SURABAYA- Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Jatim selama triwulan I (Januari- Maret 2011) turun 86% atau dari 14.868 kasus menjadi 2.113 kasus. Meski demikian Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Timur tetap mengimbau masyarakat agar tetap mewaspadai perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti.
Kepala Dinas Kesehatan Jawa Timur, Drs A Mudjib Afan MARS mengatakan, selama triwulan I memang belum ditemukan kasus DBD yang menonjol. Bahkan selama periode itu tidak ada kabupaten/kota yang mengalami KLB DBD. “Jumlah penderita DBD di Jatim memang menurun secara signifikan. Namun penurunan kasus ini bukan berarti diikuti melemahnya perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti,” kata Mudjib, Rabu (1/6).
Affan meminta masyarakat untuk tetap waspada. Apalagi angka daerah bebas jentik di Jatim masih di bawah standar. Saat ini, angka bebas jentik mencapai rata-rata 80 persen. “Untuk mencapai daerah bebas DBD angka bebas jentik harus diatas 95 persen. Selain itu hujan yang masih turun hingga saat ini, berpotensi menimbulkan sarang bagi nyamuk di tempat yang bisa menampung air,” tuturnya.
Selain itu, masih ada 13 kabupaten/kota yang angka kematiannya meningkat 1,73 % dari tahun 2010 yang hanya 0,83 %. Ke-13 daerah itu, yakni Tuban, Ponorogo, Magetan, Sumenep, Kabupaten Madiun, Kabupaten Malang, Sidoarjo, Kota Kediri, Kabupaten Kediri, Kabupaten Pasuruan, Tulungagung, Lumajang, dan Kabupaten Mojokerto. “Sementara, untuk kasus chikungunya, Tribulan I tahun 2011 ini terjadi penurunan jumlah penderita bila dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu dari 3.917 penderita menurun menjadi 161 penderita,” terangnya.
Mudjib juga memberikan, apresiasi pada semua pemkab dan pemkot yang telah berupaya maksimal dalam menurunkan jumlah penderita DBD dan chikungunya. Namun ia mengharapkan agar situasi tersebut dipertahankan dan dilakukan upaya-upaya antisipasi bila terjadi peningkatan jumlah penderita DBD dan chikungunya.
Antisipasi itu, antara lain meningkatkan pemantauan vector penular DBD dan chikungunya dengan lebih mengintensifkan kegiatan pemeriksaan jentik berkala (PJB) oleh petugas Puskesmas, agar populasi jentik bisa dikendalikan hingga angka bebas jentik (ABJ) mencapai lebih besar atau sama dengan 95%.
“Mencegah DBD itu dengan pemberantasan sarang nyamuk(PSN), bukan cuma fogging. Kalau tidak ada sarang, pasti tidak ada penghuni. Maka, lakukan 3M (menutup, mengubur dan menguras, red) dilingkungan sekitar, supaya nyamuk tidak berkembangbiak,” pungkasnya.m8
Sumber: surabayapost.co.id
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Posting Komentar