dari Sumberingin ke pemesan. Truk-truk tersebut juga digunakan untuk mengangkut bahan baku mulai dari gunung tanah lempung di Blitar sampai ke Ngunut.(Bersambung)
Sumber: Kontan Online
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Posting Komentar